Share

Bab 3

Author: Lestari
"Aku yang bantu Kak Darren jelaskan saja." Evelyn membuka suara.

Tubuh Elara gemetar, tangannya bergerak, bahkan bahasa isyaratnya pun penuh dengan amarah. "Aku tidak butuh penjelasanmu. Aku mau dia yang menjelaskan."

Evelyn sama sekali tidak mengerti bahasa isyarat. Tatapannya pada Elara penuh rasa kasihan. Dia sedang mengasihani Elara.

Air mata menggenang di pelupuk, membuat Elara merasa perih.

Tatapan kasihan dari Darren dan Evelyn menusuk jantungnya seperti sebilah pisau.

Saat itu, Elara mulai menyesal.

Kenapa dia tidak mati saja?

Kenapa tidak mati di Timur Tengah…

Kalau dia mati di sana, dia tidak perlu lagi merasakan penderitaan seperti ini.

Jari-jarinya bergetar lalu terkulai, dia tidak lagi melawan.

Disiksa teroris, luka fisik, semua itu tidak mampu menghancurkannya. Akan tetapi, serangan batin saat ini, benar-benar neraka.

"Waktu Pak Saud menerima tugas misi medis ke Timur Tengah, Darren sebenarnya tidak setuju kamu ikut. Saat itu, kalian baru saja resmi menikah. Dia hanya memikirkanmu, tidak ingin kamu ambil risiko. Tapi kamu… demi yang kamu sebut mimpi, demi kedamaian, demi semangat heroikmu, kamu tetap memaksa pergi." Kata-kata Evelyn dipenuhi nada menyalahkan.

Sekarang, justru dia yang mengeluhkan Elara.

"Evelyn." Darren mengangkat tangan, menutup kening, suaranya ditekan agar Evelyn berhenti bicara.

"Tapi kamu enak, seenaknya daftar pergi. Kamu pernah memikirkan Darren? Begitu kabar kecelakaan kalian sampai di sini, dia seperti orang gila. Setiap hari mabuk, mencari-carimu…" Mata Evelyn mulai berkaca-kaca.

Jari-jari Elara bergetar, tatapannya jatuh pada Darren.

Waktu menerima misi penjaga perdamaian dari Pak Saud, Darren mendukungnya…

Dia pernah berkata, "Elara, aku mendukung semua keputusanmu. Aku akan menunggumu pulang."

Kata-kata itulah yang membuat Elara bertahan hidup.

Alasan dia bisa melewati semua penderitaan adalah karena sosok Darren yang terus dia simpan di hatinya.

"Aku akui, cara aku mendapatkan Darren memang tidak terhormat. Tapi aku tidak menyesal. Aku mencintainya. Aku bahkan sudah punya anak darinya… Dia mencintaimu, aku tidak peduli. Aku percaya suatu hari dia akan mencintaiku juga." Evelyn berkata dengan nada tinggi penuh percaya diri, seperti seorang pemenang.

"Aku memutuskan melahirkan anak ini. Di saat Darren terpuruk, hidupnya hancur, akulah yang menemaninya. Dia tersentuh olehku, itu sebabnya dia mau bersamaku, demi memberi anak ini keluarga yang utuh."

Evelyn lalu menggendong putrinya, dengan sikap seolah sedang memamerkan kebahagiaannya.

"Umurmu berapa?" Elara menulis pertanyaan pada selembar kertas, menunjukkannya pada anak itu.

"Lima tahun." Anak itu sudah bisa membaca dan berpikir dengan jelas.

Elara menatap kosong pada gadis kecil itu. Heh… lima tahun.

Itu berarti, bahkan sebelum dia berangkat ke Sundara, Darren sudah berselingkuh.

Cinta yang katanya mendalam, saat ini sama sekali tidak berharga.

"Ini rumahku." Elara menulis dengan pena di kertas.

"Aku tahu rumah ini kamu beli bersama Darren, tapi mau bagaimana lagi, Elara? Kamu harus menerima kenyataan. Uang yang kamu pakai untuk beli rumah ini, akan aku kembalikan. Tapi sekarang, akulah istri Darren. Aku harap kamu bisa mengerti, dan merelakan kami…"

Evelyn akhirnya bicara blak-blakan.

Dia ingin Elara sendiri yang mundur, melepaskan pernikahannya dengan Darren.

"Semua barang-barangmu, aku dan Darren sudah simpan di ruang bawah tanah. Kalau kamu mau, silakan ambil di sana." Selesai berkata, Evelyn menggendong anaknya masuk kamar.

Elara berdiri di depan pintu, mati rasa, tetapi sakit… sangat sakit.

Dulu, ruang tamu penuh dengan foto dirinya dan Darren, itu adalah kenangan masa muda mereka.

Namun sekarang, yang terpajang adalah foto Darren bersama Evelyn dan putri mereka, juga mainan-mainan…

Darren adalah orang yang perfeksionis, sangat detail, rumah selalu bersih tanpa noda.

Tapi kini, mainan anak-anak, pakaian, semua berserakan di mana-mana…

Ternyata, dia juga bukan tidak bisa menerima rumah berantakan.

Begitu banyak hal yang Evelyn ucapkan, tetapi Darren tidak menyanggah sepatah kata pun.

Sesungguhnya, dia hanya meminjam mulut Evelyn untuk mengutarakan isi hatinya sendiri.

"Masuklah…" Darren berkata lirih, tidak berani menatap mata Elara.

Elara tidak bergerak. Dia menunduk, menulis di kertas: "Tidak usah. Darren, aku ingin pulang. Kalau bisa, tolong antar aku kembali ke Kompleks Linggar."

Itulah rumah orang tuanya.

Kalau sudah tidak punya suami, setidaknya… dia masih punya ayah dan ibu.

Jari-jari Darren menegang, mencengkeram kusen pintu erat-erat, menunduk. Sudut matanya memerah. "Elara… maafkan aku."

Elara berdiri kaku, memandang Darren dengan tatapan kosong.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Kenapa polisi menahan kata-kata, dan Darren pun tidak berani mengatakannya langsung?

"Ayah dan ibumu… di tahun kedua setelah kamu hilang, mereka meninggal dunia." Darren menunduk, air matanya menetes jatuh ke lantai.

Bumm… Pandangan Elara mendadak gelap.

Dalam sekejap, dia merasa seperti terkena ledakan bom. Seluruh tubuh, jiwa, bahkan organ dalamnya ikut hancur kesakitan.

"Apa yang terjadi?" Dengan tangan gemetar, Elara menulis cepat-cepat.

Sebenarnya, apa yang sudah terjadi?

Orang tuanya sehat. Mereka hanya punya dia seorang anak perempuan.

Keduanya pegawai negeri, tinggal beberapa tahun lagi seharusnya bisa pensiun dengan tenang.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 100

    "Cepat panggil orang untuk buka kunci. Ini rumah kita. Dia tidak bisa seenaknya! Perempuan macam itu kalau tidak dipukul, tidak akan mau menurut. Kamu harus hajar dia sekali, biar dia tahu siapa sebenarnya kepala rumah tangga ini." Ibu Darren marah sambil mengeluarkan ide.Fesilia menangis sambil memeluk Darren. "Ayah, pukul dia. Dia jahat sekali."Darren mengernyit sambil menatap ibunya. "Ibu, jangan bicara seperti itu di depan anak."Ibu Darren menjawab dengan nada kesal, "Lalu sekarang harus gimana?""Panggil saja orang dari komunitas perempuan untuk bantu menengahi." Darren mengusap pelipisnya, lalu menelepon komite perempuan di komunitas setempat.Ketika ketua wanita datang, wajahnya tampak tidak enak, tatapannya pada Darren pun penuh ketidaksenangan. "Istrimu kemarin sudah datang melapor dan menceritakan semuanya padaku. Kamu diam-diam selingkuh di Kota Hadata saat dia tidak ada, bahkan sampai punya anak. Kamu yang salah duluan. Jadi kalau sekarang dia tidak mengizinkanmu masuk r

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 99

    Lani menelepon. Dia sudah menyerahkan bukti video tentang Darren yang terus mengganggu Elara dalam pernikahannya, bahkan sampai memaksanya, kepada tim investigasi kriminal. Akibatnya, Darren harus bekerja sama dengan polisi dan menjalani pemeriksaan. Meskipun sudah menyewa pengacara, dia tetap akan ditahan selama 48 jam.Selama 48 jam itu, ibu Darren menangis histeris ke mana-mana, mencoba mencari kenalan dan meminta pertolongan.Sayangnya, Keluarga Marvella sama sekali tidak menganggap Darren layak, bahkan dari lubuk hati mereka, mereka juga merendahkan ibu Darren. Oleh karena itu, Rinto, demi menjaga dirinya sendiri, memilih untuk mengacuhkan ibu Darren. Ibu Darren pun hanya bisa membawa anaknya tinggal di hotel.…Arseta Residence.Elara sudah akrab dengan semua orang di grup chat komplek. Dia mengirimkan hadiah, bahkan menaruh permen di setiap lantai dan menjelaskan bahwa dia adalah istri dari Darren.Sementara itu, kabar bahwa Evelyn adalah pelakor sudah tersebar luas di kalangan

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 98

    Ibu Darren ketakutan. Dia buru-buru melindungi Fesilia di belakangnya. "Kamu mau apa...""Aku gila dong... Bukannya putramu tahu aku gila?" Elara tersenyum, lalu mulai mengayunkan pisaunya tak beraturan di dalam rumah. "Ini rumahku, aku bebas mau melakukan apa saja.""Jangan sentuh boneka rubahku!" teriak Fesilia sambil menangis menatap Elara.Baru saat itulah Elara menyadari boneka rubah di kakinya. Dengan seringai dingin, dia meraih boneka itu dan berdiri, lalu di depan mata Fesilia, dia mengayunkan pisaunya, memotongnya menjadi beberapa bagian."Ah!" teriak Fesilia ketakutan. Tangisnya makin histeris.Ibu Darren merasa marah, tetapi tak berani mendekati Elara yang kini di luar kendali. Dia mendekap Fesilia, membujuknya dengan penuh kasih sayang. "Fesilia, jangan nangis, Sayang. Ada Nenek di sini," bisiknya lembut.Elara mencibir, menatap Ibu Darren dengan dingin. "Kena batunya, ya? Giliran cucu kesayanganmu yang terancam, baru pura-pura peduli," gumamnya sinis.Fesilia terus terisak

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 97

    Lukas... ya, Lukas."Lani, aku pinjam ponselmu sebentar!" Elara mengambil ponsel Lani dengan tergesa-gesa, lalu menelepon Ferdian.Urusan Lukas adalah rahasia militer. Satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Nathaniel hanyalah Ferdian."Aku... Elara." Elara menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri sebaik mungkin."Ponsel Nathaniel ada di tangan Darren. Darren bilang, ponsel itu dikasih Rinto. Anak buah mereka mengincar Nathaniel," ujar Elara cemas.Ferdian terdiam sejenak sebelum akhirnya bersuara, "Nathaniel hilang. Kami tidak bisa menghubunginya, tapi kami akan menemukannya secepat mungkin."Tubuh Elara bergetar. Air matanya tak terbendung saat memohon, "Kumohon..."Cepat temukan dia.Sudah lebih dari sepuluh jam dia menghilang. Dia pasti sudah mati."Kami sudah melacak posisi terakhir ponselnya. Dia... akan baik-baik saja."Pria di seberang telepon tidak bisa berkata lebih banyak, dan sambungan pun terputus.Sambil menangis, Elara mengembalikan ponsel itu ke Lani, dalam hat

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 96

    Elara menyeringai sinis, menatap Rinto. "Sangat mudah membuat orang waras jadi gila, bukan? Karena Pak Rinto tidak bisa menyelesaikan masalah, jadi lebih baik menyingkirkan orang yang menciptakan masalah, begitu?"Elara melihat Sena hendak menyelinap pergi, lalu berseru, "Dokter gadungan, kamu mau ke mana? Kamu sebagai staf humas rumah sakit, tapi malah menyuntikkan obat penenang dosis tinggi secara ilegal. Ditambah lagi, rumah sakit jiwa yang mengeluarkan resep obat penenang ilegal. Semua perbuatan ini adalah pelanggaran hukum pidana."Polisi selesai memeriksa rekaman CCTV rumah itu, lalu menatap Sena dengan wajah muram. "Apa kamu punya izin praktik?"Sena mengernyitkan dahi dan menoleh ke arah Rinto.Rinto saat itu tentu saja tidak berani banyak bicara."Dari video, memang benar pria ini yang sengaja memprovokasi wanita ini. Kalian terlibat dalam penahanan ilegal dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Ikut kami ke kantor polisi, dan kalian juga. Apa-apaan soal operasi lobotomi?""

  • Cinta Mekar di Tengah Kehampaan   Bab 95

    "Pihak psikiatri RS 456 sudah memberikan diagnosis yang sangat jelas. Elara hanya mengalami afasia. Tidak ada gejala lain, dan dia juga tidak menunjukkan adanya sikap agresif seperti yang kalian sebutkan. Dengan kata lain, dia baik-baik saja, hanya tidak bisa bicara." Lani mengeluarkan surat diagnosis Elara. "Aku punya alasan kuat untuk mencurigai kalian. Kalian memakai kedok rumah sakit jiwa, ini adalah penjara ilegal. Aku akan menuntut kalian dan bawa Elara pergi.""Tidak bisa!" Rinto dan dokter rumah sakit jiwa itu berseru bersamaan.Suara Rinto terdengar berat saat menatap Sena. "Dia memang tidak pernah bertindak agresif sebelumnya, tapi bukan berarti sekarang tidak. Luka di kepala Darren adalah buktinya. Lagi pula, Darren adalah walinya. Kalian tidak punya hak." Dia melanjutkan, "Tanpa izin Darren, Elara harus dibawa ke rumah sakit jiwa.""Kalau begitu, panggil Darren ke sini!" teriak Lisa, matanya menyorot tajam ke arah Rinto. "Hari ini, kalau Darren tidak datang untuk memberikan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status