Pagi sekali Miona keluar dari kamarnya. Dia sudah memakai pakaian setelan resepsionis dari managernya. Dia tampak semangat sekali untuk berangkat kerja. Dia melihat ibunya sedang sibuk memasak untuk sarapan. Adik lelakinya belum bangun. Masih di kamarnya.
"Prakas belum bangun?" tanya Miona mengagetkan ibunya yang sedang sibuk memasak.
Maryam tidak menjawab pertanyaan gadis itu malah terheran-heran melihat Miona sudah memakai pakaian resepsionisnya. Miona berbalik heran dengan sikap ibunya.
"Kenapa, Bu?"
"Emang hari Sabtu nggak libur?" tanya Maryam dengan bingung.
Miona terkaget-kaget mendengarnya. "Ini hari Sabtu?"
"Iya, Miona!" ucap Ibunya geleng-geleng.
Tak berapa lama terdengar suara tawa di pintu antara ruang keluarga dan dapur. Miona langsung menoleh ke sumber suara. Dia langsung memonyongkan bibirnya saat mendapati Prakas tengah menertawainya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Semangat amat, Non," ledek Prak
Mobil itu tiba di pekarangan Villa yang besar dan mewah. Di bawah sana terhampar pemandangan perbukitan dan dataran luas yang tampak berkabut. Prakas turun dari mobil dengan perasan tenang dan bahagia, disusul oleh Miona, Maryam dan Riga. Baru ini dia bisa menikmati perjalanan dengan tenang. Mungkin karena dia merasa nyaman berada bersama Ibu Maryam, Miona dan Riga.Prakas mendekat pada Riga dan merangkulnya."Kamu bebas di sini, nanti kalo mau jalan-jalan, bilang aja ke kakak," ucap Prakas pada Riga seolah bicara pada adiknya sendiri.Remaja itu tampak senang sekali melihat sikap Riga yang menurutnya sangat baik. "Iya, Kak, makasih," ucap Riga. Dia baru ini mencoba menginap di sebuah Villa yang semewah itu. Sebuah kesempatan yang jarang terjadi dalam hidupnya.Bukan hanya Riga yang takjub, tapi juga Miona dan Maryam. Prakas langsung mengajak semua masuk ke dalam. Seorang Bapak-bapak dan ibu-ibu langsung menyambut kedatangan mereka. Mereka a
"Ngapain Lo di sini?" tanya Prakas tiba-tiba pada Miona yang masih berlabuh di dada lelaki itu.Miona langsung bangkit dan menunjukkan wajah betenya pada lelaki itu."Lo ngapin narik gue?" tanya Miona balik."Itu gerak refleks gue. Gue pasti kaget dan kebangun kalo ada orang ngeliatin gue tidur," jawab Prakas."Ya nggak mesti narik tubuh gue juga kali!" protes Miona."Lo ngapain di sini?" tanya Prakas sekali lagi sambil bangkit lalu duduk menatapnya."Gue nyelimutin lo. Harusnya lo makasih sama gue, kalo nggak lo bisa masuk angin dan masuk rumah sakit gara-gara demam," jawab Miona.Prakas tiba-tiba tertawa. Miona menatapnya heran."Ngapain ketawa? Emang lucu?" tanya gadis itu heran."Lo suka ya sama gue?" tanya Prakas yang masih menyunggingkan senyumnya."Ih! Amit-amit! Jangan kepedean ya! Nyesel gue udah berbuat baik sama Lo," ucap Miona yang langsung melangkah pergi dari sana menuju kamarnya. Saat
Miona sedang terbaring di atas kasurnya sambil berteleponan dengan sahabatnya Siska."Kayaknya gue udah mulai suka sama dia," aku Miona pada Siska di seberang sana."Hah?! Serius Lo?!" tanya Siska terdengar terhenyak di ujung sana."Gue luluh sama dia. Masa pas dia bilang kalo duit yang dibayarkan Prakas ke rentenir itu nggak usah diganti, langsung gue iyain aja?" ucap Miona tak percaya pada dirinya sendiri."Ya bagus dong! Kan dari kemaren-kemaren juga gue udah bilang begitu," sahut Siska."Iya sih," ucap Miona yang masih ragu dan bingung."Tunggu-tunggu! Bukannya Prakas pacarnya Bintang? Berarti nggak mungkin dong lo bisa ngejar cintanya dia? Lo bener dong kalo dia itu emang pemburu perawan?!" tanya Siska di seberang sana."Mereka itu cuma settingan aja," jawab Miona."Hah? Maksudnya?""Ya settingan doang demi kepentingan perusahaan," jelas Miona."Kok Prakas mau-mau aja?! Emang pacaran beneran kal
Prakas dan Bintang meninggalkan ruangan konferensi pers itu sambil bergandengan tangan. Wajah-wajah tercengang para karyawan yang menyaksikannya membuat Bintang tersenyum sumringah. Seolah dirinya adalah benar-benar perempuan yang dimiliki Prakas. Dia tak percaya lelaki itu telah mencium pipinya. Gadis itu yakin kalau pemilik perusahaan Prakas Gemilang itu benar-benar sudah jatuh hati dengannya.Namun saat mereka tiba di ruangannya yang dingin itu, Prakas langsung melepaskan gandengannya pada Bintang."Sekarang kamu boleh pulang," pinta Prakas.Bintang bingung akan sikapnya yang mendadak berubah dingin lagi."Emangnya aku nggak bisa lama-lama di sini?" tanya Bintang."Aku ini pemilik perusahaan. Banyak hal yang harus aku kerjakan," tegas Prakas."Arti ciuman tadi apa?" tanya Bintang penasaran."Sandiwara," jawab Prakas.Bintang mengernyit mendengar itu. "Yakin?" Dia memastikannya sekali lagi."Ya, karena ki
Prakas masuk ke kamarnya, dia kaget saat di dalam sana mendapati Doni dan Niko sedang bertanding memainkan game online di atas kasurnya. Dua lelaki itu kaget dan langsung bicara bersamaan."Surprise!"Prakas mengernyit lalu menghela napas melihat tingkah mereka."Suprise apaan sih? Seenaknya aja kalian main ngacak-ngacak kamar gue," kesal Prakas pada mereka."Tadi kita sengaja ke sini buat minta klarifikasi sama Lo," ucap Doni."Klarifikasi apaan?" tanya Prakas heran sambil melepas jas dan dasinya."Soal Bintang," ucap Niko."Apa lagi yang perlu gue klarifikasi? Kalian udah lihat semuanya kan?" jawab Prakas.Doni dan Nika terkejut bukan main."Jadi beneran lo diem-diem udah pacaran sama dia?" tanya Doni tak percaya.Prakas tertawa sambil melepas kemeja dan celana dasar yang dipakainya. Dua temannya itu langsung mengalihkan pandangan saat mendapati Prakas hanya memakai celana dalam saja."Sial!
Pagi itu Prakas menemani Bintang shooting iklan di sebuah gereja. Rutinitas baru yang tak pernah diinginkannya. Dia terpaksa ke sana agar media semakin yakin kalau dirinya adalah kekasih artis tenar itu. Dia duduk di halaman gereja bersama Bintang. Shooting belum dimulai. Beberapa saat kemudian seorang pemuda datang menghampiri Bintang."Shootingnya udah bisa dimulai, Mbak," ucapnya pada Bintang."Oke," jawab Bintang sambil tersenyum.Bintang pun menoleh pada Prakas."Aku shooting dulu ya sayang," ucap Bintang dengan manja pada lelaki itu. Dia sengaja bersikap begitu agar para artis yang ada di sana ikut yakin akan hubungan mereka."Iya," jawab Prakas.Sontak perempuan itu langsung mendaratkan pipinya ke pipi Prakas kemudian langsung masuk ke dalam gereja. Prakas menahan rasa gelinya sendiri. Para artis lain yang terlibat dalam shooting itu hanya dapat berbisik-bisik saja melihat kemesraan mereka. Usaha Bintang sudah berhasil.
Prakas masih termenung di dalam mobilnya. Dia buru-buru meraih handponenya. Saat nomor Miona hampir saja dihubunginya, dia buru-buru mengurungkannya. Dia merasa tak ada hak untuk menanyakannya. Sesaat dia berpikir, apakah Mahendra sudah kenal dekat dengan Miona? Tiba-tiba dia langsung melajukan mobilnya kembali. Dia ingin pergi ke rumah Miona untuk menemui Ibu Maryam. Dia ingin bertanya langsung pada Ibu Maryam.Saat dia tiba di rumah Miona. Ibu Maryam menyambutnya dengan hangat. Seperti seorang ibu pada anaknya saat anaknya pulang dari kerja."Kamu mau makan?" tawar Ibu Maryam padanya yang sudah duduk di sofa ruang keluarga itu."Aku masih kenyang, Bu," ucap Prakas."Kalo gitu ibu ambilin minum aja," tawar Ibu Maryam.Prakas mengangguk. Saat minuman dingin sudah tersaji di hadapan lelaki itu, mendadak dia bingung bagaimana untuk memulai menanyakan soal hubungan Miona dengan Mahendra."Kamu males pulang ke rumah lagi?" tanya Ma
Miona masuk ke dalam rumah dengan perasaan gembira. Ibu Maryam dan Riga menyambutnya dengan heran."Aku punya kabar bagus, Bu!" seru Miona saking bahagianya.Ibu Maryam dan Riga saling menatap dengan heran."Kabar bagus apa?" tanya Maryam penasaran."Paling udah dapet pacar," sela Riga."Beneran?" tanya Ibu Maryam senang.Miona melotot ke Riga."Bukan!"Maryam menghela napas mendengarnya. Riga semakin penasaran."Terus apa?" tanya Riga."Kakak bakal jadi bintang film besar!" jawab Miona dengan senangnya.Seketika Ibu Maryam dan Riga tertawa. Mereka tak percaya dengan ucapan Miona."Jangan mimpi deh, Kak," ledek Riga."Iya, Miona. Kalo mimpi jangan ketinggian," tawa Ibu Maryam.Gadis itu sebal melihat ibu dan adiknya bukannya senang malah menertawakan. Miona langsung mengeluarkan berkas dokumen yang tadi ditandatanganinya lalu menunjukkan ke mereka."Nih kalo nggak pad