Share

Bab 0002

“Aku menerima tawaranmu.” Tanpa basa basi Bayu langsung menyampaikan maksudnya, menatap nanar wanita cantik yang baru beberapa waktu yang lalu merendahkannya.

Sebelumnya, setelah memohon kepada dokter untuk menyelamatkan adiknya, Bayu melaju, menerobos derasnya air hujan. Meskipun merasa harga dirinya telah hancur, pria itu jelas tak punya pilihan lain.

Terperangkap dalam hinaan adalah hal pertama yang Bayu dapatkan saat dia masuk ke ruangan Marcella. Tubuh kedinginan di dalam baju yang basah, bibirnya membiru. Beberapa tetes air mengalir dari ujung rambut dan jatuh di dahi dan pelipisnya. Bayu sepenuhnya kehilangan harapan.

Marcella terkejut, dia mengukur suasana hati Bayu. Apa yang membuat pria ini kembali begitu cepat setelah mati-matian mempertahankan harga diri.

“Kau berubah pikiran hanya dalam hitungan jam?”

“Aku datang dengan syarat lain. Bukan hanya agar kau membebaskanku dari ganti rugi.”

“Tiga ratus juta adalah jumlah yang besar, dan aku masih harus memberimu bonus tambahan?” Marcella tersenyum sinis.

“Aku menjual diriku padamu, Nyonya.”

Langkah Bayu perlahan mendekati kursi tempat Marcella duduk. Kedua lengan kekarnya memenjarakan Marcella. Tetesan air dari rambut Bayu jatuh di dada Marcella dan membasahi bajunya. Sementara pandangan mata mereka bertemu dalam jarak satu jengkal.

“Apa maksudmu?” gumam Marcella. Hatinya sedikit bergetar karena wajah tampan Bayu tepat berada di depan matanya. Dia bahkan bisa melihat bahwa Bayu memiliki mata coklat gelap yang sangat menawan.

“Aku butuh seratus juta. Malam ini juga. Jika kau setuju, maka akan kuberikan apa pun yang kau inginkan.” Napas hangat Bayu bisa Marcella rasakan tepat di depan hidungnya.

Ini bukan hanya tentang beberapa inci yang ‘mematikan’, tetapi permintaan Bayu barusan membuat ketegangan di hati Marcella seketika teredam. Pria ini datang untuk uang, sesuai dengan apa yang Marcella bayangkan. Hati Marcella bersorak dan tertawa karena kemenangan.

Jemari lentik Marcella mendarat di dada Bayu. Dia bisa merasakan di balik kaus putih basah, ada otot yang keras di atas dada bidang itu. Dorongan ringan tangan Marcella membuat bayu melepaskan tangannya dari kursi dan berdiri tegak lagi.

Marcella melakukan hal yang sama, dan berjalan sedikit menjauh. Dia bersandar di jendela. Matanya melihat kerlip lampu kota yang ada di bawah sana. Tubuhnya butuh pembebasan dari sesak yang Bayu alirkan akibat kedekatan mereka barusan. Tiba-tiba, sebuah ide melintas di kepala Marcella.

“Katakan, kenapa kau berubah pikirkan dan membutuhan uang itu? Kau terjerat pinjaman online? Atau dikejar debt kolektor karena terlalu banyak bersenang-senang dengan kartu kredit? Atau kekasihmu yang tiba-tiba minta uang banyak padamu?” Nada suaranya ‘menjatuhkan’ hati Bayu ke lantai.

“Itu bukan urusanmu. Jika kau setuju, kita bisa mulai dengan sebuah kesepakatan. Bebaskan aku dari ganti rugi dan berikan aku seratus juta malam ini.”

“Baik. Kau benar, hidupmu dan urusanmu bukan hal penting untukku. Kalau begitu, kita akan mulai dengan kesepakatan. Kau akan bersandiwara untuk menjadi suamiku.”

“Sampai kapan?” tanya Bayu.

“Aku tidak bisa menentukan. Kondisi ayahku sedang tidak baik. Jantungnya semakin melemah. Membuatnya bahagia dan tenang adalah tujuan sandiwara ini.”

“Ok. Aku mengerti maksudmu.”

“Dengar, ini adalah sebuah sandiwara. Untuk kita berdua. Tapi, untuk orang lain, ini adalah hal nyata. Kau perlu melakukan dengan baik. Kau juga harus tinggal di rumahku.” Marcella mengajukan syarat yang harus Bayu setujui.

Malam ini, Bayu akan mengiyakan semua keinginan Marcella. Demi Aryani, dia akan sanggup jika harus menggadaikan nyawa. Sejak Dokter Diana mengatakan tentang amputasi, Bayu sudah siap membuang harga dirinya ke lautan.

“Aku setuju. Lalu tentang seratus juta itu… hmm… maksudku.”

“Berikan aku nomor rekeningmu. Aku akan mengirimkannya sekarang.” Marcella menyodorkan ponselnya. Meminta Bayu untuk menuliskan apa yang dia minta.

Bayu menatap Marcella untuk mencari tahu sesuatu yang tidak ingin dia temukan yaitu ‘rasa hina’. Sama sekali tidak ada di wajah Marcella. Itu hanya tentang kata-kata pedas yang harus dia dengar. Bayu mengetikkan digit nomor rekening, lalu mengembalikan ponsel itu pada Marcella.

“Aku sudah mengirimkan uang itu ke rekeningmu.” ucap Marcella sembari menunjukkan layar ponselnya pada pria di depannya.

Malam itu, Bayu resmi menjual dirinya pada Marcella. Rasa sakit mencengkeram hatinya. Hanya dalam beberapa tahun, hidup telah membuat Bayu terpaksa bertarung dengan badai. Dia yang semula adalah Tuan Muda yang terbiasa dihormati banyak orang, seketika menjadi sampah.

Setidaknya, sampai beberapa menit lalu, masih ada hal yang Bayu banggakan dalam dirinya, yaitu harga diri dan tanggung jawab. Dua hal yang membuat Bayu selalu merasa dirinya dalam martabat yang sama. Sekarang, semua itu hanya menjadi milik Marcella. Dia telah resmi menukar kebanggaannya dengan uang.

“Baiklah.”

“Kau tidak ingin mengucapkan terima kasih?” Marcella membawa kesinisan berjalan bersamanya mendekati Bayu.

“Ini bukan sebuah budi. Kita sedang bertransaksi. Aku tidak perlu mengucapkan terima kasih untuk hal itu.”

“Luar biasa! Aku harus mengagumi kesombonganmu. Sayangnya, semua itu sekarang ada di bawah kakiku.”

Bagi Marcella sekarang ini, Bayu hanyalah sebuah barang yang sudah dia beli. Tidak ada lagi rasa hormat yang tertinggal di dalam pikirannya untuk Bayu. Saat Bayu menolaknya sore tadi, Marcella yakin Bayu adalah pria dengan harga diri tinggi. Namun malam ini, Bayu justru kembali dan meminta tambahan uang dari apa yang Marcella tawarkan. Bagi Marcella itu adalah kemenangan yang mengecewakan.

Panas dalam diri Bayu telah membakar habis rasa hormatnya pada Marcella. Wanita kaya yang mempergunakan uang untuk membawa dunia pada keinginannya. Saat ini, Bayu adalah bagian yang dia ikat tanpa tolerasi. Namun dia telah sepakat untuk itu demi Aryani. Satu-satunya yang bisa Bayu pikirkan saat ini adalah kapan semua akan berakhir.

Dalam satu langkah, Marcella dipastikan menabrak tubuh Bayu. Ketika tangannya mendorong tubuh Bayu ke sofa putih yang ada di tengah ruangan. Biasanya itu adalah tempat Marcella menerima tamu dan klien.

Malam ini semua fungsi itu akan sedikit berbeda. Bayu terduduk tanpa ampun di sofa, menyusul Marcella yang mendarat di pangkuannya.

“Uang selalu bisa membuat harga diri menjadi debu. Bukan begitu, Bayu?” Jemari Marcella bermain di tshirt putih Bayu.

Baju Bayu yang basah, dengan cepat merembes ke gaun yang Marcella kenakan. Itu sama sekali tidak memberi pengaruh. AC di ruangan mendadak tidak memiliki arti. Percikan api dalam diri keduanya nyaris terbang. Aroma tubuh Marcella dari parfum mewah yang dia kenakan memenuhi rongga nafas Bayu.

“Bukankah… bukankah kau bilang ini hanya pernikahan sandiwara? Semuanya tidak memiliki arti di antara kita. Lalu kenapa ka-“

“Kenapa? Kau takut? Untuk pria yang biasa bersenang-senang bahkan menghabiskan banyak uang hingga kau terlilit hutang, wanita pasti bukan hal baru bagimu bukan?”

“Nyoya, Nona… ah, maksudku, ini tidak sesuai perjanjian.” Keberanian dan intensitas Marcella membuat Bayu gugup.

“Dengar! Jika kau tidak melakukan apa yang aku inginkan. Maka dengan senang hati aku akan menyeretmu ke penjara. Tuntutan ganti rugi itu masih berlaku. Sampai kau resmi menjadi suamiku!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status