Share

Bab 4

Author: Lestari
Darren terdiam lama, lalu mendongak menatap Elara. "Setelah kamu mengalami musibah itu, mereka mencari segala cara untuk menyelamatkanmu. Mereka bahkan menitipkan uang pada orang yang mengaku bisa membantu. Tapi ternyata ditipu habis-habisan sampai semua tabungan ludes. Bagaimanapun, aku membujuk… mereka tidak bisa ditenangkan. Hari kejadian itu, rumah sakit menugaskanku ke Kota Sanada. Sebelum berangkat, aku sempat menjenguk mereka… tapi malamnya aku mendapat kabar dari telepon, rumah orang tuamu kebakaran. Mereka… tidak selamat."

Darren tidak terus terang, tapi Elara mengerti maksudnya. Ayah dan ibunya habis-habisan berusaha menyelamatkan dia, tetapi akhirnya kehilangan semua harta, lalu memilih jalan bunuh diri karena putus asa.

Pandangan Elara mulai menghitam. Saat duka yang begitu besar menghantam, justru emosi seseorang bisa menjadi dingin dan hampa.

"Elara!" Tubuhnya jatuh ke lantai dengan suara keras. Perlahan, Elara kehilangan kesadaran.

"Elara, cepatlah pulang, ayahmu malam ini mau masakkan sup iga untukmu."

"Elara, tolong bujuk ibumu, dia lagi ngambek. Sudah dewasa begini, masih saja minta tidur terpisah dari aku."

"Elara, anak ayah yang manis… hiduplah dengan baik…"

Elara terdiam.

Tidak tahu sudah berapa lama, Elara tiba-tiba terbangun, napasnya tersengal memandangi kamar dengan panik.

Rumah yang dulunya akrab, kini terasa begitu asing dan menakutkan.

Mungkin karena khawatir, Darren tidak mengantar Elara ke hotel, melainkan membiarkannya tidur di kamar tamu.

Sudah pukul dua belas malam, tetapi Darren dan Evelyn masih bertengkar.

"Kenapa kamu biarkan dia tinggal di rumah? Apa kamu masih punya perasaan sama dia? Darren, selama ini aku yang menemanimu!"

"Jangan menyangkal, Darren. Kamu masih cinta dia, 'kan? Bahkan kode sandi rumah pun tidak kamu ganti…"

"Baik! Kalau memang kamu masih cinta dia, aku pergi. Aku bawa Fesilia pulang ke rumah orang tuaku. Biar aku yang ajukan cerai! Toh dia sudah kembali, pernikahan kita juga tidak berarti apa-apa lagi!"

Suara Evelyn sangat keras. Elara tahu dia memang sengaja melakukan itu.

Lima tahun lalu, dia selalu berpikir kalau bisa kembali ke Kota Hadata, semua mimpi buruk akan berakhir. Dia masih punya ayah ibu yang menyayanginya, dan Darren yang mencintainya.

Namun kenyataannya… semuanya sudah berubah.

Elara bangkit. Perasaan asing yang begitu besar membuatnya ingin kabur. Dia tak pernah membayangkan suatu hari dirinya dan Darren bisa menjadi orang asing sedingin ini.

Saat keluar dari kamar, Elara bertemu Evelyn yang sedang menggendong anak, hendak pergi.

Tatapan penuh amarah dari Evelyn menembus hati Elara. Pandangan itu seakan berkata, 'Kenapa kamu tidak mati saja di luar sana?'

"Kenapa kamu harus pulang? Kami sekeluarga hidup baik-baik saja! Kenapa kamu kembali? Kenapa kamu tidak mati saja di luar sana!" Evelyn benar-benar kehilangan kendali, berteriak langsung pada Elara.

"Evelyn!" Darren pun ikut terpancing emosi. Tanpa sadar, dia menampar Evelyn di depan anak mereka.

Mungkin karena tak tahan mendengar kata-katanya yang terlalu menyakitkan.

Evelyn menatap Darren dengan tidak percaya, lalu berbalik membuka pintu, dan keluar rumah. "Kamu berani menamparku… demi dia!"

Fesilia pun menangis keras, sesenggukan menyayat hati.

Mata Darren penuh dengan rasa sakit, penyesalan, dan kebimbangan.

Tetangga yang mendengar keributan langsung keluar rumah. Ada yang bahkan mengangkat ponsel untuk merekam. "Evelyn, kamu dan Darren baik-baik saja, 'kan? Kenapa bertengkar?"

Saat dulu Elara dan Darren membeli rumah ini sebagai rumah pertama setelah menikah, itu masih berupa unit kosong. Mereka penuh semangat menunggu kunci, lalu bersama-sama mendesain dan merenovasi rumah, setiap detail adalah hasil cinta mereka.

Namun, lima tahun berlalu. Bagi para tetangga, penghuni asli rumah ini, nyonya rumah yang mereka kenal hanyalah Evelyn.

Rasanya seperti seluruh hidup dan usahanya dirampas orang lain. Benar-benar mencekik jiwa.

"Siapa perempuan itu? Jangan-jangan selingkuhan?" Salah satu tetangga berbisik.

"Perempuan jahat! Kenapa kamu datang ke rumahku? Kenapa kamu merebut ayahku dari ibuku? Kamu perempuan jahat! Kamu merusak keluarga orang lain!" Anak kecil itu pun ikut berteriak sambil menangis.

Kata-kata itu jelas hasil ajaran orang dewasa. Namun, ketika keluar dari mulut anak kecil, para tetangga langsung menganggap Elara benar-benar seorang perebut suami orang.

"Lihat tubuhnya kurus begitu, jelas kalah sama Evelyn. Darren, jangan bodoh. Kamu sudah punya kehidupan bagus."

"Benar. Malah mau jadi selingkuhan, merusak keluarga orang. Tidak tahu malu!"

Elara berdiri terpaku. Wajahnya kaku dan panik. Dia menoleh, menatap Darren dengan tatapan penuh harap, seakan meminta tolong.

Dia yang dituduh merusak rumah tangga orang?

Padahal ini dulu adalah rumah tangganya sendiri. Siapa sebenarnya yang merusak siapa?

Mereka ibu dan anak hanya berani bersikap begitu karena Elara tak bisa bicara sekarang.

Yang dia harapkan hanyalah Darren mau menjelaskannya. Meskipun satu kalimat saja, itu sudah cukup.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 100

    "Cepat panggil orang untuk buka kunci. Ini rumah kita. Dia tidak bisa seenaknya! Perempuan macam itu kalau tidak dipukul, tidak akan mau menurut. Kamu harus hajar dia sekali, biar dia tahu siapa sebenarnya kepala rumah tangga ini." Ibu Darren marah sambil mengeluarkan ide.Fesilia menangis sambil memeluk Darren. "Ayah, pukul dia. Dia jahat sekali."Darren mengernyit sambil menatap ibunya. "Ibu, jangan bicara seperti itu di depan anak."Ibu Darren menjawab dengan nada kesal, "Lalu sekarang harus gimana?""Panggil saja orang dari komunitas perempuan untuk bantu menengahi." Darren mengusap pelipisnya, lalu menelepon komite perempuan di komunitas setempat.Ketika ketua wanita datang, wajahnya tampak tidak enak, tatapannya pada Darren pun penuh ketidaksenangan. "Istrimu kemarin sudah datang melapor dan menceritakan semuanya padaku. Kamu diam-diam selingkuh di Kota Hadata saat dia tidak ada, bahkan sampai punya anak. Kamu yang salah duluan. Jadi kalau sekarang dia tidak mengizinkanmu masuk r

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 99

    Lani menelepon. Dia sudah menyerahkan bukti video tentang Darren yang terus mengganggu Elara dalam pernikahannya, bahkan sampai memaksanya, kepada tim investigasi kriminal. Akibatnya, Darren harus bekerja sama dengan polisi dan menjalani pemeriksaan. Meskipun sudah menyewa pengacara, dia tetap akan ditahan selama 48 jam.Selama 48 jam itu, ibu Darren menangis histeris ke mana-mana, mencoba mencari kenalan dan meminta pertolongan.Sayangnya, Keluarga Marvella sama sekali tidak menganggap Darren layak, bahkan dari lubuk hati mereka, mereka juga merendahkan ibu Darren. Oleh karena itu, Rinto, demi menjaga dirinya sendiri, memilih untuk mengacuhkan ibu Darren. Ibu Darren pun hanya bisa membawa anaknya tinggal di hotel.…Arseta Residence.Elara sudah akrab dengan semua orang di grup chat komplek. Dia mengirimkan hadiah, bahkan menaruh permen di setiap lantai dan menjelaskan bahwa dia adalah istri dari Darren.Sementara itu, kabar bahwa Evelyn adalah pelakor sudah tersebar luas di kalangan

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 98

    Ibu Darren ketakutan. Dia buru-buru melindungi Fesilia di belakangnya. "Kamu mau apa...""Aku gila dong... Bukannya putramu tahu aku gila?" Elara tersenyum, lalu mulai mengayunkan pisaunya tak beraturan di dalam rumah. "Ini rumahku, aku bebas mau melakukan apa saja.""Jangan sentuh boneka rubahku!" teriak Fesilia sambil menangis menatap Elara.Baru saat itulah Elara menyadari boneka rubah di kakinya. Dengan seringai dingin, dia meraih boneka itu dan berdiri, lalu di depan mata Fesilia, dia mengayunkan pisaunya, memotongnya menjadi beberapa bagian."Ah!" teriak Fesilia ketakutan. Tangisnya makin histeris.Ibu Darren merasa marah, tetapi tak berani mendekati Elara yang kini di luar kendali. Dia mendekap Fesilia, membujuknya dengan penuh kasih sayang. "Fesilia, jangan nangis, Sayang. Ada Nenek di sini," bisiknya lembut.Elara mencibir, menatap Ibu Darren dengan dingin. "Kena batunya, ya? Giliran cucu kesayanganmu yang terancam, baru pura-pura peduli," gumamnya sinis.Fesilia terus terisak

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 97

    Lukas... ya, Lukas."Lani, aku pinjam ponselmu sebentar!" Elara mengambil ponsel Lani dengan tergesa-gesa, lalu menelepon Ferdian.Urusan Lukas adalah rahasia militer. Satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Nathaniel hanyalah Ferdian."Aku... Elara." Elara menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri sebaik mungkin."Ponsel Nathaniel ada di tangan Darren. Darren bilang, ponsel itu dikasih Rinto. Anak buah mereka mengincar Nathaniel," ujar Elara cemas.Ferdian terdiam sejenak sebelum akhirnya bersuara, "Nathaniel hilang. Kami tidak bisa menghubunginya, tapi kami akan menemukannya secepat mungkin."Tubuh Elara bergetar. Air matanya tak terbendung saat memohon, "Kumohon..."Cepat temukan dia.Sudah lebih dari sepuluh jam dia menghilang. Dia pasti sudah mati."Kami sudah melacak posisi terakhir ponselnya. Dia... akan baik-baik saja."Pria di seberang telepon tidak bisa berkata lebih banyak, dan sambungan pun terputus.Sambil menangis, Elara mengembalikan ponsel itu ke Lani, dalam hat

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 96

    Elara menyeringai sinis, menatap Rinto. "Sangat mudah membuat orang waras jadi gila, bukan? Karena Pak Rinto tidak bisa menyelesaikan masalah, jadi lebih baik menyingkirkan orang yang menciptakan masalah, begitu?"Elara melihat Sena hendak menyelinap pergi, lalu berseru, "Dokter gadungan, kamu mau ke mana? Kamu sebagai staf humas rumah sakit, tapi malah menyuntikkan obat penenang dosis tinggi secara ilegal. Ditambah lagi, rumah sakit jiwa yang mengeluarkan resep obat penenang ilegal. Semua perbuatan ini adalah pelanggaran hukum pidana."Polisi selesai memeriksa rekaman CCTV rumah itu, lalu menatap Sena dengan wajah muram. "Apa kamu punya izin praktik?"Sena mengernyitkan dahi dan menoleh ke arah Rinto.Rinto saat itu tentu saja tidak berani banyak bicara."Dari video, memang benar pria ini yang sengaja memprovokasi wanita ini. Kalian terlibat dalam penahanan ilegal dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Ikut kami ke kantor polisi, dan kalian juga. Apa-apaan soal operasi lobotomi?""

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 95

    "Pihak psikiatri RS 456 sudah memberikan diagnosis yang sangat jelas. Elara hanya mengalami afasia. Tidak ada gejala lain, dan dia juga tidak menunjukkan adanya sikap agresif seperti yang kalian sebutkan. Dengan kata lain, dia baik-baik saja, hanya tidak bisa bicara." Lani mengeluarkan surat diagnosis Elara. "Aku punya alasan kuat untuk mencurigai kalian. Kalian memakai kedok rumah sakit jiwa, ini adalah penjara ilegal. Aku akan menuntut kalian dan bawa Elara pergi.""Tidak bisa!" Rinto dan dokter rumah sakit jiwa itu berseru bersamaan.Suara Rinto terdengar berat saat menatap Sena. "Dia memang tidak pernah bertindak agresif sebelumnya, tapi bukan berarti sekarang tidak. Luka di kepala Darren adalah buktinya. Lagi pula, Darren adalah walinya. Kalian tidak punya hak." Dia melanjutkan, "Tanpa izin Darren, Elara harus dibawa ke rumah sakit jiwa.""Kalau begitu, panggil Darren ke sini!" teriak Lisa, matanya menyorot tajam ke arah Rinto. "Hari ini, kalau Darren tidak datang untuk memberikan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status