Nathan salah satu anak dari deretan keluarga konglomerat di kota S, menjalin hubungan asmara dengan Rachel gadis biasa yang bekerja paruh waktu di sebuah caffe.
Berita ini tentu saja menjadi topik panas dikalangan konglomerat.
Berita ini juga sangat mengganggu Frans dan Jeny sebagai orang tua Nathan.
Sementara mereka telah merencanakan perjodohan dengan keluarga Paul dan Lara, untuk anak semata wayang mereka Celline.
"Bagaimana ini Pi? Selama ini Nathan tidak pernah mau dijodohkan dengan gadis manapun, ternyata karna gadis miskin itu. Pasti dia telah mencuci otak Nathan. Orang-orang seperti mereka hanya tergila-gila pada harta." Jeny buka suara.
Sementara Frans masih duduk sambil sebelah tangannya menopang dagu, sebelah lagi mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja.
"Piii,ngomong dong! Jangan diam aja. Mami ga akan pernah rela kalau Nathan sampai menikah dengan gadis itu. Mau simpan dimana wajah mami ini pii?." rengeknya lagi pada Frans.
Di kamar sebuah apartamen.Sepasang kekasih sedang bercumbu mesra. Tapi, selalu tak pernah lebih dari ciuman -ciuman panas saja.Meski dua tahun sudah mereka menjadi sepasang kekasih. Nathan selalu bisa menahan diri. Karena ia takut Rachel menganggapnya lelaki yang menjalin hubungan demi kepuasan birahinya saja.Tapi mungkin, hal itu tidak berlaku untuk hari ini.Nathan dengan lembut mengecup setiap inci wajah Rachel.Mata, hidung, pipi. Lalu menggigit manja telinganya. Kecupan itu turun ke leher.Rachel hanya bisa mendesah karena cumbuan yang diberikan kekasihnya itu.Kemudian kecupan itu berakhir di bibir mungilnya, dari kecupan menjadi lumatan.Mereka berciuman sangat lama, saling bertukar saliva. Seakan tak pernah puas. Seakan -akan napas mereka tak akan pernah habis.Tangan kanan Nathan telah menyelinap kebalik kemeja Rachel.Sementara satunya lagi memegang tengkuk Rachel agar ciumannya tak lepas. Rache
Dua bulan sudah berlalu sejak percintaan pertama Nathan dan Rachel. Sejak saat itu mereka sering melakukannnya.Mereka biasanya akan bercinta di akhir pekan, saat keduanya bebas dari tuntutan pekerjaan. Tapi Nathan selalu memakai pengaman.Pagi ini Rachel ingin sekali meminum kopi, padahal sebelumnya ia tak pernah suka kopi.Rachel juga merasa sangat pusing dan tak berselera makan beberapa hari ini. Ia membuat kopi hitam, lalu menyeruputnya selagi panas.Rachel duduk sambil menonton tivi. Rachel memang sudah berhenti bekerja seminggu ini karena caffe tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan. jadi ia memilih untuk tidak buru-buru mencari pekerjaan lain agar bisa bersantai paling tidak tiga bulan ini.Saat iklan sebuah produk mie muncul, dia sangat ingin memakannya. Lalu pergi kedapur untuk membuat mie, tapi ternyata stok mie Rachel habis.Ia segera berganti baju, dan berjalan ke mini market di depan gang rumahnya. hanya untuk membeli sebungku
Di sisi lain.Nathan ternyata tidak berada di kantor. Ia sedang berada di sebuah restoran mewah. Tengah mempersiapkan segala sesuatu untuk melancarkan niat tulusnya malam ini. Ia ingin melamar Rachel. Ia sudah tak sabar menjadikan Rachel sebagai isterinya.Sudah tiga jam ia disini mengatur para pelayan agar mendekor tempat ini seindah dan seromantis mungkin.Setelah semua ia rasa cukup indah, ia bergegas ke parkiran. Masuk ke mobil dan mengemudi dengan santai.Ia ingin segera ke rumah Rachel. Nathan bahkan telah menyiapkan gaun yang indah untuk Rachel kenakan ke restoran nanti bersamanya.Tak disangka-sangka. Setelah setengah perjalanan, ketika memasuki sebuah terowongan panjang pedal gas mobilnya lengket.Sehingga mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi meski Nathan menginjaknya dengan sangat pelan.Tak sampai di situ saja, saat Nathan menginjak pedal rem, itu tidak berfungsi sama sekali.Kejadian buruk lainnya datang, yang a
Kembali ke masa kini.Setelah Rachel menceritakan bagian-bagian terpenting dalam kisahnya bersama Nathan dulu (tentu saja hanya yang Rachel alami yaaa ) ia melihat Nathan hanya terdiam, tanpa sepatah kata pun. "Mungkin dia benar-benar tidak bersalah dalam hal ini." Pikir Rachel dalam hati."Jadi, seperti itu lah kita dulu. Dan tolong camkan itu ya, Du-lu!" Rachel mengeja dan menekankan kata dulu."Bagaimana mungkin kau menyalahkanku untuk semua itu? Aku bahkan tak bisa mengingat siapa namaku saat pertama kali sadar setelah dua tahun berjuang antara hidup dan mati." sanggah Nathan meyakinkan Rachel lagi."Ya, anggap lah seperti itu. Tapi selama beberapa tahun ini kita memiliki kehidupan sendiri. Kau hidup dengan sangat baik tanpa diriku, dan aku juga selalu berusaha hidup dengan baik." jawab Rachel lagi."Lalu, siapa ayah Key? kenapa kau tak menceritakan sedikit pun tentang Key?aku merasa dia amat mirip denganku, mungkin kah...?"Nathan senga
Setelah acara selesai, seorang anak datang untuk berdebat dengan Key. "Key, apakah benar dia Papi-mu?" "Ya, dia Papi-ku." "Aku tidak percaya padamu." Katanya memprovokosi Key. "Aku tidak perduli kau percaya atau tidak." Jawab Key acuh. "Lalu kenapa kau selalu di temani baby sitermu itu?" "Papi-ku sibuk bekerja di luar negri" sahut Key acuh. "Kau berbohong. Mungkin kau hanya menyewa seorang paman kaya ini untuk berpura-pura menjadi Papi-mu. Karena kau malu setiap pengambilan raport kau hanya naik sendiri ke atas panggung itu." Ejeknya lagi. "Jaga bicaramu. Setidaknya aku lebih cerdas darimu. Sebaiknya kau minta orang tuamu untuk mengajarimu cara menghormati orang lain." Kata-kata Key sungguh di luar dugaan. "Kenapa cara Key berbicara tidak mirip dengan Rachel sama sekali ? Itu lebih bisa dikatakan mirip dengan gaya ku berbicara." Bathin Nathan. "Anak manis, siapa namamu?" "Aku? Namaku Trisa.
Arnold juga sebenarnya tidak seberani itu untuk berhadapan dengan Celline, tapi karena ini sudah menyangkut Nathan ia akan selalu berusaha menentang apa pun yang dilakukan Celline.Satu hal yang tidak di ketahui Arnold selama ini, obat yang di resepkan untuk Nathan selama ini ternyata selalu diganti oleh Celline.Hal itu lah yang menyebabkan sampai saat ini Nathan masih terjebak di kondisi amnesianya itu."Baik lah, kalau begitu beri aku resep obat Nathan. Aku akan menebus dan memberikannya nanti.""Sebaiknya kita tunggu Nathan datang. Aku harus memeriksa perkembangannya dulu, baru bisa meresepkan obat.""Tapi aku yakin, kondisinya masih sama seperti biasa.""Aku akan menghubungi Nathan untuk menjadwalkan konsultasi ulangnya.""Arnold! Sepertinya sekarang kau mulai berani menentangku.""Aku sudah muak dengan sikapmu selama ini, aku tidak akan takut lagi jika aku harus berhenti bekerja sebagai Dokter. Aku merasa berdosa setiap k
Di sebuah rumah sederhana dikota S."Kapan aku bisa membawa Key ke rumah ini?" Rachel bicara sendiri saat membersihkan rumah yang berdebu."Huh, rasanya baru kemarin aku pulang dan membersihkan rumah ini. Tapi lihat lah sekarang, seperti rumah yang tidak pernah di bersihkan bertahun-tahun." Dia terus menggerutu sendiri."Syukur lah hari ini semuanya berjalan lancar, jadi aku bisa cepat kembali dan membersihkan rumah tua ini."Begitu lah Rachel. Ia akan berbicara sendirian sepanjang waktu sambil terus membersihkan setiap sudut rumah lamanya itu.Meski sudah pernah beberapa kali ingin dibeli orang, tapi dia enggan menjualnya.Rumah ini adalah peninggalan orang tuanya. Hanya ini harta satu-satunya yang mereka tinggalkan untuk Rachel.Dan Rachel sangat ingin memberikan rumah ini pada Key saat ia dewasa nanti.Rachel melihat jam, sudah jam lima sore. Perutnya terasa lapar, karena sibuk beres-beres ia sampai lupa makan siang.
Nathan mengikuti langkah Rachel dan berkata "Bahkan jika itu hanya sebuah lampion murah, kau masih menggantungnya selama ini. Apa itu tandanya dalam hatimu masih sepenuhnya ada aku?" "Itu karena benda itu masih berfungsi dengan baik, jika tidak sudah lama aku akan membuangnya ke tempat sampah." Kilah Rachel. " Ya.. Baik lah, anggap saja seperti yang kau katakan." Ucap Nathan mengalah. Melihat Nathan yang tidak melanjutkan perdebatan dengannya lagi, hati Rachel tiba-tiba saja merasa gundah. Ia berjalan ke arah dapur. Dan tentu saja Nathan mengikutinya lagi kali ini. Saat berada tepat di depan meja makan, Rachel berbalik dan mencium bibir Nathan. Membuat pria itu terkejut karena tidak ada persiapan. Lama kelamaan ciuman itu semakin panas. Bibir mereka saling melumat. Saat ini satu tangan Nathan sudah memegang lembut kepala belakang Rachel. Yang satunya lagi memeluk pinggang ramping gadis itu. Saat ciuman itu menuntut lebih, Rache