Arya POVSatu hari telah terlewati, Arya membuka jendela kamar dan merasakan embusan angin mengenai wajahnya. dengan mengenakan pakaian spesial di hari bahagia, Arya terlihat sangat berbeda. Wajahnya bahkan terlihat berseri dengan memancarkan raut bahagia.“Tunggu saya, Ayda,” lirih Arya sambil sesekali melirik jam di tangannya.Hari yang dinanti akhirnya tiba, rindu yang Arya rasakan akan segera terobati. Tak disangka kini Arya akan menjalani hari yang tak akan terlupakan sepanjang hidupnya. Pernikahan yang semula hanya dibalik kesepakatan hari ini akan menjadi ikatan suci yang didasari cinta.“Pak Arya, semuanya sudah menunggu. Acara akan segera dimulai,” ucap salah satu pengawal yang sengaja disewa untuk memastikan acara aman.Dengan penuh percaya diri, Arya berjalan keluar kamar. penampilan yang terlihat sangat sempurna membuat semua pandangan tak bisa lepas darinya. Perpaduan jas dan celana bahan berwarna putih memang tak pernah mengecewakan.Rumah yang didekorasi sebaik mungkin
Arabella POVTidak ada wanita yang tidak merasa bahagia saat mendapatkan lelaki tampan, baik hati dan juga penyayang. Meski harus melewati perjalanan panjang, Ayda merasa dirinya beruntung karena bisa mendapatkan Arya yang sangat mencintai dirinya. Bukan hanya itu, Arya terlihat sangat sayang pada Fahri, seakan dianggap seeprti adiknya sendiri.Acara resepsi pernikahan yang di nanti akhirnya terjadi sesuai harapan. Senyum pun terus mengembang di wajah Ayda yang merasa sangat bahagia. Sesi demi sesi acara telah terlewati dengan suasana suka dan cita. Bahagia saat bersama dan sedih ketika teringat perjuangan untuk tiba di titik ini.“Kamu sudah hebat Ayda. Bibi bangga sama kamu, selama ini bibi sangat khawatir dengan rumah tangga kamu dan Arya. Namun, sekarang kamu sudah membuktikan bahwa kecemasan bibi itu salah. Kamu dan Arya sekarang sudah saling mencintai. Jaga cinta dan kepercayaan agar hubungan kalian selalu diliputi kebahagiaan,” ucap Sri dan memeluk Ayda.“Terima kasih ya, Bi. S
***Udara malam terasa sangat dingin. Embusan angin mengenai rambut Ayda yang terurai panjang. Sesekali terdengar suara gemericik air yang berasal dari dalam kamar mandi. Tubuh yang terasa sangat pegal membuat Ayda ingin bergegas untuk rebahan.Setelah memastikan tidak ada sisa make up menempel di wajahnya, Ayda pun berjalan menuju tempat tidur. Dengan menggunakan baju piyama yang merupakan hadiah dari Darma, Ayda terlihat sangat cantik dan mempesona. Sambil menunggu Arya selesai mandi, Ayda pun memutar musik.Akan tetapi, di tengah posisi nyamannya. Ayda mendengar sesuatu dari kolong tempat tidurnya. Perlahan suara itu semakin terdengar jelas dan membuat Ayda merasa terganggu. “Suara apa ya itu?” tanya Ayda pada dirinya sendiri.Dengan perlahan Ayda pun bangki dari posisi tidurnya dan melihat ke arah bawah tempat tidur. namun, suara yang semula ia dengar tiba-tiba menghilang. Bawah tempat tidur yang gelap membuat Ayda tak bisa melihat apapun. Tanpa berpikir macam-macam, Ayda pun hend
Ayda meneguk saliva dalam-dalam dan tersenyum menahan rasa malu. Saat Darma sudah benar-benar pergi dan tak terlihat bayangannya. Ayda langsung menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Kejadian malam ini tak akan pernah terlupakan bagi Ayda.Meskipun sudah berusaha memberi penjelasan, tetapi tetap saja semua orang akan berpikiran hal yang macam-macam antara dirinya dan Arya. Tanpa mengatakan apapun Ayda terus menutupi wajahnya dan membuat Arya menatapnya heran.“Apa yang nenek katakan?” tanya Arya yang berharap tidak ada masalah. Namun, saat melihat reaksi Ayda yang langsung menatap tajam ke arahnya. Arya sudah menduga apa yang terjadi sebenarnya. “Sudah yuk kita masuk ke kamar dulu,” ajaknya berusaha tenang.Dengan ekspresi campur aduk, Ayda menuruti ajakan Arya yang langsung berjalan menuju lemari. “Kenapa baru pakai baju sekarang sih Pak? Harusnya setelah mandi, Pak Arya itu langsung pakai baju,” lirih Ayda dengan suara yang terdengar sangat lemah.Sambil mengenakan baju kaos
***Malam perlahan berganti menjadi pagi. Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, Ayda membuka matanya yang terpejam sambil merasakan sesuatu menimpa tubuhnya. “Pak Arya,” lirihnya memanggil sang suami yang masih terpejam di sampingnya.Setelah mata terbuka sempurna, Ayda terkejut saat melihat wajah Arya yang sangat dekat dengan wajahnya. Selama menikah, ini pertama kalinya Ayda dan Arya tidur dengan jarak yang sangat dekat. Meskipun begitu, Ayda tetap berusaha agar terbiasa dan menatap lekat wajah Arya. “Bangun sayang,” ucapnya membangungkan Arya.Namun, saat melihat tempat tidur yang sangat berantakan. Ayda pun teringat dengan apa yang semalam ia lakukan bersama Arya. Seketika Ayda pun tersenyum dengan pipi yang memerah. Hari ini ia merasa sangat bahagia karena telah menjadi istri yang seutuhnya. Setelah sekian lama, ia bisa merasakan manisnya rumah tangga yang sebenarnya.“Kenapa kamu senyum-senyum?” tanya Arya yang sedari tadi memperhatikan Ayda.Dengan ekspresi terkejut, Ayda pun
“Astaga suamiku makin hari makin bucin aja!” tutur Ayda sambil mencubit pelan pipi Arya yang sangat menggemaskan.“Haha, kamu juga makin ….” Arya menjeda kalimatnya sambil memikirkan sebutan yang tepat untuk Ada.“Makin apa? Kenapa berhenti?” Ayda menatap lekat ke arah Arya.“Makin seksi setiap detiknya,” imbuh Arya sambil mengedipkan salah satu matanya.Dengan ekspresi tersipu malu, Ayda menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. “Aaaa Mas Arya!” rengeknya seperti anak kecil.Setelah menghabiskan es potong yang terasa sangat nikmat, Ayda pun menggandeng tangan Arya untuk mencari tempat makan. Es saja tidak cukup menutupi rasa lapar di pagi hari yang membutuhkan banyak energi. Ayda melihat ke kanan dan kiri menyusuri jalan yang dipenuhi penjual makanan.“Kita ingin makan apa sayang?” tanya Arya yang mengikuti kemanapun kaki Ayda melangkah.“Makan nasi uduk khas Betawi. Saya melihatnya tadi, tapi saya lupa dimana tempatnya,” sahut Ayda sambil terus berjalan.Kondisi pasar yang cukup
“Takut, Mas? Apa yang harus ditakutkan? Apa Mas Arya takut saya meninggalkan Mas dan lebih memilih Zayn, iya? Saya ngga habis pikir sama Mas, sebenarnya apa yang ingin Mas Arya buktikan,” papar Ayda yang akhirnya kembali bicara.Arya yang mengakui dirinya salah pun menundukkan kepala. Ia terlalu cemburu hingga melakukan hal yang diluar kendalinya. “Maaf Ayda, saya hanya ingin melihat ekspresi kamu saat bertemu lagi dengannya … dan ternyata seperti dugaan saya. Kamu berusaha menghindarinya,” jelas Arya mengungkapkan alasannya.“Apa salah kalau saya menghindar? Saya ingin menjaga hati Mas Arya, karena itu saya berusaha menghindarinya,” sergah Ayda yang tak paham dengan maksud ucapan suaminya.“Saya paham, tapi seharusnya kamu bisa bersikap biasa saja. Seperti halnya sama bertemu dengan Laras. Apa saya berusaha menghindarinya, tidak bukan? Saya bersikap biasa karena tidak ada perasaan apapun lagi untuknya. Maaf kalau saya terkesan egois saat memaksa kamu untuk tetap berada di sana. Saat
“Ih pelan-pelan, Mas!” Arya tersenyum dengan ekspresi menyebalkan. “Saya sudah terlatih untuk melakukan ini,” ucapnya dan kembali beraksi. Sedangkan Ayda hanya diam membeku dalam posisinya. Suasana pagi yang dingin adalah waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas yang mengeluarkan keringat. Namun, Ayda hanya bisa menggelengkan kepala saat Arya lebih memilih untuk berenang di air yang terasa sangat dingin. “Mas Arya! sudah berenangnya,” rengek Ayda yang khawatir Arya akan masuk angin karena berenang dalam keadaan perut kosong. “Sebentar sayang. Lebih baik kamu ikut saya berenang, pasti akan lebih menyenangkan,” sahut Arya dan kembali menyelam ke dalam air. Sebagai lelaki yang hobi berenang, Arya tak bisa melewatkan kesempatan untuk menikmati sensasi dingin di pagi hari. Meski dalam kondisi lapar, tetapi Arya tetap menikmatinya. Ketika terdengar suara bel kamar berbunyi, Ayda yang semula duduk diam di tepi kolam pun langsung bergegas menuju pintu. Dengan semangat ia membuka pintu u