Share

Firasat

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2025-04-29 10:38:41

“Apa yang kamu lakukan Mas? Kenapa kamu keluar dari kamar Arni?” Nafas Nana memburu. Wajah Nana memerah karena marah dan cemas. Semua pikiran buruk menghantui kepalanya.

Nana berusaha berpikir positif, tapi tidak bisa. Di tengah keremangan malam, dia tidak bisa memperhatikan bagaimana kondisi Roni sekarang. Apakah dia memakai baju lengkap? Apakah Roni kelelahan dan lain-lain? Dia ingin memastikan kalau pikiran buruknya tidak terbukti. Nana merasa jantungnya berdebar-debar saat berusaha memastikan keadaan Roni

“Kamu salah paham Na.” Roni menekan saklar.

Terangnya lampu membuat Nana bisa melihat semuanya dengan jelas. Roni berpakaian lengkap. Wajah pria itu terlihat khawatir. Ia mendekati sang istri lalu memegang tangan Nana erat. Nana merasa sedikit lega saat melihat Roni berpakaian lengkap

“Jawab aku. Kenapa kamu keluar dari kamar Arni tengah malam seperti ini?” Suara Nana bergetar. Matanya berkaca-kaca. Siap menumpahkan air mata.

“Saat aku keluar cari minum di atas, aku dengar Arni memanggil kita. Perutnya sakit karena dia baru datang bulan. Jadi aku belikan obat di apotek dua puluh empat jam. Baru saja aku memberi Arni obat lalu keluar kamar. Kamu malah curiga padaku,” ucap Roni meyakinkan.

“Kamu serius?” tanya Nana. Matanya menatap tajam sang suami. Mencari kebohongan disana.

“Tentu saja aku serius. Kamu bisa lihat kondisi Arni sekarang. Aku tidak tahu apa dia sudah tertidur atau belum.” Roni menunjuk kamar Arni. Tidak ada kebohongan yang terpancar dari wajahnya. Roni menjelaskan dengan sabar dan peduli

“Tolong jangan curiga padaku Na. Apalagi menuduhku selingkuh dengan adik ipar. Walaupun Arni adalah adik tirimu. Kamu tahu sendiri aku paling takut dengan murkamu dan kemarahan Mama.” Roni memohon.

“Baiklah. Aku percaya padamu. Naiklah ke lantai dua dulu. Aku mau memeriksa kondisi Arni.” Nana melepas pegangannya.

Entah kenapa dia tidak percaya pada Roni. Padahal selama ini dia selalu percaya apapun yang Roni katakan. Perasaannya tidak nyaman. Seperti ada yang salah, tapi Nana tidak tahu apa yang terjadi. Nana merasa seperti ada yang menghantui pikirannya

“Ya sudah aku naik dulu. Kalau Arni belum sembuh panggil aku, kita bisa pergi ke IGD sekarang.”

“Iya Mas.”

Nana memandang kepergian Roni. Dia memastikan sang suami masuk ke kamar mereka. Pintu kamar yang terlihat dari bawah tangga membuat Nana bisa memastikan kalau suaminya memang sudah masuk ke kamar mereka.

Ia melangkah ke kamar adik tirinya. Mengetuk pintu tiga kali. “Kamu sudah tidur Ar?” tanya Nana.

Tidak ada jawaban dari dalam. Nana memutar gagang pintu. Terbuka. Saat masuk ke kamar Arni, adiknya berbaring memunggungi pintu. Nana melihat plastik dengan logo apotek dua puluh empat jam di nakas samping tempat tidur. Dia menempelkan tangannya di kening Arni. Tidak panas.

Nana memeriksa plastik berisi obat nyeri haid. Sayangnya dia masih curiga dengan Roni dan Arni. Ia mengambil salah satu obat. Memeriksa tanggal kadaluarsa. Matanya membulat saat melihat tanggal kadaluarsa desember 2024. Tangannya bergetar. Nana menggigit bibirnya untuk menahan amarahnya. Siap meledak jika dia tidak teringat dengan reaksi Roni tadi.

Dengan tangan gemetar, Nana meletakan obat itu di tempatnya lagi. Dia memperhatikan punggung Arni yang naik turun. Matanya nyalang memeriksa sekitar. Biasanya jika Arni datang bulan, dia meletakan pemba*** di nakas. Arni bukan tipe orang yang rapi.

Kamarnya cukup berantakan. Jika sedang niat, Arni akan merapikan kamarnya agar bersih. Namun Nana tidak melihat keberadaan benda itu. Dia ingin memeriksa laci nakas, meja rias hingga lemari. Sayangnya Nana harus menahan keinginannya karena tidak ingin Arni curiga.

Perlahan dia keluar dari kamar Arni. Langkahnya goyah menuju dapur. Nana membekap mulut agar isak tangisnya tidak keluar. Air matanya mengalir deras. Rasa curiganya semakin besar. Nana takut jika Roni main api dengan Arni.

Sekuat tenaga menghentikan tangis, akhirnya Nana bangkit. Dia tidak mau membuat Roni curiga. Nana membasuh wajahnya di kamar mandi. Ia merasa sedikit lebih tenang setelah membasuh wajahnya lalu naik ke lantai dua. Saat masuk kamar, Roni sudah terlelap tidur. Dengkurannya nyaring seiring dengan dadanya yang naik turun.

Wanita itu membuka laci nakas. Hendak mengambil obat karena kepalanya mendadak pusing. Namun dia justru menemukan obat tidur yang hampir habis. Setahu Nana, Roni tidak pernah mengkonsumsi obat itu. Ia berbalik hendak membangunkan Roni. Ingin bertanya apakah obat itu milik suaminya. Namun urung ia lakukan. Roni pasti akan mengelak.

“Lebih baik aku cari tahu sendiri,” gumam Nana.

Ia meremas bajunya untuk meredakan ketegangan. Menghela nafas berulang kali hingga tenang lalu meraih ponsel. Mengirim pesan pada kakak kandungnya yang punya toko kamera CCTV dan bisa meminta pegawainya memasang kamera tersembunyi di rumah ini.

[Mbak. Besok tolong minta pegawaimu pasang kamera CCTV kecil di rumahku ya. Aku mau kamera CCTV yang bentuknya seperti bohlam lampu. Kameranya akan dipasang di seluruh penjuru rumah.]

Nana memandang suaminya. Menaiki tempat tidur lalu melambaikan tangan di depan wajah Roni. Setelah memastikan jika Roni tidur, Nana turun. Memeriksa setiap laci dan lemari untuk mencari barang bukti. Tidak ada yang mencurigakan. Bahkan ia juga memeriksa hp Roni. Semua chat dan telepon tidak ada yang dihapus.

Karena kakaknya adalah mantan programmer, Nana tahu cara membajak aplikasi pesan. Melihat pesan apa saja yang dihapus dalam riwayat dan trik kecil lainnya. Namun setelah memeriksa hp Roni, tidak ada yang mencurigakan.

Barang terakhir yang belum ia periksa adalah keranjang cucian. Hanya ada baju kerja Roni selama dinas. Jika dipikir lagi saat Roni pergi, Arni juga pergi keluar kota dengan alasan mengunjungi desa tempat KKN bersama teman-teman sekelompoknya. Arni pulang sehari sebelum Roni dengan wajah bahagia.

Ia membuka keranjang cucian itu. Nana merasa jantungnya berdebar-debar saat memeriksa keranjang cucian. Memeriksa satu per satu baju Roni. Mengendus kemeja dan kaos kotor. Nana mencium bau parfum yang tidak biasa pada kemeja Roni. Ia hafal bau sang suami. Termasuk parfum yang disukai Roni dan bagaimana baunya menempel lalu bercampur dengan keringat pria itu.

“Parfum wanita,” gumam Nana.

Hampir semua pakaian yang ia keluarkan punya aroma sama. Parfum wanita dengan bau yang familiar. Detak jantungnya kembali bertalu cepat. Nana yakin ini aroma parfum Arni. Sejak remaja, Arni menyukai parfum mahal yang bisa membuat wanginya menempel seharian.

“Tidak salah lagi.” Nana memasukan semua baju kotor Roni dalam keranjang cucian.

Dia masuk ke kamar mandi. Menyalakan keran wastafel lalu menangis sesenggukan. Hatinya sangat hancur. Pecah berkeping-keping.

“Aku berjanji. Ini terakhir kalinya aku menangisimu Mas. Jika aku menemukan bukti valid kamu berselingkuh dengan Arni atau wanita lain, tunggu pembalasanku.”

***

Pagi hari berjalan seperti biasa. Nana sudah memakai sedikit mekap untuk menyamarkan matanya yang bengkak karena menangis semalaman. Kakaknya juga sudah mengirim pesan kalau akan mengirim pegawainya jam sembilan pagi. Meskipun kakaknya sempat bertanya kenapa ia memesan kamera CCTV, Nana memendam kecurigaannya sendiri.

[Akan aku ceritakan saat waktunya sudah tepat. Tolong jangan beri tahu Ayah, Mbak.]

“Selamat pagi,” sapa Arni saat masuk ke ruang makan.

Adik tirinya duduk disamping kiri Roni yang sudah siap dengan pakaian kerjanya. Nana merasa seperti ada yang menusuk hatinya saat melihat Arni dan Roni bersama. Si sulung bernama Arka duduk disamping kanan Arni. Menyapa tantenya dengan senyum ceria. Nana berusaha mengatur ekspresinya. Dia membalas senyum Arni. Nana memaksakan senyumnya untuk tidak memperlihatkan kecurigaannya.

“Pagi. Hari ini kamu di kampus sampai malam Ar?” tanya Nana. Dia menata semua makanan yang sudah matang ke meja makan yang bundar.

Arni membantu menata piring. Mengisi setiap gelas dengan air. Termasuk gelas milik Roni. Dulu Nana menganggap sikap Arni wajar untuk membantunya. Namun sekarang dia baru menyadari kalau Arni dan Roni bertatapan penuh arti. Nana merasa seperti ada yang menusuk hatinya saat melihat tatapan Arni dan Roni. Ia merasa kesal dan tidak percaya saat melihat tatapan mereka.

“Ehem.” Deheman Nana membuat suami dan adik tirinya membuang pandang.

“Iya Mbak. Aku mau mengerjakan skripsi di perpustakaan. Ada skripsi senior yang ingin aku pinjam.”

“Oh begitu.” Nana mengangguk. Dia tahu kalau skripsi senior yang dikumpulkan di perpustakaan tidak boleh dibawa pulang.

Sejak mengerjakan skripsi, Arni kerap memakai alasan itu jika ia pulang malam. Tiba-tiba ia ingat Roni selalu lembur di saat yang bersamaan dengan Arni.

“Ya sudah kami berangkat dulu sayang.” Roni bangkit. Mengecup kening Nana yang duduk disampingnya.

Maher dan Arni menyalami tangannya. Dengan langkah perlahan Nana mengikuti di belakang. Baru ia sadari kalau mereka terlihat seperti keluarga kecil. Roni dan Arni menggandeng tangan Maher. Bercanda layaknya keluarga kecil. Roni dan Arni tidak menyadari kehadirannya.

Ia memperhatikan dari balik pintu garasi, Roni membukakan pintu untuk Maher yang duduk di belakang. Setelah itu membukakan pintu depan untuk Arni. Pria itu mengecup bibir Arni cepat. Nana merasa seperti hatinya hancur saat melihat Roni mengecup bibir Arni.

Pandangan Roni beralih pada Maher yang duduk di belakang. “Maher janji rahasiakan ini dari Mama ya.”

“Oke Yah.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Target

    Tubuh Arni seketika tegak membaca pesan itu. Dia menggigit jarinya panik. Satu hal yang Arni sadari sekarang kalau dia tidak bisa memanfaatkan konglomerat itu lagi. Denting pintu lift yang terbuka di lobby menyandarkan Arni dari pikirannya. Wanita itu segera keluar dari lift. Berjalan melewati beberapa polisi yang berjaga di pintu depan. Seperti yang Mita katakan tadi.“Aku harus segera memesan taksi online,” gumam Arni begitu ia sudah tiba di teras.Setelah mendapat taksi online pesanannya, Arni juga memesan jasa pindahan sekarang juga. Itu adalah rumah Danu. Sudah pasti akan diperiksa. Arni tidak ingin terlibat dulu dengan Danu yang bisa membuatnya ikut terseret dalam masalah ini.Arni masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini dia memesan hotel yang akan di tempati selama tiga hari ke depan kemudian mencari rumah kontrakan yang bisa dihuni secepatnya. Dia menyimpan beberapa alamat sekaligus.Suara klakson mobil yang berbunyi membuat Arni memasukan ponselnya. Dia segera masuk ke mobil.

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Tamu Danu dan Arni

    Arni melangkahkan kakinya dengan percaya diri masuk ke perusahaan. Derap langkahnya cepat. Menyusuri lorong menuju lift lalu segera masuk tepat setelah pintu lift terbuka. Hanya ada dua orang karyawan yang masuk bersamanya. Salah satu dari mereka menekan nomor lantai yang ditempati divisi marketing. Sedangkan Arni menekan nomor lantai ruang manajer yang berada tepat di bawah nomor lantai yang ditempati CEO.Dua karyawan di belakang Arni berbincang santai tentang pekerjaan. Sedangkan Arni mengetuk kaki kirinya berulang kali. Tidak sabar ingin segera sampai di ruangan Danu. Ia menaikan tas ke bahunya. Selain ponsel dan dompet, Arni juga memasukan surat dan foto-foto yang dikirim Nana.“Eh kamu tahu nggak kalau gossip Pak Danu selingkuh,” kata salah satu karyawan yang terdengar nyaring dan cempreng.“Iya. Padahal Pak Danu terdengar sangat setia. Ternyata dia bisa selingkuh juga, tapi kabar kalau petinggi perusahaan selingkuh itu sudah biasa di kalangan pekerja seperti kita. Aku justru me

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Rumah Sania

    “Kamu serius?” tanya Nana tidak percaya. Menatap Andra dengan getar ketakutan yang terasa kuat sekali.“Iya,” jawab Andra sambil mengangguk.“Apa para preman itu sudah tahu kalau Sania membantuku?” Nana meremas tangannya khawatir. Dia tahu ada sepuluh pengawal dan dua satpam dalam rumah Sania. Namun tetap saja Nana tidak bisa menyingkirkan rasa khawatirnya.‘Bagaimana jika mereka membawa senjata tajam atau senjata api?’ Batin Nana bergejolak.“Alasannya bukan karena kamu Na,” balas Andra tenang. Pria itu memberikan segelas air mineral yang selalu tersaji di meja ruang tamu pada Nana.Nana menerimanya. Meminum air mineral hingga tandas. Menurunkan rasa gugupnya yang mulai menguar.“Hah? Aku tidak mengerti? Bukannya kalau para preman itu mengepung rumah Sania, itu karena Sania membantuku ya?” tanya Nana heran.“Sepertinya para preman itu belum tahu keterlibatan Sania karena tidak menemukan bukti apapun saat kau menyusup masuk ke rumah sahabatmu lewat jalan belakang. Alasan rumah Sania d

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Kabar Buruk

    Andra duduk di ruang tamu minimalis rumah kontrakan itu. Bu Ningsih duduk di sampingnya dengan mata berbinar. Memandang Andra kagum. Sebagai orang yang dulu pernah menjalankan perusahaan bersama mantan suaminya, Bu Ningsih tentu tahu siapa sosok Andra yang kini datang untuk menemui anak bungsunya.Seorang pengusaha muda yang menduduki jabatan CEO. Bu Ningsih sudah mendengar kabar kalau Andra fokus menjalankan perusahaan yang ada di Yogyakarta. Untuk sementara waktu perusahaan di Jakarta dipegang oleh adiknya.Wanita paruh baya itu tahu kalau dulu Roni bekerja di perusahaan Andra. Kemudian Roni terjerat kasus korupsi saat Nana mengajukan gugatan cerai. Itu juga terjadi karena Andra yang melaporkan Roni dan beberapa karyawan lain atas dugaan kasus korupsi.Entah bagaimana prosesnya hingga Andra bisa mengenal Nana. Namun Bu Ningsih sangat senang andai bisa menjodohkan mereka. Ia akan punya menantu kedua CEO dan menantu pertama dokter spesialis. Betapa beruntungnya hidup Bu Ningsih. Semua

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Dipaksa Rujuk

    “Hah. Kenapa aku harus menemui Mas Roni lagi? Bukankah sudah jelas kalau aku tidak ingin bertemu dengannya jika bukan karena urusan anak-anak?” tanya Nana kesal.Di depannya duduk Bu Ningsih yang sedang memangku Dinda. Menonton TV bersama anak-anak di rumah kontrakan Bu Ningsih yang minimalis. Dindingnya bercat abu-abu. Ada gerobak untuk warung kecil Bu Ningsih dihalaman depan. Selama ini gerobak itu mampu membuat Bu Ningsih memiliki uang jajan sendiri selain uang kiriman dari anak-anaknya.Walaupun bentuk rumah ini minimalis dengan ruang tamu dan dua kamar tidur serta dapur dan kamar mandi kecil di bagian belakang, tapi semua perabotan yang ada dalam rumah ini tergolong cukup mahal. Suami Tari, Deni, memberikan banyak barang bagus untuk mertuanya. Hubungan mereka juga sudah membaik sejak Bu Ningsih berpisah dari Pak Indra.Setelah berhasil menangkap beberapa preman yang mengintai kemudian menerobos rumahnya, detektif memastikan jika sisa pelaku aman dalam pengawasan mereka. Detektif

  • Cinta Segitiga Dalam Keluarga Tiri   Paket

    Suasana pagi di rumah Arni masih temaram karena belum ada orang yang bangun. Pak Indra dan Arni masih terlelap di kamar mereka masing-masing. Walaupun jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Pak Indra yang semalam begadang untuk menonton pertandingan sepak bola. Sedangkan Arni yang baru pulang jam enam pagi setelah melayani klien yang sudah lama tidak ia temui.Klien itu adalah klien pertama setelah kontraknya selama sebulan dengan Pak Lucky selesai. Pak Lucky tidak masalah dengan Arni yang berhubungan dengan pria lain. Terutama karena klien kedua Arni punya jabatan dam kedudukan yang lebih tinggi. Setelah itu, Arni hanya mendapat pelanggan receh. Susah sekali mencari klien yang berasal dari kalangan konglomerat.“Permisi. Apakah ada orang di dalam?” Seorang pria yang memakai jaket hitam mengetuk rumah Arni tiga kali. Memanggil pemilik rumah yang masih terlelap.“Tolong buka pintunya.” Pria itu bicara lagi. Terus mengetuk pintu dengan jeda tertentu.Di kamarnya, Arni menggeli

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status