Share

8. Perasaan Mulai Mencuak

Ceklek.

Alfa membuka ruang kerjanya yang juga merupakan ruang kerja Naura. Ya, mereka memang satu ruangan kerja.

"Selamat pagi," sapa Alfa terlihat tenang.

"Selamat pagi," balas Naura yang juga bersikap cuek.

"Naura, tolong berikan laporan yang kemarin aku minta," pinta Alfa.

"Baik," Naura pun memberikan laporan itu tanpa banyak bicara.

"Oh ya, Naura, nanti jam 10 kamu ikut aku meeting di luar."

"Baik," balas Naura patuh saja, memang tak mau banyak bicara.

Telepon di atas meja kerja Alfa berbunyi, Alfa menekan satu tombol untuk memerima panggilan.

"Pak Alfa, mbak Sherly datang dan sudah langsung naik ke ruangan bapak, tidak bisa ditegur," kata seorang yang berbicara melalui saluran telepon.

"Terima kasih."

Klik.

Alfa langsung menutup telepon itu begitu saja.

"Ck, kebiasaan!" Alfa menggerutu kesal.

"Naura, tolong copy kan berkas ini di lantai satu," perintah Alfa.

"Baik." Naura mengambil berkas yang dimaksud lalu segera melaksanakan perintah.

Naura membuka pintu dan ia berpapapasan dengan seorang wanita yang terlihat seperti wanita konglomerat. Naura sedikit terkejut karena ia tidak tahu ada orang di depan pintu, untung saja Naura tidak menabraknya.

Sedangkan wanita itu mengernyit menatap Naura. Naura bersikap biasa saja dan langsung pergi begitu saja. Wanita itu masih memperhatikan Naura sebentar sebelum ia masuk ke ruangan yang ingin dituju.

"Aku nggak pernah lihat wanita itu, dia karyawan baru?" tanya wanita itu begitu masuk ke ruangan Alfa.

"Apa menurutmu kamu kenal semua karyawanku?" balas Alfa.

"Enggak, tapi aku tahu siapa saja yang keluar masuk ruanganmu. Siapa dia?" tanya Sherly lagi.

Sherly adalah salah satu perempuan yang masih tak menyerah mengejar Alfa meski sudah ditolak berkali-kali. Ia putri dari salah satu orang ternama di kota ini. Alfa menghormati ayah Sherly namun memandang rendah Sherly yang menurutnya murahan.

"Dia karyawan baru," balas Alfa.

"Dia bukan cleaning sevice kan? Siapa dia, Alfa?" desak wanita itu yang tak lain adalah Sherly.

"Dia sekretarisku."

"What? Sekretaris?  Sejak kapan? Alfa, sejak kapan kamu butuh seorang sekretaris? Kalau kamu butuh sekretaris kamu bisa kasih tahu aku, aku bisa carikan sekretaris yang cocok buat kamu." Sherly merengek.

"Tolong berhenti bicara dan berhenti ikut campur. Kamu nggak ada hubungannya sama aku ataupun perusahaanku!" tukas Alfa jatam.

"Ada! Aku ada hubungannya sama kamu, Alfa!" pekik Sherly.

"Cukup! Untuk apa kamu datang kemari?"

Sherly langsung bertingkah manja, ia duduk pada tepi kursi kerja Alfa dan metangkul pundak Alfa.

"Aku merindukanmu, Alfa." Sherly bergelayut manja.

"Lepaskan! Jangan bertingkah menjijikan."

"Alfa, aku ini kangen kamu. Apa kamu nggak bisa menyambutku. Bersikap manislah sedikit saja," rengek Sherly tak mau melepaskan rangkulannya.

Alfa terpaksa harus berdiri dan menyingkirkan tangan Sherly dengan paksa.

"Aku bilang lepaskan! Kalau tidak ada kepentingan lebih baik kamu segera pergi dari sini."

Alfa mengibaskan tangan Sherly lalu hendak pergi meninggalkan ruangan. Sherly mengejarnya dan menarik jas yang Alfa kenakan. Sherly bahkah sampai kehilangan keseimbangan karena ia terlalu kuat menarik Alfa, dan akhirnya mereka jatuh ke lantai, posisi Alfa di atas Sherly.

Sherly tersenyum nakal, ia memanfaatkan kesempatan ini untuk menarik kerah baju Alfa, Sherly mengincar bibir Alfa yang sudah sangat lama ingin ia sentuh dengan bibirnya. Namun tiba-tiba pintu ruangan terbuka.

Ceklek.

Alfa spontan langsung bangkit dan berdiri tegap. Entah siapa yang datang Alfa masih belum mengetahui namun dalam hati Alfa mengutuk Sherly yang menurutnya telah berbuat lancang.

Alfa menoleh dan ternyata seorang yang datang adalah Naura.

"Maaf mengganggu kalian, kalau begitu saya akan kembali lagi nanti," ujar Naura santai.

"Iya, kamu memang mengganggu, pergilah!" sinis Sherly.

"Ck, nggak nyangka ternyata ada orang yang begitu nggak tahu malu melakukan itu di kantor," cibir Naura berbisik namun masih bisa ditangkap oleh indera pendengaran Alfa.

Alfa mengepalkan tangan kuat, lalu ia menarik tangan Naura membuat lembaran kertas di tangan Naura jatuh berserakan di lantai.

Alfa menatap tajam tepat pada manik mata Naura. "Akan aku tunjukkan gimana nggak tahu malunya aku," ujar Alfa tajam.

Nyali Naura langsung menciut. "Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Naura sedikit ketakutan.

Alfa tak menjawab pertanyaan Naura. Ia langsung mencium bibir Naura tanpa izin, lalu menekan tengkuk Naura agar tidak melepaskan ciumannya.

Naura memukul-mukul dada Alfa memberontak namun Alfa tak peduli, Alfa tetap meneruskan aksinya, Naura kalah kuat.

Tanpa sengaja Naura menatap mata Alfa yang juga tengah menatapnya dalam, dan entah mengapa tatapannya seakan terkunci, ia terlena dalam tatapan itu.

Deg deg deg deg!

Naura merasakan jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang. Naura mendorong paksa dada Alfa hingga pugatan mereka terlepas, namun tidak dengan tatapan mata mereka. Keduanya sama-sama tak ingin memalingkan pandangan.

Tatapan Alfa semakin teduh, sedangkan Naura semakin merasakam cintanya, cinta Alfa, cinta mereka yang sempat ia kubur dalam-dalam.

Dengan naluri yang sama, mereka sama-sama mendekatkan diri dan memulai lagi ciuman mereka. Bahkan kali ini Naura memejamkan mata, merasakan cinta yang menjalar. Entahlah, Naura menikmati ciuman itu, ia juga membandingkan ciuman kali ini dengan ciumannya semalam dengan Eza.

Saat ia melakukannya dengan Eza, Naura tidak mendapatkan perasaan seperti ini. Rasanya hambar.

'Oh tidak, ini salah!' batin Naura berteriak.

Naura mendorong kuat dada Alfa hingga ia benar-benar terlepas dari kurungan laki-laki itu. Kemudian Naura lari dari sana, ia berlari kencang seakan ingin pergi tanpa kembali. Dengan menutup mulutnya rapat-rapat Naura pergi ke tempat yang bisa ia gunakan untuk menenangkan diri.

Sedangkan Alfa hanya diam di tempat, tidak berniat mengejar Naura. Ia masih cukup waras untuk melakukan hal-hal gila, ini masih di lingkungan perusahaan. Cukup Sherly saja yang menjadi saksi, jangan ada yang lain yang bisa saja membuat gosip yang tidak-tidak.

Alfa mengusap wajahnya kasar. Ia merasa ia telah melakukan kesalahan namun ia tidak merasa bersalah. Ia justru merasa ia telah memiliki kesempatan.

"Apa-apaan ini, Alfa? Siapa perempuan itu?" pekik Sherly yang sudah cukup terbakar melihat orang yang dicintainya berciuman dengan wanita lain dihadapannya, di depan matanya.

"Aku nggak harus kasih tahu kamu siapa dia."

"Oh gitu? Oke. Kalau gitu aku akan kasih dia pelajaran," kata Sherly penuh dendam.

Set!

Alfa menarik dan mencengkeram lengan Sherly. Tatapannya nyalang memancarkan ancaman.

"Jangan pernah sentuh dia!"

***

Naura menyalakan kran wastafel lalu ia membasuh wajahnya. Ia berdiri di depan cermin dan menangis.

"Bodoh bodoh bodoh! Apa yang sudah kamu lakukan, Naura? Kamu telah mengingkari janjimu. Kamu telah mengkhianati Eza. Kamu bodoh, Naura, kamu bodoh!" Naura memaki diri sendiri tanpa ampun.

Naura memukul-mukul dadanya yang sesak.

"Jangan, kumohon jangan muncul lagi. Tetaplah terkubur disana. Perasaan untuknya telah mati. Jangan lemah, Naura, kamu nggak boleh lemah!"

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
SetyaAiWidi
Nah, kan? Akhirnya dicium sama Alfa dan Naura merasakan getaran dalam hatinya. Ciyeeehhh... Itulah cinta, Neng Geulis...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status