Share

Terusir

Penulis: Asha Driya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-18 13:50:03

Almira yang memang dalam posisi tidak siap, dan lagi tubuhnya lapar dan kelelahan efek menangis semenjak pagi, sontak terhuyung dan jatuh terjerembab.

"Bibi?" Almira terkesiap sambil menatap tak percaya ke arah Bi Lusi. Biasanya Bi Lusi selalu memperlakukannya dengan hangat dan lembut. Bahkan menyayanginya layaknya anak. Karena memang Paman Hadi dan Bi Lusi belum dikaruniai momongan di usia pernikahan mereka yang menginjak tahun ke lima belas.

Bi Lusi menyunggingkan senyum sinis sambil berkacak pinggang.

"APA? mau protes?"

Sebulir embun menetes dari sudut mata Almira.

"Bi, kenapa Bibi kasar sama Mira? apa Mira ada salah sama Bibi? dan … dan kenapa Bibi juga Paman tidak datang dari tadi? ayah dan ibu …." Belum sempat Almira menyelesaikan perkataannya, Bi Lusi memotong,

"Kenapa? memang apa peduli Bibi? yang mati kan ayah ibumu? nggak ada urusannya sama kami! malah untung cepat mati!"

"Astaghfirullahaladzim, Bibi!" seru Almira tak menyangka bibinya akan mengeluarkan kata-kata sekejam itu. Bibirnya bergetar dan isakan pun lolos dari bibirnya. Masih terduduk di lantai teras, Almira menatap pilu ke arah Bi Lusi.

"Apa? berani kamu ya bentak Bibi?"

"Bi, tolong, ada apa ini sebenarnya? kenapa Bibi bersikap kasar sama Mira?"

Bbrruukkkk!

Sebuah koper dijatuhkan di sebelah Almira oleh Paman Hadi yang baru saja keluar.

"Ambil dan pergilah! Semua pakaian dan barang kamu sudah Paman masukkan ke koper ini! dan jangan injakkan kakimu ke rumah ini lagi!" 

"A-apa?"

"Tuli kamu? suamiku bilang pergi dari sini! jangan kembali lagi kesini! dan ingat, kamu bukan siapa-siapa kami. Rumah dan semua peninggalan Bang Santo menjadi hak kami. Pergi sana!" usir Bi Lusi.

"Pa-paman?" Almira mengalihkan pandangan ke arah Paman Hadi dengan memelas. Sementara yang ditatap oleh Almira hanya membalasnya datar. Tiada kehangatan seperti sebelum-sebelumnya. Kenapa Paman dan bibinya berubah?

"Ta-tapi ini rumah milik ayah dan ibu, Paman. Kenapa Mira harus pergi? dan lagi, kemana Mira harus pergi?"

"Saya tidak peduli! kamu bukan lagi keponakan saya. Pergi dari rumah ini! Saya lebih berhak atas rumah ini daripada kamu!" bentak Paman Hadi

Almira menangis tergugu. Entah kenapa kesedihan datang bertubi-tubi padanya.

"Paman, apa salah Mira? kalau Mira ada salah, Mira mohon maaf. Tapi jangan usir Mira. Mira tidak punya siapa-siapa lagi sekarang. Mira cuma punya Paman dan Bibi. Jangan perlakukan Mira seperti ini."

"Heh! kamu itu cuma …." Perkataan Bi Lusi disela oleh Paman Hadi yang mengangkat tangannya. Isyarat agar istrinya diam dulu.

"Salah kamu? salah kamu adalah hadir ke rumah ini! Sudah jangan banyak tanya lagi. Pergi dan jangan pernah kembali lagi kemari. Tidak ada harta Bang Santo yang menjadi hak kamu. Semua peninggalan Bang Santo milik kami sekarang!"

Selesai mengucapkan itu, Paman Hadi berbalik masuk rumah diikuti Bi Lusi. Almira berusaha bangun dan mengejar Pamannya. Namun semua tangis dan permohonannya tidak digubris. Paman Hadi menutup pintu dengan keras tanpa mempedulikannya yang terisak pilu sambil mengetuk pintu berharap ada setitik iba di hati pamannya itu.

Hampir setengah jam mengetuk pintu dan memanggil Paman Bibinya untuk dibukakan pintu tetapi tanpa hasil, Almira berbalik gontai sambil meraih handle koper. Beberapa tetangga nampak mengintip dari jendela, namun tak ada yang menghampirinya. Mungkin tetangganya takut dan segan dengan Paman Hadi, yang memang cukup terpandang sebagai seorang pegawai negeri. Berbeda dengan kakaknya, ayah Almira, yang seorang juragan beras. Semasa hidup ayah dan pamannya terlihat rukun dan akrab.

Walaupun Paman Hadi sering meminjam uang dengan alasan gajinya sebagai pegawai negeri tidak terlalu besar, dan juga entah berapa kali meminta uang kepada ayah Almira dengan dalih untuk program mendapatkan momongan. Ayah Almira yang memang menyayangi adik satu-satunya dan berhati baik itu tak segan memberikan uang secara cuma-cuma. Namun entah kenapa, sepertinya kematian kedua orangtuanya itu membuat Paman Hadi dan Bi Lusi menunjukkan watak yang sebenarnya. 

Almira menyeret kopernya menyusuri jalanan. Mau tak mau dia harus pergi. Tidak mungkin bertahan di rumah itu sementara Paman dan bibinya menolak kehadirannya. Akan tetapi Almira bertanya-tanya, apa maksud perkataan Paman Hadi bahwa Almira tidak berhak atas harta peninggalan orangtuanya?

Berjalan gontai, Almira terus berpikir tujuan langkah kakinya. Hendak kemana dia? sementara kerabat yang dia tahu hanya Paman Hadi dan Bi Lusi. Ibunya tidak memiliki saudara di daerah sini. Karena ibunya hanya perantau dari kampung. Ke kampung ibunya pun Almira belum pernah, karena menurut ibunya, dia yatim piatu sejak kecil. Dan saudaranya pun banyak yang telah merantau ke luar pulau tanpa ada komunikasi lagi.

Bingung dengan tujuannya, sebuah keputusan pun Almira buat. Dia akan pergi ke alamat yang ayahnya berikan sebelum meninggal. Entah alamat siapa, tapi pasti almarhum ayahnya punya tujuan sampai saat terakhir sempat menitipkan kertas alamat itu untuknya.

Memeriksa isi dompet, Almira mengucapkan syukur saat melihat isi dompetnya masih utuh. Bahkan masih bersyuku saat map berisi dokumen-dokumen miliknya ikut serta dalam isi koper yang dikemas Paman Hadi. Paling tidak, Pamannya tidak terlalu jahat sampai membiarkannya pergi tanpa bekal apapun.

Berbekal uang yang ada di dompetnya dan juga secarik kertas berisikan alamat peninggalan ayahnya, Almira berangkat. 

***

Setelah menempuh perjalanan panjang dengan sebuah taksi, hampir lima jam. Almira sampai di sebuah kawasan perumahan elit. Bangunan-bangunan yang nampak seperti kumpulan istana-istana itu memenuhi setiap sisi jalan masuk perumahan. Almira menatap takjub rumah-rumah itu dari balik jendela mobil. Alamat siapa sebenarnya yang tengah dia tuju? bagaimana bisa ayahnya tahu alamat rumah di kawasan elit ini? apakah saudara? atau sahabat? Almira masih menerka-nerka.

Taksi online itu berhenti di depan sebuah rumah yang menjulang tinggi dan besar, megah bak istana dengan lampu gemerlap dan pilar-pilar yang besar. Setelah yakin alamatnya sesuai dengan yang tertulis di kertas, Almira memberikan ongkos taksinya.

Dengan ragu, Almira berjalan menuju pintu gerbang yang berdiri kokoh. Seorang security nampak menghampiri dengan tatapan curiga. Bagaimana tidak? saat ini hampir tengah malam dan Almira datang membawa koper besar.

"Maaf, ada yang bisa saya bantu Nona?"

Almira tergagap saat hendak menjawab.

"Eh, saya, sa-saya … emh …."

Tatapan security itu semakin menyelidik dengan kening berkerut dan mata menatap waspada.

"Ada apa, Nona? Anda siapa dan ada perlu apa datang ke rumah ini?" Sekali lagi security itu menanyai Almira.

"Eh, sa-saya, sa-saya diberikan alamat rumah ini," cicit Almira. Tatapan mata security berbadan besar itu membuatnya sedikit seram.

"Bro, telpon Madam Helen!"

Entah kenapa, Almira merasakan bulu kuduknya meremang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Sang Pewaris   Model Baru

    "Ada yang mau saya bicarakan, Nyonya," ujar Dion pada Arumi.Sore itu, sepulang dari kantor, Dion kembali menghadap ke Arumi untuk berdiskusi."Ada info apa, Dion?""Saya mempunyai ide yang menurut saya bagus untuk perusahaan. Atau paling tidak bisa memulihkan citra perusahaan."Arumi menatap Dion dengan seksama. Tubuhnya mulai pulih kini. Namun tetap ada batasan yang harus dijaga. Dan Arumi harus berhati-hati dalam mengelola pikirannya agar tidak terbebani terlalu berat."Kita membutuhkan suasana dan terobosan baru, Nyonya. Nona Alana sepertinya tak lagi bisa dijadikan ikon perusahaan kita. Harus ada model pengganti yang memberi kesan baik dan religius. Sehingga masyarakat akan tahu, jika perusahaan kita tak terpengaruh deng

  • Cinta Sang Pewaris   Ledekan

    "Kita membutuhkan model baru untuk menggantikan Nona Alana, Tuan. Karena dengan skandal yang Nona Alana ciptakan, citra baik perusahaan menurun. Belum lagi desakan para pemegang saham untuk segera memulihkan kondisi perusahaan.""Mereka menuntut perubahan atau mereka akan menarik saham mereka. Beberapa perusahaan pun membatalkan kerjasama secara sepihak karena tidak mau mendapatkan imbas dari kasus Nona Alana.""Rating beberapa produk pun yang menggunakan Nona Alana sebagai brand ambassador menurun jauh sehingga memerlukan pergantian agar tidak semakin memburuk.""Bahkan, maaf Tuan, beberapa direksi mengemukakan pendapatnya untuk mengganti Tuan dengan Tuan Alex."Aldi, sekretaris Dion memberikan laporannya. Nampak Dion yang duduk di kursi kebesarannya manggut-manggut men

  • Cinta Sang Pewaris   Percakapan Singkat

    "Ke-kenapa Tuan? apa tidak enak?" Almira bertanya gugup. Apalagi ketika Alex terlihat mengerutkan keningnya. Apa dirinya salah memasukkan komposisi racikan kopinya?"Mmmhhh, gimana ya?" Alex seakan ragu untuk menjawabnya."Saya buatkan lagi, Tuan. Maaf kalau kurang enak," ujar Almira berniat meminta cangkir yang masih dipegang oleh Alex."Apa aku bilang kopi ini tidak enak?"Almira menggelengkan kepalanya."Kopi buatanmu enak, aku suka. Buatkan aku seperti ini lagi jika nanti aku meminta.""Baik, Tuan. Siap!"Alex kembali menyeruput kopi di tangannya. Sementara Almira bingung apa yang hendak dia lakukan."Kenapa kamu berdiri disitu?""Eh, iya Tuan. Maaf, saya masuk dulu," pamit Almira."Memang aku menyuruhmu masuk? duduklah! Aku sedang butuh teman bicara," perintah Alex."Baik, Tuan."Almira pun mengambil posisi di ujung bangku taman yang menghadap ke kolam renang itu."Kamu punya

  • Cinta Sang Pewaris   Secangkir Kopi

    "Buat Alana jatuh, dan aku menjadi milikmu!" ujar Alex dengan nada tegas yang membuat Vina terkejut."Maksud kamu? kenapa aku harus menjatuhkan Alana? bukannya dia adalah adik kamu sendiri?"Alex menjauhkan badan Vina dan duduk bersandar di kepala ranjang. Kedua tangannya dia lipat ke belakang kepalanya sambil menatap ke depan dengan tatapan menerawang."Lex? kenapa harus menjatuhkan Alana?"Sekali lagi Vina bertanya. Vina ikut duduk dengan selimut melilit tubuhnya yang polos."Karena aku ingin menebus rasa sakit hatiku."Vina menatap Alex bingung."Tapi kenapa Alana? Dia kan adik kamu sendiri, dan lagipula dia modelku, Lex. Jika namanya jatuh, maka penghasilanku sebagai managernya pun berkurang.""Aku yang akan memenuhi kebutuhanmu. Bukankah sudah ku bilang, jika kamu bersedia melakukan apa yang aku mau, maka aku menjadi milikmu," rayu Alex."Tapiii … a-aku …." Vina menatap Alex ragu."Apa semua uca

  • Cinta Sang Pewaris   Rayuan Alex

    "Kenapa kamu tidak meninggalkan saya?" Alana dengan matanya yang sembab menatap Almira.Almira pun tersenyum simpul. Disodorkannya segelas coklat hangat kepada Alana. Minuman yang selalu menjadi andalan saat dirinya sedih."Apa kamu sedang mencoba menarik perhatianku?"Almira menarik nafas pelan."Nona, minum dulu. Coklat bisa menenangkan hati. Atau, itu yang saya rasakan."Alana menurut dan menyeruput minuman berwarna pekat tersebut. Hangat, membuat hatinya ikut menghangat."Jadi kenapa? apa alasan kamu tetap berdiri dan menemaniku?""Apa harus selalu ada alasan Nona? apa jika saya katakan saya hanya mengikuti nuraninsaya Nona akan percaya? semua manusia pasti punya salah Nyonya. Tetapi bukan berarti kita bisa melihat seseorang dari kesalahannya.""Apa kamu sedang bersikap sok suci?" Alana memandang Almira dengan tatapan menilai. Mencari apa yang tersembunyi dari sorot mata pelayan itu.Almira mengulas senyum yang mened

  • Cinta Sang Pewaris   Tersudutkan

    "Kakakkkk!" Alana berseru saat Alex muncul dari arah depan.Alex berjalan masuk menyusul Vina di belakangnya. Membuat Alana merasa kesal. Bisa-bisanya mereka bersenang-senang dan meninggalkannya?"Kak, Vin, tolong jelasin ke semua bahwa ini tidak seperti yang ada di berita. Itu fitnah! Kakak tahukan Alana baru semalam bertemu Pak Riko? dan itupun dikenalin sama kakak!"Alana berganti menatap ke arah Vina penuh harap."Vin, jelasin! Lo yang jadi asisten gue, Lo tau gue seperti apa. Jelasin semalam itu bukan kesengajaan! Gue dijebak kan Vin?"Vina nampak salah tingkah. Bahkan mengalihkan pandangannya saat Alana menatap penuh harap padanya."Maaf, Al. Gue nggak tahu. Kan gue nggak du

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status