Berbelanja bersama mereka memang selalu menyenangkan, sepulang sekolah sekitar jam 6 sore kami janjian bertemu di department store terdekat. Setelah berkeliling dengan beberapa kericuhan seperti biasanya akhirnya kami sepakan menentukan pakaian apa yang cocok untuk ku kenakan besok. Baju terusan sepanjang lutut berwarna merah muda dan putih , dengan lengan yang memperlihatkan sedikit bahu jika dikenakan , menurut mereka aku akan terlihat manis memakainya.
Sekarang kami sedang duduk di sebuah café di pinggir jalan , sepertinya café ini memang cukup populer karena instagramable dan karena ini hari jum’at malam suasana di café pun sedikit lebih rame dari biasanya kurasa. Karena kami bertiga jadi kami memilih untuk duduk di meja dengan 4 kursi saling berhadapan, sebenar nya Sabrina ingin duduk di kursi Bar di depan tapi Karin menolaknya karena merasa tidak nyaman. Setelah menunggu sekitar setengah jam minuman dan camilan kami pun datang , aku memesan smoothies strawberry dengan es krim diatasnya , Karin memsan mocktail mix berry sedangkan Sabrina memesan hazelnut coffee. Kami juga memesan beberapa camilan seperti lava cake, strawberry cake dan kentang goreng porsi besar , mengingat perut kami yang perlu di isi makanan ringan sebelum makanan utama.
Tring tring , terdengar suara dari ponsel ku , ternyata Lendra mengirim pesan singkat seperti nya dia barusan selesai latihan band
“Siapa ?” Tanya Karin sambil melihat kearah handphone yang sedang aku pegang
“Oh, Lendra , dia Tanya aku ada di mana karena dia sekarang ada dirumah ku.” Jawabku sambil mengetik membalas chat dari Lendra
“Ehm, apa dia akan kesini ?” Tanya Karin lagi
“Apa kamu mengharapkan dia akan kesini ?” Tanya Sabrina menggoda Karin
“tutup mulutmu.” Jawab Karin dengan nada pelan seperti berbisik
“uuuh kamu sangat menakutkan” balas Sabrina , tentu saja sebenarnya dia tidak takut , dia malah senang karena berhasil memancing Karin , Sabrina memang selalu senang menggoda Karin.
“Aku meminta nya datang kemari.” Kataku kemudian
“Apa dia akan datang?” Tanya Sabrina
“Sepertinya , mungkin saja.” jawabku
Sambil menunggu Lendra kami pun sibuk dengan minuman , makanan , dan handphone kami masing-masing tentu saja sambil sesekali melakukan selca dan foto bersama. Café ini bergaya vintage dan mempunyai beberapa spot foto yang sayang untuk dilewatkan apalagi kami memang sangat senang berfoto khususnya Sabrina yang tanpa malu berpose dengan berbagai gaya kecuali Karin yang sedikit pemalu. Sampai tanpa sadar beberapa orang pengunjung sepertinya memandangi kami dan kami hanya tertawa saat menyadarinya. Setelah sekitar 45 menit akhirnya Lendra pun datang.
“Kalian bersenang-senang tanpa ku rupanya.” Kata Lendra sambil menaruh lengannya di pundakku ketika datang
“Iya karena ini adalah urusan cewek.” Jawabku sambil menyingkirkan lengannya yang berat dari pundakku
“Kami hanya pergi berbelanja untuk Aya.” Kata Karin kemudian
“Sebenarnya jika dipikirkan lagi , harusnya kita mengajak Lendra dari awal, bisa saja dia memberikan penilaian sebagai seorang cowok.” Celetuk Sabrina
“aku meragukannya.” Kata Karin
“ya aku juga , sepertinya Lendra tidak bisa dihitung ‘sebagai cowok’ yang bisa memberikan penilaian” kataku menyetujuinya
“Waaah , kalian berdua menyakiti perasaanku, bisa-bisanya, apa kalian ga bisa ngeliat kejantananku sebagai cowok” jawab Lendra sambil melebarkan mata nya dan kami pun tertawa bersama “tapi Aya mau ada acara apa?” Tanya nya kemudian
“Ayana akan pergi kencan.” Jawab Sabrina “Dengan kakak yang waktu itu dia cerita , Kak Bima anggota klub basket.” Lanjutnya menjelaskan
“akan kemana kamu besok?” tanya Lendra kepadaku “apa kakak mu tau kamu akan pergi berdua saja sama cowok?” tanya nya lagi
“kenapa kamu cerewet sekali sih, itu semua urusanku tahu.”
“Bukan begitu, ingatlah yang aku katakan sebelumnya , kamu harus hati-hati dan jangan mudah percaya sama cowok yang baru saja kamu kenal.”
“kak Bima orang baik. Dia juga bukan orang asing yang asal aku temui di jalan , dia kakak kelas kita , mungkin kamu saja yang kurang berbaur sama teman-teman di sekolah jadi membuatmu berpikiran negatif tentang semua orang.”
“Aku berkata seperti itu demi kebaikanmu, setidaknya aku sudah mengingatkanmu, maka pikirkanlah.”
“Ayana , bukannya aku membela Lendra tapi yang dia katakan tidaklah salah.” Kata Karin yang mencoba menengahi kami
“Ayolah , sudah , sudah , kita lanjut saja ke tempat berikutnya , aku sudah benar-benar kelaparan nih.” Kata Sabrina kemudian sambil menaruh lengannya di pundak Lendra “Kira-kira enaknya makan apa ya malam ini.” Lanjutnya sambil memegang perut dan meringis.
Kami benar-benar makan besar malam itu , sesampainya di rumah , meskipun lelah dan kenyang tapi mata ku tak juga terpejam. Aku memikirkan dan begitu menantikan tentang kencan besok , aku berdoa semoga tidak membuat kesalahan.
***
Hari telah berganti, pagi ini begitu cerah , matahari tanpa tertutup awan terasa begitu hangat , aku bangun pagi-pagi sekali dengan begitu bersemangat. Kucuci muka ku tiga kali , ku gosok gigiku dua kali dan tidak lupa kumur dengan penyegar agar nafasku benar- benar fresh , kucuci rambutku tiga kali , bahkan Ayah memuji betapa wanginya aku ketika baru keluar dari kamar mandi. Setelah ku keringkan rambutku , ku keriting rambutku sehingga membuat rambutku yang lurus sedikit bergelombang. Kukenakan make up tipis dengan lipstik berwarna merah muda lalu kukenakan baju baru yang baru saja ku setrika dengan rapi. Setelah kusemprotkan perfume , sekali lagi kupandangi cermin dengan pantulan bayangan ku di dalam kamar , kupikir penampilan ku kali ini sudah cukup lumayan , atau malah berlebihan , aku takut jika dianggap terlalu berlebihan jadi aku coba video call Lendra setidaknya dia teman cowok ku satu-satu nya yang mungkin
Kak bima membukakan pintu untuk ku dan membiarkan aku masuk terlebih dahulu , lalu kami memilih meja dengan empat kursi. Kak Bima juga menarik kursi untuk ku sehingga aku bisa duduk dengan nyaman sebelum dia memilih untuk duduk di kursi yang berada tepat di hadapan ku. Aku mulai membuka menu yang berada di atas meja waktu seorang pelayan datang sambil memberikan segelas air putih kepada kami. “kamu mau pesan apa?” Tanya kak Bima padaku “Ehm , kamu bilang suka spaghetti kan.” “Iya kak aku suka.” “Baiklah, pesanlah itu , lalu kamu juga suka es krim ?” Tanya nya lagi , kali ini aku menjawab dengan anggukan dan senyuman paling manis yang pernah aku tunjukan “Oke , kamu imut sekali.” Kata nya kemudian membuat ku makin berdebar “Permisi, kami mau pesan Spaghetti Saus Tomat , Linguine
Sudah seminggu sejak kencan terakhir kami dan sampai sekarang aku sama sekali belum bertemu dengan kak Bima. Dia susah dihubungi dan sudah 3 hari ini tidak masuk sekolah sedangkan aku tidak tahu dimana rumahnya , membuatku makin mengkhawatirkannya. Siang ini pun aku sengaja datang ke lapangan basket tempat dia biasa Latihan dan aku sama sekali tidak melihatnya. “Kamu ngapain?” terdengar suara Karin menyadarkan lamunanku “Aku ga bisa menemukan kak Bima , bahkan disini dia nggak ada.” “udah kamu hubungi hp nya ?” “Hp nya mati , membuatku khawatir , 3 hari ini dia ga masuk sekolah katanya ada urusan , tapi aku ga tahu urusan apa itu.” Jawabku sambil melihat ke Hp yang ada di genggaman ku
Sudah beberapa hari ini sejak kejadian waktu itu setiap pagi aku tidak lagi bertemu dengan kak Bima , aku masih memikirkan tentang bagaimana hubungan mereka sebenarnya tapi tetap saja tidak berani bertanya pada mereka. Mungkin , karena aku takut jika ternyata mereka punya hubungan spesial yang tidak aku ketahui atau bisa juga karena aku memang seorang pengecut dan memilih untuk memendamnya sendiri , meskipun ini terasa tidak benar. Aku merasa malas dan tidak bertenaga untuk ke sekolah tapi meskipun begitu mungkin karena sudah terbiasa aku tetap datang sepagi ini. Ruangan kelas masih setengah kosong waktu aku datang tapi kulihat sudah ada Karin dan Sabrina disana , sepertinya mereka lagi ngobrolin hal yang serius karena mereka ga sadar aku datang. “jadi sampai sekarang kam
Meskipun aku setuju dengan yang dikatakan Lendra , tapi aku masih belum mengajak karin berbicara sepatah kata pun saat ini. Sabrina yang ada di tengah-tengah kami dalam posisi yang sulit , dia bahkan tidak berani mengalihkan pandangannya dari papan tulis dan pak guru yang sedang mengajar , bisa kukatakan terlihat bukan dia yang sebenarnya. “Baiklah , untuk tugas biologi kali ini kita lakukan kerja kelompok ya , silahkan tentukan kelompok masing-masing , bekerjasamalah , bapak ga pengen ada yang cuma dompleng nama , mengerti.” Kata pak guru “Iyaa pak … “ jawab kami serempak “Aya, kita sekelompok yah.” Kata Sabrina sambil memutar badannya menghadapku “Oke.” Jawabku singkat “Karin , kamu mau gabung sama kami ?” Tanya ku kemudia
Aku terdiam seperti orang bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa saat ini , aku hanya berdiri mematung dan Sabrina yang melihat itu memelukku untuk menenangkanku. Lendra hampir saja maju untuk meninjunya sebelum Karin akhirnya menampar Kak Bima , Lendra juga mencoba menangkan ku dengan menepuk-nepuk punggung ku saat ini. “Aku pikir kakak sudah berubah tapi ternyata masih sama saja , masih suka seenaknya.” Karin mulai berbicara setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri sambil memegang telapak tangan kanan nya yang terlihat kemerahan. “Kenapa , kamu bahkan masuk ke sekolah ini karena aku juga sekolah disini kan , itu sebabnya aku memancingmu untuk memastikan perasaan mu kepadaku dengan mendekati anak ini.” Kata Kak Bima sambil melirik kearah ku “Baiklah , awalnya aku berniat mendekati Sabrina saja karena dia juga lebih lu
Suasana sore ini serasa cocok sekali dengan perasaanku , seakan langit pun tahu kalau aku sedang galau. Hujan rintik-rintik di saat senja dan mood ku yang buruk sekali membuatku malas melangkahkan kaki untuk keluar rumah. Seandainya saja aku ga perlu les hari ini dan seandainya saja tidak ada ujian semester dalam waktu dekat ini mungkin aku akan lebih memilih untuk berdiam diri dirumah , menonton Netflix sambil makan camilan di atas kasur dan bersembunyi di balik selimut. Tapi yang lebih penting adalah seandainya aku ga jatuh ke perangkap Kak Bima , aku menangisi kebodohanku karena sudah percaya sama orang sepertinya. Berbunga-bunga sendiri , berdebar sendiri , terlalu bersemangat sendiri padahal aku hanya dimanfaatkan agar dia bisa lebih dekat Karin dank arena malu aku melampiaskannya ke Karin , aku benar-benar gadis jahat. “Ayana , kamu tidur ya , ga berangkat
Akhirnya setelah lelah berkeliling sambil melihat-lihat barang yang dijual kami memutuskan untuk berhenti di salah satu penjual sate. Daging ayam yang sedang di bakar dan aroma yang tercium benar-benar menggugah selera di tengah suara perutku yang telah keroncongan. Mungkin saja Izzar mendengar suara music keroncong dari dalam perutku tapi aku ga begitu memperdulikannya , mungkin juga saat ini liurku sudah menetes karena mencium aroma sate yang tengah dibakar tapi aku tidak punya waktu untuk benar-benar memikirkan tentang pandangan Izzar terhadapku. Hanya rasa ingin makan yang memenuhi setiap lekukan otak ku saat ini. Kami sudah duduk berhadapan saat sate yang telah matang sepenuhnya di hidangkan di hadapan kami. Kami duduk di bangku kayu layaknya warung makan pada umumnya dan