Share

Kisah Pilu Asma

Author: Uphieawan
last update Last Updated: 2023-01-28 14:19:03

“Kalau tidak mau menjawab, tidak apa-apa Asma,” ucap Khansa melihat raut kesedihan di wajah Asma.

Asma menatap Khansa yang duduk di sebelahnya. Ucapan sang suami yang lebih memilih wanita selingkuhannya terngiang kembali di telinga. Laki-laki yang sangat dicintai membuangnya hanya karena kehadiran cinta lamanya.

“Suamiku selingkuh dengan mantannya dan sekarang hamil juga, Mbak. Dia lebih memilih wanita itu daripada aku dan anak yang di dalam kandunganku. Bukan kali ini saja dia berselingkuh, tetapi ini yang sangat menyakitkan. Aku tidak bisa bertahan lagi dengannya,” Asma mencoba bercerita kepada orang lain untuk meringankan beban di hatinya.

Arya yang akan ke kamar Asma urung menyambanginya. Dia hanya berdiri di balik dinding kamar yang ditempati Asma dan mendengarkan cerita Asma.

“Mungkin ini adalah hukuman Allah buatku, Mbak. Pernikahan kami tidak disetujui oleh orang tuaku karena melihat latar belakang keluarga kami yang berbeda dan juga sosok suamiku yang memang sejak dulu terkenal playboy,” ujar Asma. Dia teringat pada keluarga yang menentang pernikahan mereka. Walaupun akhirnya terjadi pernikahan, tetapi orang tuanya tidak merasakan kebahagiaan mempunyai menantu. Pernikahannya juga diadakan di rumah keluarga Tanto. Keluarga intinya saja yang datang untuk menyaksikan pernikahannya.

“Semenjak menikah aku tidak pernah sekalipun datang ke rumah. Selain aku takut dengan suami, aku juga takut jika orang tuaku menjadi bahan pergunjingan dengan kedatanganku.” Air mata Asma mengalir dari sudut matanya. Bukan kenangan sang suami yang membuatnya menangis, tetapi ingatan Asma kepada keluarganya, tidak bisa menahan tangisnya. Khansa segera memeluk Asma.

“Apakah orang tuamu mengetahui perselingkuhan suamimu dan perceraian kalian?”

Asma menggeleng. “Aku langsung pergi ke kota setelah keluar dari rumah suami. Aku malu untuk pulang ke rumah mereka, Mbak. Aku juga tidak mau orang tuaku menanggung malu dengan kehancuran rumah tanggaku.”

Asma terisak di pelukan Khansa. Dia menyesali semua perbuatannya pada kedua orang tuanya dan juga niatnya yang akan bunuh diri.

Arya tertegun di tempatnya berdiri. Dia mengingat laki-laki yang dipilih Asma. Walaupun dia tidak mengenalnya, tetapi dia mengetahuinya. Laki-laki itu seangkatan tetapi berbeda sekolah. Setelah penolakan Asma pada dirinya, dia memang menjauh dari Asma. Setelah lulus sekolah, dia pergi dari desa karena kedua orang tuanya juga pindah ke kota. Kabar yang terakhir di dengarnya tentang pernikahan Asma.

“Dosaku sangat besar di masa lalu, Mbak. Aku juga telah menjadi anak durhaka,” aku Asma seraya menangis terisak dipelukan Asma, “apakah Allah akan mengampuniku, Mbak?”

“Allah itu Maha Pengampun kepada hamba-Nya. Allah masih memberi kesempatan kepadamu untuk memperbaiki diri. Sekarang, jangan memandang masa lalu. Kamu harus bangkit. Ingat ada anak yang masih di dalam kandunganmu. Oh ya berapa usia kandunganmu?” Khansa mengalihkan kesedihan Asma.

“Mau enam bulan, Mbak,” jawab Asma.

“Wah, berarti sudah sering bergerak dong,” komentar Khansa seraya meminta izin untuk mengelus perutnya. Dia merasakan  gerakan di dalam perut Asma.

“Tolong bimbing aku, Mbak,” pinta Asma seraya menggenggam tangan Khansa dan menatapnya dengan penuh permohonan.

Khansa membalas genggaman Asma seraya tersenyum. Dia memberi kekuatan untuk Asma agar bisa bangkit dari keterpurukannya.

“Insya Allah. Kita sama-sama belajar agar menuju ke arah yang lebih baik. Semoga panti asuhan ini menjadi tempat ternyaman buatmu dan anakmu. Ingatlah selalu bahwa kamu harus bahagia agar anak yang ada di dalam kandunganmu juga bahagia.”

Arya yang berada di balik dinding merasa bahwa kini saatnya dia menyapa dua wanita yang berada di dalam kamar. Dia berpura-pura tidak mendengar obrolan Asma. Dia berjanji ingin mengembalikan Asma yang pernah dikenalnya. Asma yang selalu ceria dan ramah. Dia muncul diambang pintu seraya bertanya, “Sudah beberes kamarnya?”.

Asma dan Khansa saling berpandangan dan tersenyum lebar. “Kita keasyikan mengobrol. Jadi lupa untuk membereskan barang-barangmu,” ucap Khansa.

“Asma, kamu beberes dulu ya, nanti jam 8 kita ke dokter kandungan. Mbak Khansa bisa menemani?” Arya mengajak Asma untuk memeriksakan kandungannya karena dia merasa khawatir dengan peristiwa semalam. Khansa juga diminta mendampingi mereka karena bagaimanapun juga Asma dan Arya bukan mahram.

“Kalau pagi ini Mbak nggak bisa, bagaimana kalau sore saja. Mbak punya teman dokter kandungan dan praktek sore hari. Mbak bisa minta nomor antrean dulu tanpa kita harus mendaftar ke tempat prakteknya. Bagaimana?” Khansa memberikan alternatif waktu karena dia akan mengisi kajian remaja di salah satu sekolah.

Arya berpikir sebentar. Dia memang tidak mungkin pergi berdua saja dengan Asma.

“Baiklah, Mbak. Nanti sore saja. Bagaimana Asma?”

Asma merasa tidak enak karena merepotkan banyak orang. Pada awalnya Asma menolak untuk periksa ke dokter kandungan, tetapi Arya maupun Khansa memaksa sehingga dia tidak bisa menolak.

Siang ini, Asma berusaha membaur dengan penghuni panti asuhan. Dia ikut membantu ibu Asih yang berada di dapur. Kebetulan dia memang hobi memasak. Khansa sudah meninggalkan panti sejak jam 10 pagi. Sedangkan, Arya sejak pagi sudah tidak berada di panti asuhan  karena dia harus mengecek persediaan barang di toko-tokonya.

Asma merasa diterima di panti asuhan itu. Semua orang memperlakukannya dengan baik padahal dia hanya seorang pendatang.

Sebelum asar, Arya sudah berada di panti asuhan. Dia dan Khansa sudah mengatur waktu untuk memeriksakan kandungan Asma. Khansa sudah menghubungi temannya untuk mendapatkan nomor antrean.

“Kita berangkat sekarang saja, ya,” ajak Khansa..

Asma sudah bersiap sejak sebelum asar. Kali ini Asma memakai jilbab yang diberikan  oleh Khansa. Dia sudah bertekad akan terus memakainya. Arya dan Khansa pun sudah siap. Mereka berangkat ke klinik dokter kandungan dengan menggunakan mobil Arya.

Khansa duduk di jok mobil di samping pengemudi, sedangkan Asma duduk di jok belakang. Di dalam mobil mereka terdiam satu sama lain, hanya ada suara murotal dari audio yang ada di mobil.

“Bagaimana kesan pertamamu di panti, Asma?“ Arya memecah kesunyian di dalam mobil dengan bertanya kepada Asma. 

Asma menatap Arya melalui spion mobil yang ada di depan.

“Alhamdulillah. Semua penghuni sangat baik. Aku merasa mempunyai keluarga baru di panti itu,” jawab Asma seraya tersenyum.

Arya dan Khansa tersenyum bahagia mendengar jawaban Asma. Mereka berharap Asma bisa melanjutkan kehidupannya lagi.

Setelah setengah jam perjalanan, mereka telah sampai di depan tempat tujuan. Petugas pendaftaran masih mendata para pendaftar. Khansa meminta izin kepada Asma dan Arya untuk menemui temannya yang masih berada di rumah yang berada di samping klinik.

“Maaf, kemarin aku tidak sengaja mendengar kamu bercerita dengan Mbak Khansa. Maafkan aku telah lancang sudah mendengarkan pembicaraan kalian,” ujar Arya ketika mereka duduk berdua di salah satu kursi tunggu yang masih sepi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Pertemuan

    “Mas Tanto!” panggil Asma dengan lirih.Tanto, suami yang sudah mengusir dan menalaknya di saat dia sedang hamil, sudah berdiri di depannya.“Apa kabar Asma?” tanya Tanto.“Baik,” jawab Asma dengan datar.Pandangan Tanto beralih ke arah perut Asma. Tanpa memedulikan Tanto, Asma segera mengangkat barang belanjaannya. Akan tetapi, karena banyaknya barang belanjaannya itu membuat Asma kesulitan.“Perlu aku bantu?” tawar Tanto yang mendekati Asma dan tanpa sengaja tangannya menyentuh tangan Asma dan membuat Asma berjengit kaget hingga meletakkan kembali barang belanjaannya itu.“Tidak usah, Mas. Aku akan menelepon seseorang yang datang bareng aku,” tolak Asma.“Kenapa tidak mau aku bantu? Walau bagaimanapun secara hukum negara, kamu itu masih istriku,” ucap Tanto tanpa merasa malu dan bersalah.Asma menatap Tanto. Ada perasaan benci pada laki-laki di hadapannya. Apalagi jika teringat anaknya yang baru berusia satu bulan lebih.Asma tersenyum getir mendengar ucapan Tanto. “Aku tidak salah

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Keputusan Asma Untuk Arya

    Ciiiit!Arya mengerem mobilnya secara mendadak ketika mendengar ucapan Asma. Untung saja Arya sedang melajukan mobilnya dalam keadaan pelan.“Maaf!” ucapnya dan menengok ke arah Asma yang sedikit terdorong ke depan. “Kamu dan Randi baik-baik saja?” tanyanya dengan rasa khawatir.Kebetulan Randi sedang tiduran di atas jok mobil yang beralaskan kasur kecil dan Asma sempat menahannya agar tidak terdorong ke depan.“Alhamdulillah, kami baik-baik saja,” jawab Asma yang sudah kembali ke posisinya. Randi juga masih terlelap di atas kasurnya. “Mbak Khansa bagaimana?”“Aku tidak apa-apa kok. Untung saja Arya mengendarai mobilnya tidak kencang,” ujar Khansa.“Maaf! Aku terkejut dengan ucapan Asma. Apa maksudmu Asma? Apa yang kamu ucapkan tadi menandakan bahwa kamu bersedia menjadi istriku?”Arya bertanya secara beruntun tentang ucapan Asma dan dibalas senyuman manis yang terukir di bibir Asma. Senyuman dan anggukan Asma sudah menjawab pertanyaannya.“Baiklah, nanti aku akan bicara langsung deng

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Perjalanan Asma Ke Desa

    “Mengapa kamu tidak menghubungi sendiri?” tanya Khansa heran.Bukan bermaksud dia menolak permintaan tolong dari Asma, dia hanya merasa heran dengan permintaan itu. “Ehm, aku merasa tidak enak padanya, Mbak. Kemarin aku sudah menolak untuk mengantarku,” jawab Asma dengan ragu.Khansa tersenyum melihat wajah Asma yang terlihat malu.“Loh, kenapa sekarang berubah pikiran?” tanya Khansa semakin penasaran.“Tidak apa-apa, Mbak. Aku merasa tidak enak mengecewakan Arya. Padahal, dia sudah terlalu banyak membantuku,” jawab Asma.“Jadi, kamu hanya ingin membalas budi padanya?”Asma menggeleng-gelengkan kepalanya. “Bukan, bukan seperti itu, Mbak. Maksudku, barangkali dia ingin bertemu orang tuaku dan ada yang ingin dikatakan pada mereka. Selain itu, keluarganya juga ada yang di sana.”“Apa kamu ingin Arya bertemu dengan orang tuamu untuk menunjukkan keseriusannya?” tanya Khansa dengan nada menggoda Asma.“Eh.” Asma terkejut dengan ucapan Khansa walaupun memang seperti itu adanya yang ada di b

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Rencana Pulang

    “Hah! Bagaimana maksudnya, Mbak?” tanya Milla yang bingung dengan pertanyaan Asma.“Apa kamu menyukai Arya sehingga kamu kecewa jika dia sudah mempunyai calon istri?” tanya Asma sekali lagi.Milla terkekeh mendengar pertanyaan Asma. Walaupun Milla belum pernah merasakan jatuh cinta kepada laki-laki, tetapi dia adalah wanita yang beranjak dewasa yang tentu mengetahui bagaimana seseorang yang cemburu.“Kamu kok malah terkekeh?” tanya Asma.“Mbak Asma cemburu ya?” godanya sambil mengerlingkan mata menatap Asma.“Kenapa aku harus cemburu?” tanya Asma.“Mbak, aku memang menyukai Mas Arya. Tetapi, dia sudah kami anggap sebagai pengganti orang tua kami. Kami sudah menganggapnya sebagai kakak,” ucap Milla.Asma menghela nafas lega mendengar ucapan Milla. Dan tanpa disadari hal tersebut terdengar oleh Milla.“Merasa lega ya, Mbak? Kalau Mbak Asma dan Mas Arya sudah saling mencintai, kenapa sih Mbak Asma tidak segera menikah dengan Mas Arya saja. Setahu aku, masa iddah perempuan yang bercerai s

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Cemburu Tanda Cinta?

    “Calon istri?” tanya Arya dengan mengernyitkan dahi.Sebelum berbicara dengan Asma, Arya meminta wanita yang bersamanya untuk mengambil barang yang dibutuhkannya.Milla sedang memilih barang yang sudah dicatat Asma di sebuah kertas. Sedangkan, Asma mencari pernik-pernik pelengkap hiasan kue yang juga tersedia di toko itu.Asma menjadi serba salah dengan pertanyaannya. Apalagi menanyakannya tepat di depan wanita yang dia kira calon istri Arya. Padahal, dia tidak bermaksud bertanya hal tersebut.“Tidak jadi,” sahut Asma sesegera mungkin sebelum Arya mengajukan pertanyaan lanjutan.“Maksudmu dia?” tanya Arya seraya menunjuk wanita yang bersamanya tadi. “Kenapa kamu menebaknya sebagai calon istriku? Padahal kamu tahu bahwa kamulah wanita yang aku harapkan sebagai istriku.”Tanpa disadari, pipi Asma bersemu mendengar ucapan Arya. Walaupun dia sering mendengar pernyataan Arya, tetapi selalu saja membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan pipinya terasa memanas.“Tidak usah dipikirkan, Arya

  • Cinta Lama Kembali Setelah Pernikahannya Usai   Panasnya Hati Asma

    "Perkenalkan, saya Arif, pengacara yang diminta mendampingi proses perceraian Mbak Asma,” ujar Arif mengenalkan diri dan menjabat tangan Uki.“Uki, kakak dari Asma,” balas Uki.Mereka pun duduk berhadapan di ruang tamu.“Terima kasih Pak Arif mau membantu mengurus perceraian adik saya,” ujar Uki membuka obrolan mereka.“Sama-sama. Tapi sebelumnya, panggil saja Arif, Mas. Saya masih terlalu muda untuk dipanggil pak,” ucap Arif dengan tersenyum lebar.“Mas Arif kali ya. Mungkin saya yang sudah terlihat tua ya, Mas,” seloroh Uki sambil tersenyum.“Mas Uki belum terlalu tua untuk ukuran laki-laki yang sudah mempunyai anak satu,” balas Arif.Mendengar ucapan Arif, Uki bengong sesaat.“Anak? Bagaimana saya bisa punya anak, Mas. Nikah saja belum,” ujar Uki sambil terkekeh.Kini giliran Arif yang bengong. “Loh, tadi bukan anak dan istri Mas Uki?” tanyanya memastikan.“Bukan Mas Arif. Perempuan tadi adik sepupu saya, sedangkan bayi tadi ponakan saya, anaknya Asma,” jawab Uki.“Syukurlah!” ucap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status