Lahat ng Kabanata ng Cinta Lama Belum Kelar: Kabanata 1 - Kabanata 10
77 Kabanata
1. Pertemuan Tak Terduga
"Sayang, udahlah kamu nggak usah kerja. Kita kan juga udah mau nikah, sementara kamu istirahat aja di rumah." Seorang laki-laki berperawakan atletis dan tubuh tegap, sedang membujuk kekasihnya yang baru saja diterima di perusahaan ternama setelah kontrak kerjanya usai di perusahaan yang sama dengan laki-laki itu bekerja. Dia adalah Eza, yang sedang membujuk Naura—kekasihnya, agar tidak usah bekerja lagi. Mereka telah menjalin hubungan selama tiga tahun lamanya. Eza cukup mapan dan sudah sangat ingin menikahi Naura, tetapi Naura terus menghindar, Naura terus menunda. Dan Eza hanya bisa bersabar sampai kekasihnya itu siap untuk menikah dengannya. "Nggak mau, aku nggak terbiasa nggak ada kegiatan, nanti yang ada malah aku bosan. Biarin aku kerja ya, Sayang, please ...." Naura memperlihatkan puppy eyesnya memohon. "Lagipula kita kan masih belum menikah, aku masih ingin punya penghasilan sendiri," lanjut Naura. Eza tersenyum kecut, namun dia bisa a
Magbasa pa
2. Mantan Kekasih Dan Calon Suami Bertemu
"Wanita lain?" Alfa ternganga. "Apa maksudmu dengan wanita lain?" Alfa meminta penjelasan. "Cih, dasar bajingan! Kamu sama sekali nggak menyadari kesalahanmu, ha?" Entah mendapat keberanian dari mana, Naura yang tadinya menciut ketakutan kini ia berani mengumpati laki-laki di hadapannya itu, dengan jarak yang sangat dekat. Bam! Alfa meninju pintu tepat di belakang Naura dengan mengurung Naura pada lingkaran yang ia ciptakan dengan tangannya. Naura terpelonjat karena saking terkejutnya dengan pukulan yang mengenai pintu dibelakangnya. Dan ketika ia membuka mata wajahnya hampir tak berjarak dengan wajah Alfa. "Kamu sampai menyebutku bajingan? Memangnya apa kesalahanku, Naura?" Dengan nada pelan penuh penekanan, Alfa berkata dengan gigi gemertak. "Kenapa kamu kelihatan sangat membenciku?" lanjut Alfa bertanya. Naura memutar bola mata jengah. "Jangan pernah tanyakan apa kesalahanmu pada orang lain. Kamulah yang paling tahu
Magbasa pa
3. Perdebatan Eza Dan Naura
Eza mencengkeram kuat kemudi yang tak bersalah. Hatinya penuh gemuruh dan ia merasa kacau. Ia bingung harus bersikap bagaimana sekarang di hadapan wanita pujaannya. Eza membuant napas kasar dengan sekali hentak. Lalu perlahan ia menatap Naura yang terus menatap keluar jendela. Ada sebuah pertanyaan yang terngiang di kepala Eza, yang ragu untuk ia tanyakan tapi dia sangat penasaran akan kenyataannya. Akhirnya pertanyaan itupun terucap, keluar dari mulutnya. "Naura, apa hubungan kalian sebenarnya?" Deg! Naura langsung mematung dengan jantung yang seakan berhenti bekerja. Napasnya tercekat hanya karena satu pertanyaan yang mungkin bisa membunuhnya. Naura sama sekali belum siap untuk mengungkit masa lalunya, apalagi menceritakannya pada Eza. Bukannya Naura ingin terus menyembunyikan masa lalunya dari calon suaminya, tetapi Naura merasa itu tidaklah penting untuk dibicarakan. Namun sekarang justru Eza sendiri yang menangkap basah penggalan
Magbasa pa
4. Alfa Menangis
Brak!Alfa membanting pintu mobilnya dengan kencang. Ia duduk di balik kemudi lalu menarik rambutnya sadis, hingga bisa saja rontok."Haaaaaa ...!" Di dalam mobil yang kedap suara itu Alfa berteriak mengekspresikan perasaannya yang sedang kacau balau."Apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi?" Alfa bertanya-tanya dengan emosi yang sangat tidak stabil. Napasnya naik turun tak menentu. Matanya memanas hingga butiran cair bening pun menetes melalui ujung matanya."Aku selalu memcarimu, Naura, tanpa henti, tanpa lelah. Aku selalu menebak-nebak apa alasan kepergianmu, dan aku sangat berharap kita bisa melanjutkan hubungan kita atau mungkin kita bisa memulainya dari awal. Tapi ternyata kamu udah punya calon suami.""Kenapa kamu begitu tega, Naura, kenapa? Kamu telah berubah, kamu tidak lagi seperti Naura yang aku kenal dulu."Seorang laki-laki menangis, itu pasti sakitnya sudah sangat menancap di relung hatinya.Ya, seorang Alfarezi Kavindra y
Magbasa pa
5. Saran Diterima
"Tapi dia hanya calon suami, belum jadi suaminya Naura. Semua masih bisa dirubah." "Memangnya apa yang bisa aku lakukan, Vano?" sentak Alfa. "Naura marah sama aku, dia bahkan nuduh aku punya wanita lain, apa maksudnya coba?" lanjut Alfa. "Aku rasa ada kesalahpahaman disini. Aku harus dapatkan penjelasan dari Naura, Van." Vano memainkan dagunya seperti sedang berpikir. "Bro, kamu punya banyak waktu untuk berduaan sama Naura kan? Ya kamu usaha lah, kamu dekati dia, kamu kasih perhatian ke dia, kamu berusaha ambil hatinya, setelah itu kamu bisa coba tanyakan kenapa dia pergi, bagus kan ideku?" Vano berujar panjang. Alfa mengerutkan kening. Ia mencerna dan mempertimbangkan saran yang diusulkan oleh Vano yang jarang-jarang otaknya encer. "Hmm ... ya, bisa juga, tapi ...." "Halah pake tapi-tapi segala, tapi apaan?" "Tapi aku pengennya dapat penjelasan dari Naura hari ini juga, malam ini lah minimal," ujar Alfa berteka
Magbasa pa
6. Perkelahian Alfa Dan Eza
"Baru calon kan? Kamu belum jadi suaminya," kata Alfa pelan namun mengejek. "Sialan!" Bugh! Eza melayangkan pukulannya dan mendarat pada rahang Alfa tepat. Seketika Eza merasa kebas karena pukulan yang luar biasa itu. Pukulan Eza yang tengah dipenuhi amarah itu seakan dirasuki setan sehingg bisa membuat Alfa terhuyung karena saking kuatnya. Dan lagi, Alfa memang tidak siap karena ia tidak menyangka Eza akan memukulnya. "Kamu boleh bersikap arogan pada siapapun, tapi kalau sampai kamu memaksakan kehendakmu pada Naura maka aku nggak akan segan-segan menghabisimu!" ancam Eza serius. "Kamu kenal Naura udah berapa tahun, hm? Kenapa aku merasa kamu nggak mengenal Naura sama sekali, ck," cibir Alfa sinis. "Apa maksudmu?" tanya Eza tajam. Alfa kembali berlajan mendekati Eza setelah tadi terhuyung ke belakang beberapa langkah. Kini Alfa berdiri persis di had
Magbasa pa
7. Permintaan Eza Pada Naura
"Tapi apa? Apa kamu masih mencintai Alfa?" "Eza, kamu ini bicara apa? Apa kamu menuduhku?" kata Naura tak terima, ia merasa disalahkan. "Aku nggak nuduh kamu, aku cuma memastikan hatimu. Apakah kamu benar mencintaiku, atau aku hanya bayangan bagimu?" Naura menghela napas panjang. "Aku nggak harus berulang kali mengatakanya, seharusnya kamu udah tahu. Lagipula kita udah berjalan tiga tahun, apa menurutmu aku akan terus bersamamu kalau aku nggak mencintaimu?" ujar Naura. "Kamu duduk dulu, aku ambilkan air buat bersihin luka kamu," lanjut Naura kemudian berlalu begitu saja. Masih berdiri di depan pintu, Eza terus memperhatikan punggung Naura hingga menghilang dari pandangan. "Kamu ada disisiku, kita baik-baik saja selama ini, sebelum dia datang. Tapi setelah hari ini, apa kita akan tetap baik-baik saja, Naura?" ujar Eza lirih. Eza mengusap wajahnya kasar, kemudian ia beralih duduk di bangku teras menunggu Naura datang. Tidak membu
Magbasa pa
8. Perasaan Mulai Mencuak
Ceklek. Alfa membuka ruang kerjanya yang juga merupakan ruang kerja Naura. Ya, mereka memang satu ruangan kerja. "Selamat pagi," sapa Alfa terlihat tenang. "Selamat pagi," balas Naura yang juga bersikap cuek. "Naura, tolong berikan laporan yang kemarin aku minta," pinta Alfa. "Baik," Naura pun memberikan laporan itu tanpa banyak bicara. "Oh ya, Naura, nanti jam 10 kamu ikut aku meeting di luar." "Baik," balas Naura patuh saja, memang tak mau banyak bicara. Telepon di atas meja kerja Alfa berbunyi, Alfa menekan satu tombol untuk memerima panggilan. "Pak Alfa, mbak Sherly datang dan sudah langsung naik ke ruangan bapak, tidak bisa ditegur," kata seorang yang berbicara melalui saluran telepon. "Terima kasih." Klik. Alfa langsung menutup telepon itu begitu saja. "Ck, kebiasaan!" Alfa menggerutu kesal. "Naura, tolong copy kan berkas ini di lantai satu," perintah Alfa. "
Magbasa pa
9. Teman Baru Naura
Naura membasuh wajahnya sekaligus menghilangkan jejak air matanya. Setelah itu ia mengeringkannya dengan tissue. Saat ia hendak keluar dari toilet, seseorang masuk dan mencegahnya. "Jangan keluar dulu," kata orang itu yang bahkan tak Naura kenali. Naura mengerutkan kening. "Aku?" Naura menunjuk pada diri diri sendiri. "Iya, di luar masih ada Sherly," lanjut orang tadi. "Sherly, siapa?" tanya Naura bingung. Seseorang itu menghela napas melihat kepolosan Naura. "Sherly itu tamunya pak Alfa. Kamu Naura kan, sekretaris barunya pak Alfa?" tanya orag itu. Naura mengangangguk seperti orang bodoh. "Makanya, kamu disini aja dulu. Sherly lagi nyariin kamu di luar." "Terima kasih atas informasinya. Kalau boleh tahu, kamu siapa?" tanya Naura. "Namaku Safira." "Ah, ya, salam kenal, Safira," kata Naura. Safira mengangguk sembari membasuh tangannya di wastafel. Naura memperhatikan Safira
Magbasa pa
10. Bisakah kembali Bersama?
Naura membawa secangkir kopi milik Alfa di tangan kananya, sedang tangannya yang kiri mendorong pintu dan ia pun masuk. "Ini kopimu," kata Naura seraya meletakkan kopi itu di atas meja. "Terima kasih," kata Alfa tanpa menoleh. Naura mengangguk singkat lalu ia pun kembali ke mejanya. Kemudian keduanya saling diam. Suasana cenderung canggung. Tiba-tiba saja Naura mengeluarkan suara. "Alfa," panggil Naura. Alfa langsung menoleh. "Apa Eza yang membutmu terluka seperti itu?" tanya Naura. Alfa terkekeh pelan. "Bukan apa-apa. Bagi cowok ini sudah biasa," balas Alfa. Naura tak menjawab lagi, dan setelahnya terjadi keheningan. "Dia bukan siapa-siapaku, sungguh," celetuk Alfa tiba-tiba setelah terjadi keheningan. Naura berhenti menggerakkan bolpen yang sedang ia gunakan untuk menulis. Naura pun perlahan mendongak untuk menatap Alfa. "Kamu ngomong sama aku?" tanya Naura datar. "Naura, Sherly bukan siapa-sia
Magbasa pa
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status