Share

Dibuang

Tubuh Aghata memucat, semua orang sudah kecewa kepadanya, termasuk papanya. Aghata tidak tahu lagi harus menjelaskan seperti apa karena semua orang sudah tidak percaya lagi padanya. Mereka lebih percaya dengan dustaan Roses.

Aghata turun dari tempat tidur, memakai bajunya yang berserakan. Lama-lama di kamar ini membuatnya frustrasi, apalagi kenangan tadi malam terus menghantuinya.

“Siapa pria yang bersamaku semalam?” gumam Aghata karena dia tidak ingat wajah pria yang sudah menggaulinya sampai sekujur tubuhnya terasa remuk.

Aghata semakin pucat di sana. “Bagaimana jika aku hamil? Ya Tuhan ... tolong kali ini saja bantu aku agar aku tidak hamil. Aku tidak mau anakku lahir tanpa status yang tidak jelas,” gumam Aghata khawatir.

Aghata melangkah keluar, dia berharap kalau semua ini masih mimpi buruk. Berulang kali ini menampar pipinya agar tersadar dari mimpi buruk ini, tetapi hanya sia-sia saja. Malahan pipinya semakin merah.

“Lihatlah gadis itu, sepertinya sudah gila ....”

“Iya, kasihan, ya. Mana masih muda lagi ....”

“Padahal cantik loh, kok stress?”

Kira-kira seperti itulah bisik-bisik para ibu-ibu yang melihat Aghata karena sedari tadi menampar dirinya. Jadi orang-orang mengira kalau dia sudah gila. Aghata mendengar, tapi dia abaikan.

***

Aghata sudah sampai di depan rumah mereka yang cukup megah dengan taksi. Namun, yang dia lihat pagar dikunci dan beberapa koper yang isinya barang-barang Aghata sudah di luar, yang artinya papanya benar-benar sudah mengusirnya.

“Pak! Pak satpam tolong buka pintunya!” teriak Aghata dari luar sambil menggedor-gedor pagar.

Satpam membuka pagar. “Maafkan saya Nona, tapi Tuan dan Nyonya melarang saya membiarkan Nona Aghata masuk ....”

“Pak, tolong biarkan saya masuk. Saya ingin bertemu dengan papa.” Aghata memohon sambil menangis. 

“Biarkan saja dia menangis di sana, Pak! Anak tidak tau malu itu tidak boleh masuk ke dalam rumah!” Pak Lee keluar dari rumah, lalu melangkah mendekat ke arah satpam dan Aghata.

“Papa ... Aghata mohon, nanti Aghata tidur di mana? Harus dengan apalagi Aghata menjelaskannya kalau Aghata dijebak.” Aghata mendekati papanya.

“Berhenti mengulangi kata itu! Saya sudah tidak percaya lagi kepadamu! Saya sangat kecewa, tidak menyangka kalau selama ini saya sudah melihara jalang yang tidak ada harga dirinya! Terhitung dari detik ini, Anda bukan lagi keluarga Hernandes! Anda sudah merusak nama baik! Dan hari ini juga, saya mengharamkan Anda masuk ke rumah ini! Pergi dari sini! Saya sangat jijik dengan Anda! Saya sudah tidak peduli lagi pada Anda!”

Pak Lee mendorong Aghata sampai tersungkur. Perkataan dari Pak Lee mampu membuat dunia Aghata hancur bagaikan debu yang ditiup angin. Rasanya hati Aghata seperti disayat oleh belati yang sangat tajam sehingga menyisakan rasa yang sangat perih. Lelehan air mata kembali lolos. Dia menatap kecewa ke arah papanya yang menjulang tinggi di depannya.

“Papa, jangan seperti itu. Kasihan Kak Aghata.”

Roses berlari ke Arah papanya, sambil menggandeng sang Papa.

“Pa, Roses tau kalau Papa kecewa. Tapi tidak baik memperlakukan Kak Aghata seperti ini.” 

Gadis iblis itu memulai dramanya lagi. Aghata beralih menatap Roses.

Plak!

Kesabaran Aghata sudah habis sehingga tangannya menampar Roses sampai gadis itu menoleh ke samping.

'Aghata, sialan! Awas aja kamu!' teriak Roses di dalam hatinya. Pipinya terasa sangat panas.

“Berhenti membuat drama, Roses! Bukankah ini yang kau inginkan? Kau berhasil menghancurkanku, Roses!” teriak Aghata dengan napas yang memburu.

“Aghata!”

Plak!

“Berani-beraninya kamu menampar putri saya! Pergi dari sini sebelum kesabaran saya habis!” 

Pak Lee kembali menampar Aghata. Gadis itu memegang pipinya, semakin menatap kecewa ke arah papanya. Pak Lee menarik paksa Aghata, lalu mendorong gadis itu keluar dari pagar sehingga Aghata jatuh.

“Jika suatu saat nanti kebenaran itu sudah terungkap, Aghata harap Papa tidak melupakan kejadian ini. Aghata harap Papa tidak lupa saat Papa membuangku seperti sampah! Aku harap Papa tidak menyesali semua ini! Karena yang namanya bangkai pasti akan tercium, cepat atau lambat!" 

“Kebenaran kalau kau sering gonta-ganti pria?”

Aghata tidak menjawab lagi, dia langsung berdiri. Membawa semua barang-barangnya yang sudah di susun di dalam koper. Pergi dari sini lebih baik dari pada mendengarkan hinaan papanya. 

Roses yang melihat semua itu sangat kegirangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status