Hari telah berganti, pagi ini begitu cerah , matahari tanpa tertutup awan terasa begitu hangat , aku bangun pagi-pagi sekali dengan begitu bersemangat. Kucuci muka ku tiga kali , ku gosok gigiku dua kali dan tidak lupa kumur dengan penyegar agar nafasku benar- benar fresh , kucuci rambutku tiga kali , bahkan Ayah memuji betapa wanginya aku ketika baru keluar dari kamar mandi. Setelah ku keringkan rambutku , ku keriting rambutku sehingga membuat rambutku yang lurus sedikit bergelombang. Kukenakan make up tipis dengan lipstik berwarna merah muda lalu kukenakan baju baru yang baru saja ku setrika dengan rapi. Setelah kusemprotkan perfume , sekali lagi kupandangi cermin dengan pantulan bayangan ku di dalam kamar , kupikir penampilan ku kali ini sudah cukup lumayan , atau malah berlebihan , aku takut jika dianggap terlalu berlebihan jadi aku coba video call Lendra setidaknya dia teman cowok ku satu-satu nya yang mungkin bisa memberikan pendapatnya.
“Hallo Lendra.” Sapa ku sambil melambaikan tangan setelah panggilan video call ku diangkat oleh nya
“iya halo” sapanya “kamu mau pergi kemana?’ Tanyanya kemudian setelah melihat penampilan ku
“apa kamu lupa pembicaraan kita kemarin, kamu bahkan memarahiku karena akan pergi kencan hari ini.” Jawabku kesal karena dia melupakannya
“Kamu Akan Pergi Seperti Itu …?” Tanya nya lagi dengan nada menyebalkan “Hapus makeup mu itu , dang anti baju mu , apa-apaan itu.” Katanya lagi
“Apa menurutmu ini terlalu berlebihan ?” Tanya ku mulai ragu dengan penampilan ku “Apa menurutmu Kak Bima tidak akan menyukai ku yang seperti ini ?”
“Aku yang tidak menyukainya , jika kamu pergi sendirian seperti itu.” Jawabnya masih dengan nada menyebalkan “Setidak nya aku perlu tahu yang nama nya Bima itu seperti apa.”
“hei , dia kakak kelas kita , sopanlah sedikit” mungkin mata ku sudah agak membesar dengan alis yang menyatu sekarang “aku menyesal kenapa bertanya padamu, kenapa dari kemarin kamu marah-marah begitu sih, dasar aneh , sudah aku tutup teleponnya.” Tanpa mendengar jawabannya aku pun langsung menutup telepon ku.
Entah kenapa Lendra begitu sensitive tentang ini , mendengar komentarnya yang seperti itu membuat perasaanku menjadi buruk , memang lebih baik menelepon Sabrina saja tadi. Tapi apa mungkin aku sedikit berlebihan hari ini , apa ini terlalu menor tapi sudah tidak ada waktu lagi , aku tidak mau membuat kak Bima menunggu ku. Akhirnya aku memesan taksi online dan mungkin sekitar 15 menit taksi online pun telah datang menunggu di depan rumah. Aku berdoa di sepanjang perjalanan , semoga tidak membuatnya menunggu ku terlalu lama.
***
Jarak rumahku dan bioskop tempat kami akan nonton bareng tidak begitu jauh , hanya 30 menit dengan menggunakan taksi online. Karena ini hari sabtu siang sepertinya belum begitu ramai , meskipun terlihat beberapa pasangan sudah mulai duduk menanti film mereka diputar. Setelah mengedarkan pandangan ke sekeliling , aku tak bisa menemukan kak Bima akhirnya aku memutuskan untuk mencari tempat duduk yang masih kosong dan mencoba menghubungi nya. Baru dering pertama telepon ku langsung diangkat oleh Kak Bima , sepertinya dia juga lagi memegang handphone nya.
“Hallo Aya , kamu ada dimana?” Tanya nya duluan
“Aku lagi duduk di depan penjual popcorn , kakak ada dimana?”
“Baiklah , aku akan kesana.” Katanya kemudian lalu terdengar suara telepon yang ditutup , tak selang beberapa lama akhirnya kak Bima terlihat datang menghampiri tempat duduk ku lalu ku lambaikan tanganku pada nya agar dia dapat mengenaliku.
“Ah maaf , apa kamu nunggu lama?” kata nya setelah duduk di kursi di depanku
“Tidak kak , aku juga barusan sampai , aku pikir mungkin kakak yang menunggu lama.”
“Aku juga barusan sampai , baiklah aku akan mencetak tiket nya dulu , aku boleh tunggu disini saja.”
“Baiklah kak , aku akan membeli popcorn dan minumannya karena kakak juga sudah membeli tiketnya.”
Setelah Kak Bima mencetak tiket nya dan aku mendapatkan popcorn kami , kami pun masuk kedalam ruangan bioskop. Betapa kagetnya aku karena ternyata film yang dibeli oleh kak Bima adalah film Horor , padahal aku sudah bilang kalau paling suka film komedi tapi kenapa malah jadi horror begini. Ingin sekali aku lari dari sini jika saja ini bukan kencan pertamaku dengan Kak Bima. Sebenarnya aku bukan seorang penakut tapi entah kenapa kalau melihat di dalam bioskop aku selalu kaget dengan suara musik dan suara menyeramkan dari film horor itu sebabnya aku tidak suka menonton film horor. Saat ini aku sedang mengalihkan perhatian ku dengan makan popcorn tapi sebenarnya itu tidak berpengaruh apa-apa karena waktu ada hantu wanita muncul di layar dengan backsound yang menyeramkan tetap saja aku kaget sehingga popcorn yang aku pangku pun berserakan. Kejadian yang benar-benar memalukan , kak Bima kaget dengan tingkahku karena kaget dan menertawakan ku.
“Kamu mau kita keluar saja sekarang” Bisiknya kepadaku
“Aku nggak apa-apa kok ka … Aaaaaargh” belum selesai aku mengucapkan kalimatku tiba-tiba terdengar suara yang mengagetkan lagi sampai membuat ku berteriak tanpa bisa dikendalikan
Akhirnya aku setuju untuk keluar bersama dengan kak Bima , meskipun dengan malu dan tertunduk berjalan disamping kak Bima.
“Maaf kak , karena aku yang kagetan ini kakak jadi ga bisa nonton film nya dengan baik ya.” Kataku kemudian
“Sudahlah ga usah dipikirkan , aku bisa menontonnya lagi dengan teman-teman” jawabnya sambil tersenyum padaku “Seharusnya kamu bilang saja kalau ga bisa nonton film horror.”
“iya kak , maafkan aku.”
“Nggak , sepertinya aku yang salah karena tidak memberitahumu kita akan nonton film horror hari ini , lain kali kamu masih mau kan kalau aku ajak nonton film lagi ?” Tanya nya kemudian
“Iya tentu saja kak , aku akan menantikannya.”
“baiklah , lain kali kamu saja yang memilih film nya.”
“iya , baiklah.”
“Sekarang sudah sore , kita cari tempat makan yuk.” Ajaknya “Di dalam mall ini banyak yang menjual makanan , kita cari di mall sini saja ya.”
“Iya kak , aku bisa memakan apapun kok.”
“benarkah, baguslah, kalau gitu kita makan apa saja yang bisa dimakan.” Katanya sambil tertawa “Kita makan disini saja ya” katanya kemudian setelah menemukan sebuah restoran Italia “Kamu suka Spaghetti ?”
“iya ,itu termasuk salah satu makanan favoritku” kataku sambil mengangguk setuju
***
Kak bima membukakan pintu untuk ku dan membiarkan aku masuk terlebih dahulu , lalu kami memilih meja dengan empat kursi. Kak Bima juga menarik kursi untuk ku sehingga aku bisa duduk dengan nyaman sebelum dia memilih untuk duduk di kursi yang berada tepat di hadapan ku. Aku mulai membuka menu yang berada di atas meja waktu seorang pelayan datang sambil memberikan segelas air putih kepada kami. “kamu mau pesan apa?” Tanya kak Bima padaku “Ehm , kamu bilang suka spaghetti kan.” “Iya kak aku suka.” “Baiklah, pesanlah itu , lalu kamu juga suka es krim ?” Tanya nya lagi , kali ini aku menjawab dengan anggukan dan senyuman paling manis yang pernah aku tunjukan “Oke , kamu imut sekali.” Kata nya kemudian membuat ku makin berdebar “Permisi, kami mau pesan Spaghetti Saus Tomat , Linguine
Sudah seminggu sejak kencan terakhir kami dan sampai sekarang aku sama sekali belum bertemu dengan kak Bima. Dia susah dihubungi dan sudah 3 hari ini tidak masuk sekolah sedangkan aku tidak tahu dimana rumahnya , membuatku makin mengkhawatirkannya. Siang ini pun aku sengaja datang ke lapangan basket tempat dia biasa Latihan dan aku sama sekali tidak melihatnya. “Kamu ngapain?” terdengar suara Karin menyadarkan lamunanku “Aku ga bisa menemukan kak Bima , bahkan disini dia nggak ada.” “udah kamu hubungi hp nya ?” “Hp nya mati , membuatku khawatir , 3 hari ini dia ga masuk sekolah katanya ada urusan , tapi aku ga tahu urusan apa itu.” Jawabku sambil melihat ke Hp yang ada di genggaman ku
Sudah beberapa hari ini sejak kejadian waktu itu setiap pagi aku tidak lagi bertemu dengan kak Bima , aku masih memikirkan tentang bagaimana hubungan mereka sebenarnya tapi tetap saja tidak berani bertanya pada mereka. Mungkin , karena aku takut jika ternyata mereka punya hubungan spesial yang tidak aku ketahui atau bisa juga karena aku memang seorang pengecut dan memilih untuk memendamnya sendiri , meskipun ini terasa tidak benar. Aku merasa malas dan tidak bertenaga untuk ke sekolah tapi meskipun begitu mungkin karena sudah terbiasa aku tetap datang sepagi ini. Ruangan kelas masih setengah kosong waktu aku datang tapi kulihat sudah ada Karin dan Sabrina disana , sepertinya mereka lagi ngobrolin hal yang serius karena mereka ga sadar aku datang. “jadi sampai sekarang kam
Meskipun aku setuju dengan yang dikatakan Lendra , tapi aku masih belum mengajak karin berbicara sepatah kata pun saat ini. Sabrina yang ada di tengah-tengah kami dalam posisi yang sulit , dia bahkan tidak berani mengalihkan pandangannya dari papan tulis dan pak guru yang sedang mengajar , bisa kukatakan terlihat bukan dia yang sebenarnya. “Baiklah , untuk tugas biologi kali ini kita lakukan kerja kelompok ya , silahkan tentukan kelompok masing-masing , bekerjasamalah , bapak ga pengen ada yang cuma dompleng nama , mengerti.” Kata pak guru “Iyaa pak … “ jawab kami serempak “Aya, kita sekelompok yah.” Kata Sabrina sambil memutar badannya menghadapku “Oke.” Jawabku singkat “Karin , kamu mau gabung sama kami ?” Tanya ku kemudia
Aku terdiam seperti orang bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa saat ini , aku hanya berdiri mematung dan Sabrina yang melihat itu memelukku untuk menenangkanku. Lendra hampir saja maju untuk meninjunya sebelum Karin akhirnya menampar Kak Bima , Lendra juga mencoba menangkan ku dengan menepuk-nepuk punggung ku saat ini. “Aku pikir kakak sudah berubah tapi ternyata masih sama saja , masih suka seenaknya.” Karin mulai berbicara setelah berhasil menenangkan dirinya sendiri sambil memegang telapak tangan kanan nya yang terlihat kemerahan. “Kenapa , kamu bahkan masuk ke sekolah ini karena aku juga sekolah disini kan , itu sebabnya aku memancingmu untuk memastikan perasaan mu kepadaku dengan mendekati anak ini.” Kata Kak Bima sambil melirik kearah ku “Baiklah , awalnya aku berniat mendekati Sabrina saja karena dia juga lebih lu
Suasana sore ini serasa cocok sekali dengan perasaanku , seakan langit pun tahu kalau aku sedang galau. Hujan rintik-rintik di saat senja dan mood ku yang buruk sekali membuatku malas melangkahkan kaki untuk keluar rumah. Seandainya saja aku ga perlu les hari ini dan seandainya saja tidak ada ujian semester dalam waktu dekat ini mungkin aku akan lebih memilih untuk berdiam diri dirumah , menonton Netflix sambil makan camilan di atas kasur dan bersembunyi di balik selimut. Tapi yang lebih penting adalah seandainya aku ga jatuh ke perangkap Kak Bima , aku menangisi kebodohanku karena sudah percaya sama orang sepertinya. Berbunga-bunga sendiri , berdebar sendiri , terlalu bersemangat sendiri padahal aku hanya dimanfaatkan agar dia bisa lebih dekat Karin dank arena malu aku melampiaskannya ke Karin , aku benar-benar gadis jahat. “Ayana , kamu tidur ya , ga berangkat
Akhirnya setelah lelah berkeliling sambil melihat-lihat barang yang dijual kami memutuskan untuk berhenti di salah satu penjual sate. Daging ayam yang sedang di bakar dan aroma yang tercium benar-benar menggugah selera di tengah suara perutku yang telah keroncongan. Mungkin saja Izzar mendengar suara music keroncong dari dalam perutku tapi aku ga begitu memperdulikannya , mungkin juga saat ini liurku sudah menetes karena mencium aroma sate yang tengah dibakar tapi aku tidak punya waktu untuk benar-benar memikirkan tentang pandangan Izzar terhadapku. Hanya rasa ingin makan yang memenuhi setiap lekukan otak ku saat ini. Kami sudah duduk berhadapan saat sate yang telah matang sepenuhnya di hidangkan di hadapan kami. Kami duduk di bangku kayu layaknya warung makan pada umumnya dan
Ku baringkan tubuhku di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar , lalu kupeluk boneka beruang seukuran tubuhku pemberian dari Izzar tadi. Sebelum pulang kami sempat melihat ada game berhadiah dan Izzar mencoba melakukannya lalu dengan keberuntungan kami berhasil mendapatkan boneka beruang sebesar ini. Boneka ini terasa begitu lembut di dalam dekapanku , dan anehnya malam ini kegalauan ku secara otomatis menghilang. Pagi tadi aku memang mengalami hari yang buruk tapi ajaibnya malam ini mood ku berubah seratus delapan puluh derajat. Berjalan-jalan , makan , dan melakukan banyak hal yang menyenangkan memang sangat membantu memulihkan kondisi jiwa dan pikiran. Kupandangi lagi tattoo kupu-kupu yang kubuat bersama dengan Izzar tadi , dan entah mengapa tanpa kusadari bibirku tersenyum dengan sendirinya “ini bagaikan obat buatku , semoga ga cepet ilang jadi tiap aku ngalamin bad mood aku hanya perlu melihat tat