Beranda / Romansa / Cinta Pertama Mas Ali / Semoga Baik-baik saja

Share

Semoga Baik-baik saja

Penulis: Goresan Pena93
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-08 10:45:05

"Aku juga minta maaf, Mas. Aku terlalu keras kepala."

Sambil mendengarkan perkataannya, aku mengusap air mata yang luruh di pipinya. Ayu terus mengungkapkan apa yang ia rasakan setiap kali menyendiri. Kehamilan pertamanya itu, membuat dia sering stres. Tak ada yang bisa ia jadikan teman selain wanita tua di rumahnya dan anak kecil itu.

Aku tahu, mereka saja tidak cukup sebab, sejatinya wanita yang tengah mengandung pasti rindu kasih sayang, belaian, perhatian dan waktu dari suaminya itu sendiri. Namun, Ayu tidak punya itu semua.

"Aku akan berusaha melengkapi semua yang kamu butuhkan itu, Yu. Aku akan berusaha menjadi suami yang kamu inginkan. Kita mulai semuanya dari awal lagi. Aku dan kamu."

"Tapi berjanjilah untuk benar-benar menyayangi anak ini, Mas. Meskipun dia bukan anak biologis kamu."

"Aku janji, Yu."

Setelah puas bicara berdua dan saling membuka hati, aku dan dia memutuskan untuk menikmati minuman air kelapa dari penjual pinggiran kota. Mengisi waktu bersama serasa kembali
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cinta Pertama Mas Ali    Berada Di Sisimu

    "Mas, udah belum? Calon istri saya mau melahirkan itu loh!" bentakku karena saking paniknya dan perawat lelaki di depanku itu malah terus bicara dengan perawat lain. Namun, rupanya pertanyaanku itu membuat mereka malah jadi mematung. "Kenapa, Mas? Kenapa malah menatap saya seperti itu?" tanyaku pada mereka. "Calon istrinya mau melahirkan?" Spontan dua perawat tadi bertanya. Aku menghela napas panjang seraya menggaruk kepala yang tiba-tiba terasa gatal. Pasti mereka mengira kalau aku ngapa-ngapain dulu dengan calon istriku. Sebelum kami menikah. Sial4n memang, nasib-nasib."Ceritanya panjang, Mas. Buruan bilang nomor kamarnya berapa dan di mana!" ucapku lagi setengah emosi. "Di kamar Matahari nomor 15, Pak. Makanya Pak, nikah dulu baru punya anak." Kalimat terakhir itu dia ucapkan lirih. Apa dia kira aku tidak dengar? Ingin sekali rasanya kuberi pelajaran pada mereka. Namun, sudah tidak ada waktu lagi sepertinya. Aku bergegas pergi ke ruangan yang mereka bilang tadi. Setelah sebel

  • Cinta Pertama Mas Ali    Semoga Baik-baik saja

    "Aku juga minta maaf, Mas. Aku terlalu keras kepala."Sambil mendengarkan perkataannya, aku mengusap air mata yang luruh di pipinya. Ayu terus mengungkapkan apa yang ia rasakan setiap kali menyendiri. Kehamilan pertamanya itu, membuat dia sering stres. Tak ada yang bisa ia jadikan teman selain wanita tua di rumahnya dan anak kecil itu. Aku tahu, mereka saja tidak cukup sebab, sejatinya wanita yang tengah mengandung pasti rindu kasih sayang, belaian, perhatian dan waktu dari suaminya itu sendiri. Namun, Ayu tidak punya itu semua. "Aku akan berusaha melengkapi semua yang kamu butuhkan itu, Yu. Aku akan berusaha menjadi suami yang kamu inginkan. Kita mulai semuanya dari awal lagi. Aku dan kamu." "Tapi berjanjilah untuk benar-benar menyayangi anak ini, Mas. Meskipun dia bukan anak biologis kamu.""Aku janji, Yu."Setelah puas bicara berdua dan saling membuka hati, aku dan dia memutuskan untuk menikmati minuman air kelapa dari penjual pinggiran kota. Mengisi waktu bersama serasa kembali

  • Cinta Pertama Mas Ali    Bukan Dia, Tapi Kamu

    "Kamu liat sendiri, kan? Dia itu belum bisa menerima aku. Sudah begitu dalam luka yang aku berikan padanya dahulu," ucapku kala itu saat tinggal aku dan Syifa saja. "Ya, tapi bagaimanapun juga masih ada kesempatan dan masih banyak cara. Jangan lemes gitu, dong! Yang serius. Aku percaya, kok, kalau Mas masih berjodoh sama Mbak Ayu.""Aku enggak mau jadi beban dia. Dia lagi hamil, takut kenapa-kenapa aja nanti sama kandungannya. Kayaknya ada yang dia pikirkan tadi.""Tadi apa? Kalian habis dari mana?" "Dari rumah sakit. Aku beritahu soal perasaanku padanya. Tapi, dia malah kayak menolak.""Jangan putus asa dulu! Coba lagi kalau Anda belum beruntung. Aku rasa Mbak Ayu itu cuman butuh waktu.""Iya jelas lah. Suaminya juga belum ada setahun pergi. Kasihannya."Setelah itu kami kembali pulang. Kembali pada aktivitas masing-masing. Dan malam ini, aku termangu sendirian di kamar. Teringat Ayu lagi dan lagi. Dia terus yang ada di pikiranku. Aku tak tahu kenapa dia bisa begitu. Tiba-tiba mar

  • Cinta Pertama Mas Ali    Aku Ikhlaskan Kalian

    "Tunggu deh, Mbak! Jangan ngomong panjang lebar dulu! Aku ada sesuatu untuk Mbak." Syifa mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Lalu dia menelpon seseorang. Siapa yang dia telpon? Tampaknya serius sekali. Aku jadi was-was dan takut dia salah paham lagi. Jujur, aku tak mau memperpanjang urusan dengan Mas Ali lagi. Aku tidak ingin menyakiti siapa pun. "Fa, ada apa sebenarnya? Aku enggak bisa lama-lama. Harus jemput Bella juga ""Mbak tunggu aja! Aku mau semuanya kelar hari ini juga. Aku udah capek juga. Memangnya Mbak doang?"Aduh, Syifa kenapa jadi begini bicaranya? Kenapa dia makin kelihatan benci denganku? Aku pergi saja atau tunggu dulu? Sebenarnya aku juga tidak mau menyakitinya. Tapi ....Sebuah mobil masuk ke halaman supermarket. Lalu keluar seorang pria berjas hitam dengan kerah kemeja putih yang terlihat semakin membuatnya tampak menarik. Ya, dia Mas Ali. Lelaki itu datang menghampiri kami. "Maaf, aku telat." "Ngapain aja woi? Capek nih ngungguin. Sampe berakar," keluh Syif

  • Cinta Pertama Mas Ali    Bukan Salah Jodoh

    "Ayu, Tante harap kamu bisa menjaga Marwah almarhum suami kamu. Belum genap 40 hari saja kamu sudah begini. Tante sebagai keluarga besar Dimas merasa kecewa sama kamu."Tante Bianca malah menuduhku seperti itu. Tapi, aku tidak menjawab apa pun. Biarlah takdir berjalan sebagaimana mestinya. Mereka tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Aku sudah lelah. Aku hanya ingin fokus pada diriku sendiri dan calon anakku nanti. Tante Bianca hanya melihat sekilas apa yang terjadi. Jika dia berada di posisiku, pasti bisa mengerti. Setelah dua wanita itu pergi, kini Mas Ali terduduk lemas sambil menunduk. Aku tahu, dia pasti banyak pikiran dan bimbang. "Mas, pulanglah! Kamu harus istirahat.""Aku mau jagain kamu, Yu. Jangan pikirkan aku. Jika besok memang aku harus menikahi keponakan almarhum suami kamu, aku akan nikahi dia. Tapi, aku akan tetap menjagamu.""Enggak, Mas. Kamu enggak boleh gitu. Kasihan Syifa. Bukannya sejak awal kamu akan menikahi dia? Jadi, tolong jaga jarak denganku.""Hatiku hanya

  • Cinta Pertama Mas Ali    Sebuah Pilihan

    "Mas, jangan lupa nanti malam kita ada acara makan malam sama keluarga aku," ucap Syifa saat kami baru saja selesai meeting. "Iya insyaallah aku datang," balasku sekenanya. Lalu bersiap kembali ke ruanganku sendiri. "Mas, tunggu!" cegahnya lagi. Aku pun berhenti tepat di depannya. "Ada apa lagi?""Nanti siang kita makan bareng kan? Ada yang ingin aku omongin." Gadis dengan blazer hitam ini menatapku penuh harap. "Nanti siang? Tapi aku tadi sudah beli buah kemasan. Sudah tinggal makan. Ada kerjaan lagi ini dari atas. Sekarang aja kamu bilang ada apa. Mau ngomong apa?"Tiba-tiba gadis itu cemberut. "Sekarang kamu kayak udah embbam ada waktu lagi buat aku. Kalau enggak sibuk sama kerjaan, ya sibuk bantuin Mbak Ayu. Entah kenapa aku rasa kalian aneh aja," celetuknya. Aku menghela napas panjang, tak mungkin aku bilang padanya kalau aku adalah mantan suami Ayu. "Itu hanya perasaan kamu aja, Fa. Aku biasa aja. Aku hanya niat menolong.""Tapi janji, ya! Pernikahan kita dimajukan tiga bul

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status