Share

Bab 5

Author: Prameswari
Aku memandangnya dengan tertegun saat dia mengerutkan kening. Ekspresi kesal di wajah Hudson tampaknya karena merasa aku menghambat penandatanganan surat cerai.

Selama dua tahun pernikahan kami, meskipun rumah sakit adalah milik keluarganya, Hudson tidak pernah membiarkanku datang ke sini. Setiap kali aku merasa tidak enak badan atau perlu pemeriksaan, bahkan ketika mengetahui kehamilanku, aku selalu pergi ke rumah sakit lain.

Perawat itu mengangguk paham, lalu berkata dengan nada penuh belas kasihan, "Karena luka yang terlalu parah, pasien itu gagal diselamatkan. Kami tadinya berharap Anda yang merawatnya, tapi ...."

"Kalau dia keluarga teman Anda, tolong bantu hubungi mereka. Kami nggak menemukan ponselnya, jadi sudah melaporkannya ke polisi. Pasien itu meninggal dalam kondisi tragis. Mungkin teman Anda perlu mempersiapkan mental ..."

"Kamu lupa sama pekerjaanmu ya?" potong Hudson sambil melempar pandangan tajam.

"Cuma cedera ringan yang bisa ditangani dokter biasa, kamu malah ikut-ikutan sama pasien untuk berakting? Wanita itu biasanya sehat bugar, mana mungkin cedera sedikit saja bisa membuatnya meninggal."

Hidungku terasa perih dan air mataku berlinang deras.

Hudson pernah bercanda tentang bagaimana fisikku sekuat banteng. Selama bertahun-tahun menikah, dia tidak pernah melihatku sakit. Padahal, tubuhku sebenarnya lemah dan mudah terserang flu.

Pernah sekali saat dia sedang di luar kota, aku demam tinggi sampai suaraku serak dan nyaris tak bisa bicara. Dengan suara lemah, aku meneleponnya. Namun, dia hanya menjawab dengan kesal bahwa aku merepotkannya. Padahal hanya terserang flu, apakah pantas aku mengganggu pekerjaannya?

Sebagai seorang dokter, Hudson seharusnya memiliki kesabaran untuk merawat pasien. Namun terhadapku, yang ada hanya pengabaian dan kejengkelan. Sejak itu, aku tidak pernah lagi memberitahunya saat aku sakit dan dia pun jarang memerhatikan kesehatanku.

Dia sering pulang larut malam dan tidak pernah memperhatikan saat aku minum obat.

Sebaliknya, aku berkali-kali menyaksikan betapa cemasnya Hudson pada Sarah. Ketika Sarah sakit di luar negeri, dia langsung mengirimkan obat untuknya di tengah malam. Dia bahkan rutin menelepon untuk mengingatkannya soal kesehatan.

Hudson bukannya tak peduli. Hanya saja, perhatiannya selalu untuk wanita lain.

Di saat seperti itu, aku sering bertanya-tanya. Apakah pernikahan yang diatur demi bisnis dengan pria yang tidak peduli padaku adalah hukuman untukku sebagai anak kandung yang tertukar? Lama-lama, pernikahan ini membuatku kehilangan harapan.

Raut wajah Hudson sangat muram. Perawat itu juga tidak ingin berdebat dengannya lagi, sehingga dia kembali duduk dan mengurus administrasi.

Hudson yang tidak bisa menemukanku, akhirnya kembali ke sisi Sarah. Begitu melihat Hudson, mata Sarah langsung memerah. Dia mendekat dan memeluk pinggang Hudson dengan suara lemah.

"Aku nggak melihatmu waktu bangun tadi. Sekarang kita malah harus berpisah lagi."

Hudson mengusap rambut Sarah dan berkata dengan lembut, "Sarah, aku sudah janji nggak akan meninggalkanmu lagi. Aku akan menemui Tasya dan membuatnya menandatangani surat cerai."

"Wanita itu benar-benar licik, malah berpura-pura hilang dan menyuruh perawat ikut berpura-pura mengatakan bahwa dia sudah meninggal. Aku nggak percaya. Ini pasti akal-akalan dia supaya nggak bercerai. Aku nggak akan membiarkan dia menang."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 16

    Suatu hari, tiba-tiba Hudson tampak sadar kembali dan tatapannya tak lagi kosong. Dia pergi ke salon untuk memotong rambut, lalu mengenakan setelan jas hitam. Setelah membeli seikat bunga, dia mengemudi menuju makamku.Sinar matahari begitu terang hingga membuatku sulit membuka mata. Sambil berdiri di depan nisanku, Hudson mulai mengutarakan penyesalannya."Tasya, aku selalu menyesali bahwa aku nggak memahami perasaanku sendiri lebih awal. Meskipun aku nggak mencintaimu, setidaknya aku seharusnya menolongmu waktu itu.""Seandainya aku nggak sekejam itu dan percaya pada Sarah begitu saja, kamu dan anak kita akan sehat dan masih bersamaku sekarang. Aku yang menghancurkan kebahagiaanku sendiri dan juga menghancurkanmu dan anak kita."Hudson yang sekarang penuh penyesalan ini hanyalah sebuah lelucon bagiku. Aku tidak merasa terharu."Tasya, aku akan memberimu keadilan," ucapnya dengan penuh tekad.Sarah kini juga sudah meninggal, keadilan apa lagi yang dimaksudnya?Aku duduk di kursi belak

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 15

    "Kenapa?" Sarah tertawa getir menatap kedua orang tuaku yang kini berwajah pucat dengan mata sembap."Kalian menjodohkanku dengan orang itu. Selama bertahun-tahun di luar negeri, aku harus menghadapi kekerasan darinya setiap hari. Dia sama sekali nggak memandangku sebagai manusia. Dia memaksaku menemani klien dan pada akhirnya membuatku kehilangan kemampuan untuk hamil.""Kehidupan yang hancur ini semua adalah ulah kalian, jadi aku mau menghancurkan putri kandung kalian. Kalau hidupku berantakan, dia juga nggak pantas hidup bahagia." Tatapan Sarah penuh kebencian, wajahnya tampak kehilangan akal sehat.Aku hanya bisa menggeleng dan memperhatikan bahwa kedua orang tuaku tampaknya tidak begitu sedih. Di dalam hati mereka, Sarah sudah lama menjadi "putri" mereka yang sebenarnya.Gavin mengepalkan tangan penuh kemarahan. Dia menunjuk ke arah Sarah dan berkata lantang, "Setelah tahu kamu bukan anak kandung, kami nggak pernah jahat sama kamu. Kamu sendiri yang menginginkan pernikahan itu! Se

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 14

    Semua orang di ruangan tampak kebingungan dan bertanya-tanya mengapa polisi datang ke ruang persemayamanku. Namun, Sarah tampak paling panik."Siapa di antara kalian yang bernama Sarah?" tanya polisi dengan nada serius."Pak polisi, apa yang terjadi?" tanya ibuku dengan cemas saat mendengar polisi mencari Sarah. Ibuku yang membesarkan Sarah sejak kecil bahkan lebih menyayanginya daripada aku, anak kandungnya sendiri."Setelah penyelidikan menyeluruh, telah dipastikan bahwa pelaku di balik penculikan Tasya adalah Sarah. Kami perlu membawanya."Ibuku langsung terkulai lemas mendengar berita itu.Hudson memandangi polisi dengan tatapan kosong, lalu menggelengkan kepalanya sambil mundur beberapa langkah. "Nggak mungkin, mana mungkin Sarah yang menculik Tasya? Aku sendiri yang membayar tebusan, aku yang menyelamatkannya ...."Hudson tidak lagi melanjutkan ucapannya, tetapi wajahnya menunjukkan penyesalan yang mendalam, seolah-olah mulai menyadari kebenarannya. Tatapannya berubah beringas sa

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 13

    Tubuhku telah diautopsi dan polisi tengah bekerja keras menyelidiki kebenaran di balik kematianku.Kebenaran yang kejam adalah bahwa penculikan ini diatur oleh Sarah. Saat Sarah meminta pertolongan dari Hudson, dia meminta Hudson untuk tidak melibatkan polisi. Hudson benar-benar menuruti perintahnya dan datang dengan uang tebusan tanpa melaporkan kejadian itu.Hal itu memberi cukup waktu bagi para penculik untuk melarikan diri. Dengan banyaknya bukti yang dihilangkan oleh Sarah, penyelidikan menjadi lebih rumit.Hudson, setiap keputusanmu justru menjerumuskanku ke dalam penderitaan yang lebih dalam.Laporan forensik telah selesai dan keluargaku memutuskan untuk mengkremasiku. Mereka merasa tidak perlu memberi tahu Hudson. Namun, Hudson akhirnya mendengar kabar tersebut. Dia datang mengenakan pakaian bersih dan wajahnya tampak rapi setelah bercukur.Di depan ruang duka, dia memandang tubuhku dan berkata, "Tasya, aku benar-benar menyukaimu. Aku pikir selama ini orang yang kucintai adalah

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 12

    Lantaran tidak bisa menghubungi Hudson selama dua hari, Sarah pun datang langsung ke rumahnya. Begitu pintu terbuka, Sarah langsung memeluk Hudson "Hudson, tahu nggak seberapa khawatirnya aku karena dua hari ini kamu nggak bisa dihubungi?"Tangisnya pun pecah dan Hudson hanya diam, membiarkan Sarah menangis dalam pelukannya. Setelah cukup lama, Sarah menghentikan tangisannya.Dengan mata yang masih memerah, dia berkata, "Hudson, aku tahu kepergian Kak Tasya membuatmu sedih, tapi semua sudah terjadi. Jangan terlalu dipikirkan. Lagi pula, bukannya kamu memang berencana untuk menceraikannya? Ke depannya, biar aku saja yang merawatmu, ya?"Sambil berbicara, dia mulai membuka kancing baju Hudson. Namun, Hudson segera menahan tangannya. Sarah menatapnya dengan bingung, wajahnya tampak polos dan tak bersalah.Hudson mendorongnya menjauh dengan dingin. "Tasya nggak pernah melukaimu. Supaya dia menderita di Keluarga Ludwig, kamu sengaja menjatuhkan dirimu dari tangga, bukan?"Ekspresi Sarah ber

  • Cinta Pertama yang Merebut Suamiku   Bab 11

    Hudson mengurung diri di kamar selama dua hari, bahkan tidak menjawab telepon yang berdering. Dia mengunci pintu kamar dan saat pekerja rumah tangga datang untuk membersihkan, dia juga tidak membukakan pintu.Di dalam kamar, dia menemukan buku harianku. Sejak sekolah menengah, aku memang sering menulis diari untuk mencurahkan perasaanku padanya. Aku tidak ingin Hudson membaca betapa bodohnya diriku dulu, tapi aku hanya bisa menyaksikan dengan tak berdaya saat dia membuka lembarannya.Perasaanku pada Hudson tidak dipicu oleh kisah heroik atau pengorbanan. Aku menyukainya hanya karena dia tampan dan pintar. Gadis remaja memang mudah jatuh cinta pada sosok yang lebih unggul dari dirinya, tidak terkecuali juga diriku.Di bawah lampu yang remang, tulisan polosku di usia belasan tahun terlihat jelas.[ Aku suka sama Hudson. Dia bukan cuma tampan dan pintar, tapi juga baik hati. Aku pernah melihatnya menyumbang untuk anak-anak kurang mampu. Sayangnya, keluargaku biasa saja, sedangkan dia adal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status