"Bisa diem nggak sih, daritadi gerak-gerak mulu. Kalau mau joget di luar."
Shea mendelik, tapi enggan berkomentar dengan sikap julid adiknya. Lalu memilih pindah ke kursi rotan di depan. Memang dari tempatnya berada, sayup-sayup terdengar suara musik yang mengentak-entak heboh. Shea jadi penasaran apa yang mereka lakukan di sana? Jerikho pun tidak membawa ponselnya jadi Shea tidak bisa kepo. Tapi kalau pun suaminya bawa ponsel, apa Shea sudi menghubungi duluan? "Biasanya mereka dikasih makan siang, Nduk, nggak usah khawatir. Paling-paling nanti pulangnya sebelum magrib." Bukannya membuat Shea tenang, pernyataan Mama justru membuat Shea semakin gelisah. Itu artinya Shea tidak punya alasan mengantar makan siang untuk memantau suaminya. "Nggak pa-pa, baguslah Abang ada kerjaan daripada tidur atau main game nggak jelas," sindirnya ke Sidra."Bisa diem nggak sih, daritadi gerak-gerak mulu. Kalau mau joget di luar." Shea mendelik, tapi enggan berkomentar dengan sikap julid adiknya. Lalu memilih pindah ke kursi rotan di depan. Memang dari tempatnya berada, sayup-sayup terdengar suara musik yang mengentak-entak heboh. Shea jadi penasaran apa yang mereka lakukan di sana? Jerikho pun tidak membawa ponselnya jadi Shea tidak bisa kepo. Tapi kalau pun suaminya bawa ponsel, apa Shea sudi menghubungi duluan? "Biasanya mereka dikasih makan siang, Nduk, nggak usah khawatir. Paling-paling nanti pulangnya sebelum magrib." Bukannya membuat Shea tenang, pernyataan Mama justru membuat Shea semakin gelisah. Itu artinya Shea tidak punya alasan mengantar makan siang untuk memantau suaminya. "Nggak pa-pa, baguslah Abang ada kerjaan daripada tidur atau main game nggak jelas," sindirnya ke Sidra.
Shea terbangun dengan mata panda dan hati gelisah. Semalaman dia tidak bisa tidur, tubuhnya kaku seperti maneken, sampai terasa pegal-pegal, berusaha keras agar mereka tidak bersentuhan. Sementara Jerikho di sampingnya tidur sangat nyaman bahkan sampai mendengkur!Jadi saat mendengar ayam berkokok, Shea langsung bangkit. Memilih untuk mandi air hangat. Lalu cepat-cepat berpakaian sebelum Jerikho terjaga."Kupasin wortelnya sekalian langsung dicuci terus direbus. Ini pancinya."Mama yang tentu saja tidak peka, memberikan perintah saat dilihatnya Shea sudah melenggang ke luar kamar."Kenapa nggak beli aja sih, Ma? Kenapa harus repot-repot masak?""Ya sayang bahan-bahan yang udah dibeli kemarin. Kamu bisa beli sarapan kalau mau, tapi Mama mau masak."Jawaban yang seperti inilah, yang membuat Shea merasa segan. Dan akhirnya mau tidak mau nurut saja.Menu hari ini sayur sop dengan sambal ati kentang. Shea curiga Mam
Jerikho tidak hafal alamat rumah orang tua istrinya. Dia ke sana hanya sekali. Lalu memanfaatkan fasilitas Maps untuk memuntun jalan. Tapi benda sialan itu bukannya membantu malah menyusahkan. Karena alih-alih rumah orang tua Shea, Jerikho justru berakhir di tempat yang penuh pohon singkong dengan ban mobil yang terperosok, di bawahnya ada semacam lubang besar. Bukan jurang, tapi kalau Jerikho telat ngerem sedikit saja. Dia otomatis hanya tinggal nama. Beruntung ada anak-anak yang lewat, dia bertanya tentang rumah Pak Gusti (Papa Shea) mereka tidak paham, jadi dia meminta bantuan mereka untuk dipanggilkan orang. Namun sampai sejam kemudian, anak-anak itu tidak kembali. Maka akhirnya Jerikho memilih menyusul, meraba-raba ingatannya tentang jalanan menuju ke rumah sang mertua. "Mobil sewaan atau mobil pribadi, Bang?" Jadi di sinilah dia, berhasil menemukan rumah itu dengan akurat. Lalu Papa membantunya memanggil beberapa pem
"Mba Shea apa kabar?""Sehat Bu.""Sendirian aja?""Sama Papa, Bu.""Oh kirain, lagi liburan kah?""Betul Bu. Permisi."Dengan sangat luwes, Shea kemudian melipir dari hiruk pikuk pasar. Dia tidak masuk sampai ke dalam, hanya membeli bumbu dapur dan beberapa buah-buahan yang biasanya tersedia di lapak pinggir jalan. Tapi sejak mendaratkan kaki, sejak itu pula ia banyak menerima sapaan.Bukan Shea tidak suka, ini desa kecil, semua orang saling mengenal satu sama lain. Ibu yang menegur itu adalah tetangganya. Tapi masalahnya, mereka menyapa sambil melirik perut Shea yang rata, kentara sekali penasaran.Shea jadi keki."Sudah semua, Nduk?""Udah Pa, langsung pulang aja."Mungkin sadar anak perempuannya tidak nyaman, Papa segera tancap gas melajukan motor. Shea langsung lega.Jujur di sini tuh enak, terlepas dari oknum ibu-ibu kepo, jalanan masih asri tanpa polusi. Setelah berbula
"Masya Allah Nduk, Mama pikir siapa yang bertamu malam-malam. Apa nggak punya sopan santun. Ternyata kamu..." Tubuh Shea langsung masuk ke dalam dekapan Mama, harum, hangat, rumah. Masih dalam balutan sarung dan kaos kusut, Papa menyusul di belakangnya. Wajah beliau kelihatan sekali sudah mengantuk, tapi matanya seketika melebar begitu menemukan Shea. "Sama siapa?" tanyanya. "Kamu sendirian aja?" sambar Mama. Shea gantian mengecupi punggung tangan Papa, dan membiarkan kopernya dibawa oleh Aji, asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumahnya. "Iya Ma, Abang sibuk." Shea segera beralsan dengan mulus. Lalu berpura-pura celingak-celinguk. "Mana Sidra?" "Ada di dalam kamar, kayaknya udah tidur. Kenapa nggak ngomong dulu kalau mau pulang Shea, kan bisa dijemput." Shea meringis. "N
"Mama benar-benar minta tolong, Jeri." Baiklah, seumur hidup baru kali ini Jerikho merasa iba dengan permohonan Tante Gina. Beliau memang tidak pernah membentak atau meninggikan suara tapi biasanya yang ia ucapkan hanya tuntutan. Namun rasa iba Jerikho bukan berasal dari ucapannya melainkan usahanya yang memesan restoran paling mewah dengan makanan yang disajikan seperti anggota kerajaan. Karena semua ini pada akhirnya akan mubazir dan tersia-sia. "Penangkapan Adimas sangat nggak manusiawi. Dia adik kamu Jeri, dia pasti merasa ketakutan sekarang." "Ini baru berjalan beberapa jam, terakhir kali aku lihat dia baik-baik saja." "Tapi gimana dengan besok? Dan hari-hari berikutnya? Kenapa kamu bersikap keras kepala? Hanya karena dia melukai satu orang bukan berarti dia nggak bisa berubah. Kasih dia kesempatan, Jeri." "Kenyataanya dia melukai lebih dari satu orang.