Home / Romansa / Cinta Pertama Mas Ali / Sebuah Kejujuran

Share

Sebuah Kejujuran

last update Last Updated: 2025-07-02 11:37:07

"Selamat, Pak, ibu Anda sudah mengalami kemajuan yang pesat." Seorang dokter menyalamiku saat aku baru saja datang ke rumah sakit malam itu.

Sengaja kubiarkan ibu istirahat di rumah sakit karena saat di rumah, sepertinya ada yang aneh. Ibu pasti sering demam, drob kadang dan sampai aku pulang, tidak ada yang membawa ke rumah sakit atau merawat. Herannya lagi, Dinda seolah tak acuh. Apalagi pembantu yang hanya kerja parub waktu terkadang.

"Alhamdulillah, Dok, terima kasih. Ibu saya sudah bisa apa saja, Dok? Maaf, saya terlalu sibuk di kantor. Ibu tidak ada yang jaga di rumah. Ada sebenarnya tapi, saya kurang percaya saja." Aku menunduk sedih mengingat semua itu.

"Lebih baik, Bapak, sewa perawat saja untuk menjaga ibu Anda di rumah. Oh ya, ibu Anda sudah bisa sedikit lancar bicaranya. Saya sarankan untuk terus diterapi agar lebih cepat pulih," kata dokter itu lagi.

"Insyaallah, Dok. Terima kasih banyak atas saran dan pertolongannya. Apakah, ibu sudah bisa saya bawa pulang?"

"Bisa,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Susilawati Arum
ceritanya bagus Thor,, nggak bertele-tele.. langsung pada intinya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Pertama Mas Ali    Di Bandara

    "Aku pamit ya, Yu. Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu," ucap Mas Ali malah dia sudah siap dengan koper besarnya. Aku mengantarnya sampai ke bandara karena dia ingin pergi ke luar negeri untuk mengembangkan usaha keluarganya. Setelah ibunya meninggal, dia tak lagi memintaku untuk kembali. Dia sudah pasrah dan ikhlas, katanya. "Hati-hati, Mas." Sesungguhnya, kenangan selama menjadi istrinya masih membekas kuat dalam hatiku. Aku dan dia belum setahun menikah. Tapi, ujian besar menghampiri kami. Hingga kami pun terpisahkan dan tak akan pernah kembali atau saling berbagi lagi. Itu pikiranku saat ini. "Iya, Yu. Jaga dirimu baik-baik! Sekali lagi, aku minta maaf atas segala khilaf dan sifat burukku. Aku harap, kamu mau melupakan keburukan itu.""Insyaallah, aku sudah tidak lagi mengingatnya. Semoga Mas juga menemukan kebahagiaan di sana. Aku ... hanya bisa mendoakan.""Makasih banyak." Dia mulai menggeret koper besarnya. Aku hanya bisa menatap punggung itu. Yang pernah menjadi sandara

  • Cinta Pertama Mas Ali    Selamat Jalan

    Pagi-pagi sekali aku sudah menyiapkan sarapan. Belanja di tukang sayur yang memang datang sebelum Subuh di rumahnya yang penuh dengan barang dagangan.Hari ini, Bella tidak sekolah karena libur. Tapi, aku tetap membangunkannya untuk belajar salat Subuh. Sementara papanya, semalam dia memutuskan untuk menginap di masjid dekat rumah. Sudah meminta izin pada pak RT juga. Aku jadi tak enak karena kejadian itu malah membuat para tetangga membicarakanku. "Kenapa enggak minta dinikahin aja, Yu?""Iya. Kayaknya dia juga orang kaya. Udah tampan pula tuh," imbuh ibu-ibu lain. "Iya. Daripada suami kamu yang dulu. Kayaknya enggak ada waktu buat kamu. Jarang pun ke sini jenguk ibu kamu saat masih hidup.""Iya, Yu. Enggak baik kenal lama sama laki-laki. Tapi enggak ada kejelasan."Aku menghela napas panjang sambil memilih beberapa sayuran. Aku juga tak begitu menanggapi ucapan mereka. Selesai belanja, langsung pulang untuk menyiapkan sarapan. "Bell, kamu enggak tidur lagi?" tanya Dokter Dimas pa

  • Cinta Pertama Mas Ali    Permintaan Ibunya

    "Kalian udah selesai?" tanya Dokter Dimas dengan wajahnya yang khas, teduh dan senyuman ademnya. "Em, sebenarnya sudah, Dok." Aku menjawab sekenanya. "Oh gitu, ya udah ini buat kamu, Sayang. Dan ini buat kamu, Ayu." Lelaki itu memberikan buket bunga untukku dan putrinya. Aku tidak menolak, karena mungkin dengan aku menerima, bisa membuat dia tidak kecewa karena sudah susah payah membelikan. "Makasih, Pah. Suka banget bunganya," ujar gadis kecil itu. "Makasih juga, Dok. Oh ya, saya mau ke rumah sakit. Buru-buru. Dokter mau ajak Bella pulang, kan?"Lelaki itu mengerutkan keningnya. "Mau ngapain ke rumah sakit?""Ada urusan, Dok. Saya kembalikan Bella kepada Dokter, ya. Insyaallah saya besok pagi-pagi akan datang ke rumah Dokter buat ngajak Bella main.""Loh, katanya dia mau nginep di rumah kamu, kan?""Iya, tapi sekarang saya ada keperluan, Dok. Gimana, ya? Maaf banget ya, Dok "Aku kira dia tidak bakal kecewa. Tapi, nyatanya wajahnya terlihat sedih. Bukan hanya itu, Bella tiba-tib

  • Cinta Pertama Mas Ali    Belum Move on

    Sampai di rumah, aku terduduk langsung dengan lamunan atas kejadian tadi. Kursi tamu dengan bentuk anyaman ini membuatku nyaman saat bersandar sambil mengulang kalimat-kalimat yang Mas Ali ucapkan tadi. Sejujurnya, hatiku masih sangat sakit saat melihat dia. Tapi, tak dapat dipungkiri lagi aku memang masih menyimpan kepingan perasaan itu. Aku tidak bisa membuangnya jauh-jauh meskipun aku sudah berusaha. Kenapa pula dia bicara seperti itu tadi? Kenapa dia terlihat begitu menyesalinya? Tentang ibunya, aku masih belum bisa memaafkan dengan sempurna. Aku manusia biasa yang sewaktu-waktu ingat apa yang membuat ibuku pergi selamanya. Teringat menjemput putri Dokter Dimas, aku pun segera menatap jam dinding di ruang tamu. Masih lumayan lama, aku pun beralih ke dapur untuk menyiapkan makan. Barangkali dia nanti minta ke rumah ini karena papanya pulang malam.*"Tante, besok hari libur. Boleh enggak Bella tidur di rumah Tante lagi?" Aku tersenyum mendengar bocah SD itu bicara saat dia baru

  • Cinta Pertama Mas Ali    Dia Milikku

    Sejak berpisah dengan Ayu, hidupku jadi tak karuan. Aku benar-benar merasakan sebuah penyesalan yang begitu dalam. Dia istri yang selama ini sudah sangat baik, sabar dan setia. Hanya karena dia belum hamil, dan ibu tidak bisa melebihkan sabarnya itu, aku jadi melepaskannya. Pagi ini, secangkir kopi menemaniku duduk di pinggir kolam renang. Bayang-bayang senyuman cantik Ayu membuatku tak bisa tenang. Tak berapa lama kurasakan sentuhan pada pundak, lalu aku pun menoleh dengan spontan menyebut namanya. "Ayu ...."Aku terkejut karena bukan Ayu yang kulihat, tapi ibu. "Eh, Ibu." Lalu aku kembali pada posisi semula. "Kamu keringat Ayu terus, ya? Maafkan Ibu, Al." Ibu yang duduk di kursi roda lantas menangis. Aku menghela napas panjang. Tidak menjawab karena sudah jelas jawabannya. Aku juga sempat ingin marah dengan ibu karena sudah sangat jauh sekali apa yang ibu lakukan. Pada akhirnya, aku tetap tak tega juga. Aku meminta ibu agar melupakan semuanya. Ayu sudah memaafkan juga. Meskipun

  • Cinta Pertama Mas Ali    Memintamu Kembali

    "Dok, terima kasih sudah diantar sampai rumah. Dokter langsung berangkat saja, ya! Saya ...." "Aku tau. Aku ngerti, kok. Yang penting hati-hati, ya!" ucap pria itu sambil tersenyum. Dia membiarkan aku turun sendirian dan tak lama mobilnya kembali meluncur ke jalanan yang ramai. Aku pun memutuskan untuk melangkah ke depan, seolah tak melihat kehadiran Mas Ali yang agak tak enak dilihat itu. Dia lantas berdiri sambil melepas kacamata hitamnya. "Habis dari mana? Ini masih pagi banget. Udah sama pria lain aja," serobotnya. Aku tak mengindahkan setiap kalimat yang keluar dari mulutnya itu. Aku langsung membuka pintu rumah yang dikunci sejak kemarin itu, lalu masuk ke dalam. Mas Ali dengan wajah kesal mengikutinya. Akhirnya, kami berakhir di ruang tamu. Aku masih tak bisa dan tak mau menjawab apa yang dia katakan. Aku lelah lahir batin, tapi pria itu makin menekanku. "Mentang-mentang sudah lepas kamu, Yu. Kenapa kamu kayak gitu sekarang?" tanyanya lagi. Aku tidak langsung menjawab, m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status