Beranda / Romansa / Cinta Sang Dokter Miliuner / BAB 1 Ibu Tiri Seperti Kaka Tiri

Share

Cinta Sang Dokter Miliuner
Cinta Sang Dokter Miliuner
Penulis: Nietha_setiaji

BAB 1 Ibu Tiri Seperti Kaka Tiri

Penulis: Nietha_setiaji
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-20 21:57:58

Ibu Tiri Seperti Kaka Tiri

Raya berjalan cepat, sedikit gugup, keluar dari rumahnya. Dia buru buru, namun juga terlihat seperti menghindari seseorang. Beberapa detik setelahnya, ada derap langkah seseorang yang sepemengejarnya.

Dia terlihat memakai jaket kulit hitam, celana jeans yang juga hitam. Dipadukan dengan sepatu boots dengan tinggi sedang, di atas mata kaki. Raya juga menyematkan helm, helm full face warna hitam pekat miliknya, lalu bergegas mengendarai motor sport Kawasaki 4 silinder 948cc, motor yang kebanyakan dipakai kaum Adam penyuka booster adrenalin jalanan.

Dia bersiap menarik gas motornya, tidak mempedulikan apapun yang ada di belakangnya, sang ibu tiri yang terus saja berteriak, mengomel tidak karuan.

"Raya, kamu harus bekerja, apa kamu tidak tahu malu, kamu benar benar produk gagal di keluarga ini, aku menyesal sudah membantu kuliahmu, bahkan aku menggunakan seluruh uangku untuk pendidikanmu, kamu benar benar keterlaluan Raya," teriak Rohaya, ibu tiri Raya.

Mendengar ocehan itu, Raya seperti tidak bergeming sedikitpun, dia menatap Rohaya dengan pandangan sinis, lalu menarik tuas gas motornya, tanpa memberi salam, tanpa ucapan apapun.

"Berhenti kamu Raya, anak tidak tahu diri, anak tidak tahu diuntung, anak kurang ajar, Raya!" teriak Rohaya.

Rohaya melemparkan piring keramik ke arah Raya. Piring itu pun pecah, namun tidak mampu menjangkau target lemparan. Rohaya hanya bisa terdiam, melihat motor Raya melaju semakin menjauhinya, semakin lama tidak lagi bisa terlihat.

"Dasar anak tidak berguna, aku menyesal telah menginvestasikan seluruh uangku untuk keperluan kuliahmu, anak tidak berguna, tidak berguna, kamu membuatku bangkrut," teriak Rohaya seraya memegangi kepalanya, terlihat begitu kesal dan penuh amarah.

Nama gadis itu adalah Raya Aura, gadis manis yang merupakan lulusan kedokteran dengan nilai tertinggi. Itu membuatnya lulus dengan predikat terbaik di kelasnya, cumlaude.

Setelah lulus dari universitas ternama di Jakarta, Raya menjalani ko-asisten di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta, dan saat itu pula dia mendapatkan sesuatu yang menjadi bayang bayang hitam, terus menghantui kemanapun dia pergi, traumanya. Trauma itu membuatnya mengidap PTSD, Post-Traumatic Stress Disorder, Serangan Panik Karena Trauma Masa Lalu.

Raya mengendarai motornya, ada satu tempat yang akan dituju dan tempat itu sudah dia datangi selama tiga bulan terakhir ini. Pekerjaan paruh waktu kesekian, pekerjaan paruh waktu yang tidak ada hubungannya dengan dunia kedokteran.

***

“Sudahlah bu, jangan terlalu keras pada Raya,” ucap pak Bondan, ayah kandung Raya, laki laki berusia enam puluh tahun, pemilik salah satu toko kelontong terbesar di pasar induk kota.

“Pak, Raya harus belajar bertanggung jawab, mana mungkin bapak biarkan Raya menjadi gelandangan. Dia dokter, dokter pak, kuliahnya mahal,” teriak Rohaya. Ibu tiri yang usianya selisih satu tahun lebih tua dari Raya. Rohaya masih begitu cantik, muda, bersemangat, orang orang sering menyebutnya kakak tiri Raya, bukan ibu tiri.

Penampilan Rohaya yang modis, mengikuti trend membuatnya terlihat sangat cantik, khas ibu ibu kota yang menawan.

“Aku akan mencari cara supaya Raya kembali bekerja sebagai dokter, jangan panggil aku Aya, jika tidak bisa melakukannya, dia harus kembali menjadi Raya si dokter hebat,” ucap Rohaya dengan mata tajam.

Rohaya menyodorkan kopi panas pada pak Bondan, suami yang lebih seperti ayahnya. Orang orang sering menggunjingkan mereka, banyak yang beranggapan bahwa Rohaya menikah dengan pak Bondan hanya untuk menguasai hartanya, rumah juga toko kelontong terbesar di pasar induk kota.

***

Raya memarkir motornya, lalu menatap gedung tua yang merupakan rumah sakit umum di daerah Istimewa Yogyakarta.

"Aku akan meyakinkanmu lagi, aku tidak akan menyerah, lagi dan lagi," ucap Raya dengan penuh keyakinan. Dia segera masuk ke dalam rumah sakit itu.

"Kamu datang lagi? Ini sudah kunjunganmu ke kesekian kalinya, kau tidak akan berhasil mendapatkan informasi apapun," ucap Devon, salah satu perawat di rumah sakit itu.

Laki laki berusia dua puluh Lima tahun, cukup tampan untuk seorang perawat. Mungkin dia lebih pantas bekerja sebagai model foto, atau bahkan artis yang sering wara wiri di televisi.

"Ya, aku akan menyerah, setelah dia mau memberi informasi mengenai siapa orang tuaku yang sebenarnya. Itu dosa masa lalunya, dosa yang harus ditebus sebelum meninggal," ucap Raya yang kemudian segera menuju ke arah kamar perawatan khusus.

Kamar itu milik ibu Rahma, salah satu pasien di rumah sakit itu, dia sudah berada di rumah sakit itu sejak satu tahun lalu, dengan diagnosa demensia.

Raya mendapat informasi bahwa dirinya bukan anak kandung dari dua orang yang sudah merawatnya sejak masih bayi.

Dua bayi di tukar, di sebuah rumah sakit, akibat kemarahan seorang Bidan yang bernama Rahma Fatmawati.

Saat itu Rahma yang menjadi bidan di sebuah rumah sakit terlibat pertengkaran besar dengan suaminya, dia kesal, karena selalu dianggap mandul dan tidak bisa menjadi istri yang sempurna. Untuk melampiaskan kemarahan, dia menukar dua bayi yang baru saja dia bantu dalam proses persalinannya.

Salah satu Bayi itu adalah Raya Aura, dia menyelidiki semua kemungkinan, hingga mengarah pada bidan Rahma yang saat ini mengidap demensia, menjadi lansia sendirian, kesepian, di rumah sakit yang dulu merupakan tempatnya bekerja.

Raya berdiri di depan pintu kamar perawatan khusus itu, terlihat menarik nafas panjang, lalu memutuskan untuk masuk ke dalam.

"Kamu datang lagi? kamu tidak menyerah rupanya," ucap ibu Rahma.

"Tidak, aku tidak akan menyerah, seberapa kali pun kamu mengusirku, mengumpatku, menjatuhkan hatiku, aku akan terus datang," ucap Raya dengan berani.

"Aku tidak akan menyerah sepertimu, yang berdiam diri di dalam kamar ini karena dosa masa lalu, harusnya kamu bisa memberitahuku, di mana orang tua kandungku," ucap Raya.

"Kamu sudah berani rupanya," ucap ibu Rahma yang masih mengarahkan pandangannya ke arah luar, mengintip halaman samping rumah sakit lewat jendela kaca yang ada di kamarnya.

Ibu Rahma belum menoleh ke arah Raya, dia langsung bisa menebak itu adalah Raya tanpa harus melihatnya.

"Kamu pasti tidak memiliki keluarga, hanya aku yang mengunjungimu," ucap Raya dengan berani.

Ibu Rahma terdiam, dia melirik ke arah Raya tanpa melihatnya, namun lirikan itu tajam.

"Dosa dosamu akan terus membayangi," ucap Raya.

"Kamu menukar dua bayi yang tidak berdaya, apa itu membuatmu puas?" tanya Raya dengan kesal.

"Aku bisa saja melaporkanmu ke kantor polisi, namun melihat kondisimu yang memprihatinkan, aku tidak akan tega," ucap Raya.

“Laporkan saja, aku tidak akan memberimu apapun. Aku tidak melakukan apapun, aku tidak melakukannya,” ucap ibu Rahma.

“Jangan menghabiskan waktu untuk mencari sesuatu yang tidak ada,” lanjut ibu Rahma.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 71 Akhir Kisah

    Akhir KisahRaya melihat ada dokter Edo berdiri di belakang wanita itu, wanita cantik yang baru pertama kali dilihatnya.“Raya, apa bisa kita bicara sebentar? Kita bicara di ruangan sebelah,” ucap radit yang ternyata juga ada di sana.“Ada apa?” tanya Raya bingung. Jelita segera melepaskan pelukannya. Mau tidak mau Raya mengikuti langkah Radit, dokter Edo dan wanita yang belum dia kenal sebelumnya.Raya dan ketiga orang itu sudah masuk ke sebuah ruang perawatan kosong, persis di sebelah ruang perawatan ayah Raya. Jelita kembali memeluk Raya, dia benar benar tidak bisa menahan diri.“Maafkan ibu, ibu hanya merindukanmu,” ucap Jelita.“Kalian harus bicara bertiga, saya akan meninggalkan kalian di sini,” ucap Radit yang kemudian dia segera keluar meninggalkan mereka bertiga.Jelita melepaskan pelukannya, dia menatap wajah Raya dengan begitu penuh rasa.“Dia adalah istri saya, namanya Jelita,” ucap pak Edo mengenalkan wanita yang sedari tadi memeluknya. Raya mengangguk ragu, juga mengula

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 70 Usaha Raya

    Usaha RayaMendengar hal itu, Radit tersenyum, ya, ini adalah sesuatu yang dia tunggu.Radit mengantar Raya pulang kembali ke apartemennya. Setelah mobil berhenti di depan apartemen, Radit juga ikut turun. Radit mengantar Raya hingga ke dalam apartemen.“Pulanglah,” pinta Raya. Radit tidak bergerak sedikitpun. Setelah mereka masuk ke dalam apartemen, Radit terlihat menarik tubuh Raya, Radit memeluk Raya, lalu menjatuhkan bibirnya ke bibir Raya.Dalam situasi ini, entah kenapa hati raya yang tadinya seperti menyimpan es, lambat laun es itu mencair. Raya meneteskan air mata, rupanya dia masih begitu menyayangi Radit, mencintainya, dan dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Raya membalas ciu-man Radit, ciu-man yang mulai terasa hangat, penuh dengan cinta.***Sejak malam itu, Raya mulai berusaha bekerja sebaik mungkin, walaupun dia harus belajar keras, mulai dari awal, seperti layaknya mahasiswa baru. Dia tidak menyangka akan kembali ke tahap ini, rutinitas yang sudah dia tinggalkan

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 69 Sebuah Permintaan

    Sebuah PermintaanRaya terlihat begitu cantik, iya, sangat cantik sekali dengan balutan dress warna cream, panjang selutut. Dress itu sengaja di siapkan oleh Radit, diletakkan di sofa apartemennya, lalu dia menulis pesan “Untukmu, semoga aku melihatmu memakainya,” tulis Radit yang kemudian menempelkan memo itu di atas sebuah kotak berisi dress cantik itu.Raya menunggu Radit, di depan apartemen.“Cantik,” gumam Radit ketika turun dari mobil sport yang dikendarainya sendiri.Raya berjalan ke arah Radit, dengan senyum, lalu tiba tiba senyum itu memudar.“Apa aku harus memakai pakaian seperti ini? Yang benar saja,” ucap Raya kesal.“Ah kamu ini, baru saja aku mengatakan kamu cantik, anggun sekali, rupanya macan putih tetap saja macan putih,” ucap Radit.Raya kemudian masuk ke dalam mobil Radit.“Kita mau ke mana?” tanya Raya.“Panggil mas dulu,” ucap Radit.“Apa?” tanya Raya.“Ya, aku sudah lama tidak mendengar kamu memanggilku mas, aku ingin mendengarnya. Bukankah itu panggilan sayangmu

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 68 Seorang Ayah

    Seorang Ayah Di sebuah ruangan, terlihat dua orang laki laki setengah baya tertawa bersama, mereka larut dalam perbincangan hangat dan menyenangkan, rupanya mereka adalah pak Hartawan, dokter spesialis jantung yang sekarang memutuskan untuk bekerja dari balik meja dan yang satunya adalah dokter Edo, ya, dokter kepala sebuah rumah sakit swasta di Yogyakarta. Dia baru saja mendarat, mereka baru bertemu sepuluh menit yang lalu.“Aku tidak menyangka kamu akan mengunjungiku, sudah dua tahun lebih kita tidak bertemu,” ucap pak Hartawan.“Iya, sepertinya aku akan sering mengunjungimu,” ucap dokter Edo.“Wah, benarkah, tentu itu akan sangat menyenangkan, kita bisa mengingat masa muda kita, atau kita bisa mengunjungi teman teman kita,” ucap pak Hartawan.“Kamu dulu terkenal sebagai senior yang sangat keras, banyak anak baru yang membencimu, termasuk aku,” ucap dokter Edo yang kemudian tertawa lepas.“Ya, begitulah, tapi tetap aku adalah senior paling digilai,” ucap pak Hartawan yang kemudian

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 67 Harapan Cinta

    Harapan CintaRaya, pak Bondan dan Rohaya sudah sampai di bandara Soekarno Hatta, bandara di Jakarta. Raya dan keluarganya keluar ke arah lobby bandara. Di sana sudah ada Radit yang menunggunya, Radit hanya mengulaskan senyum, senyum yang menyimpan berbagai rasa yang semuanya adalah rasa bahagia.Raya mengulaskan senyumnya, dalam kebingungan setidaknya dia masih memiliki setitik harapan dan orang yang bisa membuatnya bergantung.“Om, tante,” sapa Radit pada ayah dan juga ibu tiri Raya.“Wah, calon menantu,” bisik Rohaya pada pak Bondan.“Hust, jangan begitu bu, nanti Raya malu,” ucap pak Bondan.“Terimakasih ya Radit,” ucap Rohaya.Raya terlihat melihat mengarahkan matanya pada Rohaya, sedikit melotot, berharap Rohaya bisa mengerem sedikit mulutnya.“Mobil saya sudah siap,” ucap Radit.“Di sebelah sana,” lanjut Radit.“Supir saya akan membantu membawa koper bapak dan ibu,” lanjut Radit seraya melihat ke arah koper koper yang sudah ada di troli barang.“Te-terima kasih,” ucap Raya.“Ti

  • Cinta Sang Dokter Miliuner   BAB 66 Perjalanan Dalam Harapan

    Perjalanan Dalam HarapanRaya dan Rohaya terlihat membantu pak Bondan turun dari taxi, sedangkan Devon dan Marry membantu menurunkan beberapa koper dari bagasi mobil taxi.“Terimakasih,” ucap Raya setelah Devon dan Marry mengeluarkan semua koper dan tas besar mereka.“Aku bantu sampai dalam,” ucap Devon.Mereka semua segera masuk ke dalam bandara.Pak Bondan, Raya dan Rohaya akan segera ke Jakarta, kondisi pak Bondan sudah stabil, sudah bisa melakukan perjalanan jauh.“Apa kamu dan keluargamu akan menetap?” tanya Devon pada Raya yang saat itu terlihat begitu cantik, dengan kemeja putih, celana jeans biru muda juga dipadukan dengan tas tangan berwarna hitam, sungguh pemandangan yang jarang terlihat dari Raya yang selama ini berpenampilan maskulin. Hanya saja dia tetap memakai sepatu kets berwarna senada dengan celananya.“Aku belum tahu, tapi pasti akan lama,” ucap Raya.“Aku akan mengunjungi kalian, jaga diri baik baik di sana,” ucap Devon.Marry terlihat menggerakkan bibir, menampilk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status