“Arghhhh!”
Sudah berkali-kali Faris berteriak frustasi di kamarnya. Ia benar-benar tidak rela jika diperlakukan seperti ini oleh Valerie. Namun ia menyadari sesuatu bahwa Valerie yang sekarang bukan lagi Valerie yang dulu ketika ia tinggalkan. Valerie yang dulu adalah Valerie yang penurut dan akan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Faris, karena Valerie tahu betapa Faris mencintainya, dan ia yakin apapun yang Faris ingin Valerie lakukan, itu semua untuk kebaikan hubungan mereka.“Gue mesti gimana biar Valerie enggak masuk ke pelukan laki-laki lain? Arghhh!” Cinta Faris kepada Valerie benar-benar membutakannya. Faris benar-benar tidak bisa jika hidup tanpa Valerie, terasa ada yang hilang dari dalam dirinya. Faris bukan tidak pernah mencoba menjalin hubungan dengan perempuan lain selain Valerie, namun tidak ada yang pernah bisa membuatnya menjadi dirinya apa adanya.Pasca perceraiannya dengan Rania, Faris pulan“Iya loh bener, kata temen-temen gue yang pernah jalanin toxic relationship tuh lepasnya susah banget. Lebih susah daripada yang emang hubungannya sehat dan bikin bahagia, kenapa kayak gitu ya?” Intan malah balik bertanya kepada Valerie.“Apa karena ngebales orang jahat itu enggak gampang ya Tan? Asli menurut gue toxic relationship tuh hal paling jahat. Karena sama orang yang harusnya paling tau lo, paling kenal lo aja lo dijahatin, trus mau lari kemana, udah enggak ada tempat,” ujar Valerie.“Bener tuh,” kata Intan.“Tapi kayaknya mereka enggak bisa keluar bukan karena bales orang jahat itu susah, tapi karena biasanya toxic relationship itu pihak laki-lakinya mendominasi gitu. Jadinya pihak perempuannya kayak enggak punya power.”“Hmm bener juga sih, waktu gue sama Faris kan…Kring…“Sory Tan, bentar,” obrolan mereka terputus oleh bunyi dering telp di ruangan Valerie.
“Jadi lo, yang bikin Valerie enggak mau maafin gue? Siapa sih lo?!” teriak Faris kepada Risko. Faris yang daritadi menunggu Valerie pulang dari kantor sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Ketika melihat Valerie pulang dengan seorang laki-laki, emosi Faris langsung meledak-ledak.Risko bangkit, namun belum sempat ia berdiri, sudah di hajar lagi oleh bogem mentah oleh Faris. Lagi-lagi Risko jatuh tersungkur. Kali ini hidungnya menjadi sasaran empuk dari tonjokan Faris. Darah segar menetes dari hidungnya.Risko menyeka hidungnya, rasa nyeri begitu menusuknya.“Bangun lo! Lawan gue kalo lo laki-laki!”Diteriaki seperti itu, bukannya bangun, Risko malah duduk santai. Ia tahu, meladeni orang yang sedang emosi tidak akan ada untungnya. Kesal karena tidak di gubris, Faris menarik kerah baju Risko dengan paksa.Ia kembali menonjok Risko tanpa ragu, kembali hidung Risko menjadi sasaran.Krek.Sepertinya Risko merasakan ada tulang yang remuk dalam hidungnya, begit
“Emang kamu maunya kita apa?” tanya Valerie.“Teman hidup,” jawab Risko.“Apaan si, enggak usah alay, hahahaa,” seketika Valerie malah tertawa ngakak melihat muka Risko yang sedang serius.“Ah kamu mah ngerusak momen,” ujar Risko.“Sumpah Risko, alay.”“Alay ya? Hahahaha.”“Iya alay hahahhaa.”“Tapi aku serius Val, aku enggak usahlah punya status pacar kamu apa gimana. Yang aku mau Cuma aku habisin sisa umur aku bareng sama kamu, bisa ngeliat kamu setiap hari, bisa dimasakin kamu setiap hari. That’s all i need,” ujar Risko.Valerie lagi-lagi hanya tersenyum menanggapinya. Ia tahu, Risko sebenarnya ingin memiliki status hubungan yang lebih dari mereka yang sekarang, namun Risko juga tidak pernah mau memaksa Valerie agar Valerie tetap merasa nyaman.“Kamu istirahat ya, aku mau ngopi dulu di bawah,” ujar Valerie.“Iyaa
“Val, kata kak Roni, Papa udah sadar dan udah pindah ke ruang perawatan.”Risko dan Valerie sedang siap-siap untuk pulang dari rumah sakit. Niatnya Valerie ingin langsung pergi ke kantor, tapi ternyata urusan administrasi tidak bisa diselesaikan pagi-pagi sekali. Untungnya laptop selalu ada di mobil dan membuat Valerie bisa mengerjakan pekerjaannya sambil ia menunggu selesai urusan administasi.“Oh iya Risko. Kemarin Faris chat aku katanya dia minta maaf sama kamu,” ujar Valerie.“Oh iya? Disa bisa minta maaf juga?” tanya Risko sambil terkekeh.“Hahhaa aku juga bingung. Risko, sekali lagi maafin aku ya,” ujar Valerie.Risko menatap Valerie dengan intens. Menjelajah ke matanya, mata yang memancarkan kesedihan yang amat dalam. Risko ingin mata itu berbinar lagi. Ia ingin mata itu memancarkan kebahagiaan seperti waktu ia memasak.“Valerie, enggak ada yang perlu dimaafin karena kamu emang enggak sa
Anita tidak tahu akan dibawa kemana oleh Faris. Mereka sudah berada di jalan sekitar 10 menit dan belum ada tanda-tanda kalau mereka mau sampai. Anita berasumsi kalau mereka masih lumayan jauh.“Anita, kamu suka lagu apa?” tanya Faris memecah keheningan. Sedari tadi tidak ada yang bicara sama sekali. Anita benar-benar bingung harus bersikap bagaimana jika dirinya hanya berduaan dengan Faris nemun bukan dalam konteks pekerjaan.“Tipe lagu yang saya suka lagu-lagu local Pak. Kayak kerispatih, wali kayak gitu-gitu,” kata Intan.“Saya kira orang kayak kamu Sukanya avril, justin Bieber gitu gitu.”“Orang kayak saya gimana maksudnya Pak?” tanya Anita. Dia benar-benar takut salah bicara, karena sebelumya belum pernah sama sekali ia berbicara diluar hal pekerjaan dengan Faris.“Ya wanita metropolitan. Dengan kerja kantoran, gaji diatas rata-rata, kalo ngopi di tempat fancy, setiap minggu ke mall untuk “me t
Suara erangan panjang dari seorang wanita bernama Valerie, menjadi penutup malam ini, malam yang dihabiskannya bersama seorang teman dari masa lalunya yang tiba-tiba hadir, Juno.Valerie bangkit dari tempat tidur di sebuah kamar hotel yang disewanya bersama dengan Juno. Membuka pengaman yang digunakan Juno dan membuangnya ke tempat sampah. Valerie memakai baju handuknya dan duduk di pinggir tempat tidur.“Are you happy?” tanya Juno.“Yes I am,” ujar Valerie sambil tersenyum.“So, kenapa kamu gamau jadi pacar aku?” tanya Juno sambil mendekapnya dari belakang.“Aku benci komitmen, kamu tau itu dan aku udah kasih tau kamu ribuan bahkan jutaan kali, Juno. Kenapa sih kamu masih nanyaaaa aja terus,” ujar Valerie kesal. Mood nya drop karna Juno terus-terusan bertanya pertanyaan yang sama kepadanya.“Gini, sekarang aku tanya sama kamu. Apa sekarang kamu bahagia?” tanya Valerie.“Iya aku bahagia sekarang,” jawab Juno.“Apa yang bikin kamu bahagia sekarang ini?” tanya Valerie.“Aku punya pekerj
Valerie tiba-tiba teringat akan dirinya yang dulu hidup sendiri di rumah ini. Semua berawal karena ayahnya mendapatkan kerja di Inggris dan akan stay di sana untuk jangka waktu yang amat sangat lama, Mamanya ikut dengan Ayah. Mereka menawarkan Val untuk ikut, namun Val tidak mau. Ia ingin kuliah dan bekerja di Indonesia, jadilah sejak itu Val hidup sendiri di Indonesia. Valerie tersenyum, mengingat semua perjuangannya di awal ia tinggal sendiri. Ia memang memiliki uang lebih jika ia ingin makan beli dan mencuci di laundry, namun ia tidak ingin menjadi anak yang selalu mengandalkan orang lain. Valerie muda mulai belajar masak, belajar mencuci baju dengan mesin, dengan bantuan internet, ia mempelajari semuanya sendiri. Kecuali memasang gas. Sampai detik ini, Valerie tidak bisa memasang gas dan selalu meminta bantuan satpam komplek rumahnya. Oleh karena itu, Valerie lebih suka mengkonsumsi makanan yang tidak memerlukan dimasak, misalnya roti atau buah, atau sayuran mentah. Orangtua ny
Sampai di kantor, Valerie langsung menuju ruangannya. Ia masuk ke dalam ruangan dan mengganti sepatu high heelsnya dengan sendal jepit lagi. Tanpa basa-basi, Valerie langsung duduk dan membuka laptopnya.Intan masuk ke dalam ruangan untuk memberikan beberapa dokumen yang harus ia tandatangani. Beberapa perjanjian kerjasama dengan klien-klien baru. Dan repeat order dari klien yang sudah menjadi langganannya menjadi pemandangan setiap hari yang Valerie lihat.Meeting sana sini, menjelaskan produk kesana kemari, menandatangani perjanjian kerjasama menjadi tugas utama Valerie. Untung ada Intan, sahabatnya yang sekarang menjadi sekertaris sekaligus asisten pribadinya. Ketika pertama Valerie naik ke jabatan ini, posisi sekertaris diisi oleh orang kantor, tapi ia mereasa tidak cocok dan meminta direktur untuk menggantinya.Pada waktu itu, Intan sedang tidak bekerja, karna Valerie tau Intan orangnya seperti apa, ia mengajukan Intan untuk menjadi sekertarisnya, dan akhirnya sampai sekarang sud