Miona menunduk malu di hadapan perempuan tua itu. Dia memegangi pipinya yang sakit sehabis ditampar perempuan tua itu. Para tamu yang sedang menikmati makan malam di dalam restoran itu terpusat padanya. Heran.
"Kalo sampe kamu sebarin gosip yang nggak-nggak lagi ke orang-orang, saya bisa tuntut kamu!" teriak perempuan tua itu pada Miona.
Miona hanya terisak, malu. Tak lama kemudian seorang lelaki Muda, manager di restoran itu datang untuk menengahi mereka.
"Maaf, Bu, ada apa sebenarnya?" tanya manager itu dengan heran.
"Dia ini udah nyebarin gosip ke orang-orang tentang saya! Katanya sayalah yang menjadi penyebab ibunya terjerat hutang pada Rentenir! Padahal ibunya sendiri yang suka main judi! Saya nggak pernah ngajakin ibunya main judi! Saya malu!"
Ibu itu hendak menjambak rambut Miona yang menunduk pasrah. Tak lama kemudian Prakas tiba-tiba datang menghalangi aksi ibu-ibu itu untuk mencelakai Miona. Miona tercengang melihat Prakas t
Prakas melangkah ke ruang keluarga rumahnya yang begitu luas. Dia kaget saat melihat Adelia, anak Pak Hartono yang menjadi komisaris di perusahaannya sedang bercengkrama dengan mamahnya. Dia langsung melangkah menuju kamarnya, pura-pura tidak melihat."Prakas!"Prakas menghela napas mendengar suara panggilan dari mamahnya. Prakas menoleh pada Prameswari yang terlihat senang mendapati anak tertuanya pulang."Iya, Mah.""Sini! Ada Adelia nih!" ajak Mamahnya.Adelia tampak tersenyum malu pada Prakas. Lelaki itu terpaksa berjalan menuju mereka, berpura-pura tersenyum."Hai, Adelia. Gimana kabarnya?" tanya Prakas sambil duduk di sofa menghadapnya."Aku baik kok, kamu gimana?""Ya, gitulah," jawab Prakas tampak malas.Prameswari berdiri sambil menoleh ke Prakas, "Mamah tinggal bentar ya? Mama lupa tadi mau nelepon temen mamah, mau nanyain soal arisan!"Prakas lemas. Dia tahu mamahnya sengaja membiarkan mer
Prakas melangkah cuek melewati Miona yang terpaku menatapnya. Dia juga tak tahu harus bersikap bagaimana saat tak sengaja menemukan gadis pemilik rumah itu bersamaan datang ke sana. Gadis itu tampak tersinggung melihat lelaki itu seolah tidak mengetahui keberadaannya. Dia langsung buru-buru menghalangi langkah Prakas yang hendak mengetuk pintu. "Ngapain ke sini?" tanya Miona heran. "Urusan gue ke sini bukan soal lo!" jawab Prakas tegas. "Soal apa?" "Bukan bisnis buat lo juga, jadi gue nggak perlu ngasih tahu," jawab Prakas. "Lo ke rumah gue, itu artinya bakal berurusan juga sama gue. Kasus video viral kita juga belum reda, gue nggak mau kedatangan Lo ke sini jadi nambah bahan gosip buat tetangga," tegas Miona. "Tenang aja! Masalah itu nggak usah Lo pikirin," pinta Prakas. "Tadi jalan sama siapa? Pacar?" tanyanya tiba-tiba. Miona mengernyit. "Ngapin nanya? Bukan urusan lo!" Prakas manyun. "Bintang itu
Prakas berdiri di hadapan kaca yang membentangkan pemandangan kota Jakarta di bawah sana. Dia sedang berada di ruangan kantornya. Dia teringat akan ucapan mamanya semalam. Cinta tak bisa dipaksa. Pikirnya. Dia tak mau di jodohkan dengan orang yang tidak dicintainya.Dan selama dia hidup, baru sekali dia merasakan mencintai perempuan begitu dalam. Yaitu saat masih SMA dulu. Gadis itu bernama Aruna. Hanya sebatas menyukai karena perempuan itu sudah memiliki kekasih. Kini dia tak tahu lagi bagaimana kabar gadis itu. Sejak lulus SMA dia kehilangan jejak. Bahkan dia sendiri tak menemukan jejak sosial medianya. Tak ada nama Aruna yang sesuai dengan foto gadis itu di sosial media.Tak berapa lama kemudian terdengar suara ketukan pintu."Masuk!" teriak Prakas.Pintu ruangan terbuka. Rupanya yang datang adalah sekretarisnya."Pagi, Pak.""Pagi. Ada apa?""Pak Warto lagi ada di depan ruangan Bapak. Dia ingin bertemu Bapak, k
Prakas masih mondar-mandir di teras rumahnya. Dia kembali meraih handponenya lalu menghubungi Bodyguardnya."Iya, Pak," jawab Bodyguardnya di seberang sana."Di mana Miona sekarang?" tanya Prakas."Di sebuah restoran, Pak, dia lagi duduk berdua dengan lelaki berumur 40 tahunan," jawab Bodyguardnya di seberang sana."Share lokasi, awasin terus, saya mau menyusul ke sana," pinta Prakas."Baik, Pak!" jawab Bodyguardnya.Prakas langsung menuju mobilnya. Tak lama kemudian Prameswari keluar rumah dan heran melihat Prakas seperti henda pergi."Prakas! Mau kemana? Kita harus ke rumah Adelia!"Langkah Prakas terhenti. Dia menoleh pada mamanya."Maaf, Mah! Aku ada urusan penting!"Prameswari tampak kesal. Prakas langsung menaiki mobilnya lalu kembali melajukannya dengan khawatir. Kalau bukan wajah Pak Imam selalu terbayang dalam ingatannya, dia tak akan senekad ini. Biarkan dia saja yang sudah menghancurkan hi
Prakas mendadak menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Miona heran."Kenapa berenti?" tanya gadis itu."Gue pengen ngajak lo makan malam, setelah itu gue akan berenti ganggu hidup lo lagi," ucap Prakas agak pelan.Miona terpaku mendengar itu. Dia tak percaya cowok angkuh dan keras kepala di hadapannya itu mendadak mengatakan itu. Gadis itu yang sedari tadi perutnya keroncongan, akhirnya memilih mengangguk. Entah kenapa hari ini dia merasa banyak pasrah pada lelaki di sebelahnya itu.Prakas kembali melajukan mobilnya lalu berhenti di sebuah restoran yang tampak sepi pengunjung. Saat mereka turun dari mobil, gadis itu mengamati restoran itu dengan heran. Dia melihat tulisan besar bercahaya di atas pintu masuk restoran itu."Light?" tanya Miona dalam hati dengan heran.Prakas menoleh pada gadis itu, seolah bisa membaca alam pikirannya."Ini restoran favorit gue. Makanannya enak dan yang paling gue suka tempat ini sepi," ucap Praka
Prakas menatap wajah Prameswari dengan bingung. Perempuan yang melahirkannya itu heran dan masih menunggu jawaban dari anak tertampannya itu."Ini nggak bener, Mah," jawab Prakas tegas.Prameswari mengernyit. "Maksudnya?""Aku emang nganterin Bintang ke apartemennya. Itu pun karena terpaksa gara-gara Doni dan Niko. Aku nggak pacaran sama Bintang, Mah," jawab Prakas lalu pergi ke kamarnya.Prameswari lemas mendengarnya. Padahal dia sudah sangat senang melihat kabar viral itu.Setiba Prakas di kamar, dia langsung menghubungi Doni. Dia ingin tahu siapa yang merekam mereka dan menyebarkan video itu."Halo!" jawab Doni di seberang sana."Lo ya yang ngerekam gue nganterin Bintang terus lo juga kan yang nyebarin videonya sampe viral?" tanya Prakas kesal."Enak aja! Bukan lah! Jangan asal nuduh dong! Lo kan tau kalo waktu itu gue berangkat ke Bandung sama Niko?""Jujur lo?!""Iya jujur lah! Lagian ngapain juga
Prakas berjalan begitu saja melewati Miona. Dia senang pada akhirnya gadis itu datang juga ke kantornya. Melihat dia memegang map dengan erat, lelaki itu yakin kalau Miona akan melamar pekerjaan di sana. Sesuai dengan apa yang sudah direncanakannya. Miona heran kenapa lelaki itu tak mau menyapanya."Apakah di kantornya ini dia malu jika mengenal seorang gadis sepertiku? tanya Miona dalam hati.Kini Prakas sudah keluar dari pintu lobby. Miona memandanginya dari kejauhan. Dia tepis segala bayangan semalam yang sudah membuatnya agak simpati pada lelaki itu.Dia pun sadar, siapa dia? Gadis yang tak sengaja menjual keperawanannya pada pemuda itu. Ya, dia juga berkali-kali mendengar darinya kalau dia bukan selera pemuda itu. Sekarang dia sudah tahu kalau pemuda itu sudah memiliki kekasih. Sekarang yang harus dipikirkannya adalah diterima di sana dan bisa mencicil hutang padanya.***Mobil hitam itu melaju menembus jalan kota yang cuku
"Lo suka sama gue?" tanya Prakas tiba-tiba. Tangannya masih memegang erat tangan Miona.Miona mengernyit mendengar itu. Dia tak percaya kalau pertanyaan itu akan keluar dari mulut pemuda itu."Apa?" tanya Miona mencoba memastikan. Dia khawatir Prakas sedang mengigau."Lo suka sama gue?" tanya Prakas sekali lagi. Tegas.Miona melepas paksa pegangan tangan Prakas dengan emosi."Lo pikir gue perempuan yang nggak punya prinsip? Yang seenaknya aja mau macarin cowok yang udah punya pacar? Gue bukan tipe cewek kayak gitu," tegas Miona.Prakas malah tertawa."Nggak usah ngegas juga kali. Lagian gue cuma mau mastiin doang biar gue aman sembunyi di sini. Lo juga bukan tipe gue," ucap Prakas.Miona semakin kesal mendengarnya. Apalagi saat lelaki itu mengatakannya dengan tertawa."Lagian kalo mau sembunyi, ngapain di rumah gue? Lo bisa ke hotel atau kemana?" tanya Miona heran."Terserah gue! Mulai sekarang