Alif melihat itu dan merasa kesal.
"Apa yang pria itu lakukan? Kenapa dia terlihat sangat dekat dengan Alea? Teman dekat tidak akan mengusap rambut teman dia sendiri. Apa pria itu memiliki rasa kepada Alea?" tanya Alif sambil merasa kesal.
Alif merasa aneh dengan dirinya sendiri.
"Ada apa ini? Aku pasti sudah gila, aku tidak boleh merasa kesal. Biarkan saja Alea bersama pria lain. Untuk apa aku merasa tidak nyaman?" tanya Alif sambil bersikap tenang.
Dita mengajak Fauzan makan di tempat yang sama. Tapi kami tidak saling memperhatikan dan duduk sangat jauh.
"Apa yang ingin kamu makan, Fauzi?" tanya Dita.
"Kenapa kamu mengajak aku makan di luar?" tanya Fauzi.
"Sebagai tanda terima kasih karena telah mengobati kaki aku." Jawab Dita.
"Begitu, aku akan memakan apa yang kamu pesan saja." Kata Fauzi.
"Baik, aku akan memesan untuk kamu." Kata Dita.
Fauzi merasa seperti melihat Alif dan pergi untuk memastikannya.
"Dita, aku ke toilet sebentar." Kata Fauzi.
"Baik, aku akan menunggu." Kata Dita.
Fauzi menghampiri dan melihat Alif.
"Alif, ternyata ini benar kamu. Aku pikir akan salah lihat." Kata Fauzi.
"Fauzi!" kata Alif.
"Kenapa sendiri?" tanya Fauzi.
"Tidak, di mana Roni?" tanya Alif.
"Aku tidak tahu justru aku ingin bertanya kepada kamu. Ternyata kamu juga tidak mengetahui keberadaan dia." Jawab Fauzi.
"Tidak, aku pikir dia bersama kamu." Kata Alif.
"Apa yang sedang kamu lihat? Seperti sedang fokus sekali." kata Fauzi sambil melihat ke belakang Alif.
Fauzi melihat aku sedang makan bersama Andre.
"Bukankah itu adalah Alea? Kekasih kamu, Alif?" tanya Fauzi.
"Benar, dia ada di sini." jawab Alif sambil merasa kesal.
"Tapi kenapa dia makan bersama pria lain. Bukankah kalian sangat dekat?" tanya Fauzi sambil merasa aneh.
"Tentu saja, kami sangat dekat. Dia sedang makan bersama rekan kerjanya." Jawab Alif.
"Ternyata begitu, aku pikir kalian sedang bertengkar." kata Fauzi sambil tersenyum.
"Apa kamu belum makan? Makan bersama saja!" kata Alif.
Fauzi langsung menolak ajakan Alif karena Dita sedang menunggu dia.
"Maaf, Alif. Aku tidak bisa makan bersama kamu. Aku memiliki urusan penting. Aku harus pergi." kata Fauzi sambil pergi.
"Urusan apa?" tanya Alif.
Fauzi pergi dan menghampiri Dita.
"Kenapa kamu lama sekali?" tanya Dita.
"Benarkah? Aku merasa aku sudah sangat cepat sampai ke sini." Jawab Fauzi.
"Cepat? Kamu sudah lebih dari 5 menit." Kata Dita.
"Sudah, kita makan saja sekarang." Kata Fauzi.
"Ini, aku sudah hampir selesai. Cepat kamu habiskan makanannya." Kata Dita.
"Baik, kamu cerewet sekali. Aku yakin pria yang akan menjadi kekasih kamu tidak akan merasa nyaman. Kamu terlalu banyak bicara dan selalu mengatur." Kata Fauzi.
"Enak saja kamu, Fauzi. Kekasih aku itu sangat mencintai aku. Dia tidak memiliki masalah dengan sikap aku yang seperti ini. Dia selalu menerima aku dengan bahagia." Kata Dita.
"Apa? Kamu sudah memiliki kerasa?" tanya Fauzi sambil merasa terkejut.
"Tentu saja, wanita cantik seperti aku ini pasti memiliki seorang pria hebat." Jawab Dita.
"Aku yakin dia terpaksa untuk bersama kamu." Kata Fauzi.
Dita langsung marah kepada Fauzi.
"Apa maksud kamu? Dia tidak terpaksa bersama aku. Aku yakin kamu pasti belum memiliki kekasih. Kamu merasa iri sehingga mengatakan seperti itu kepada aku." kata Dita sambil tersenyum.
Fauzi merasa terkejut karena Dita mengetahui bahwa dia tidak pernah memiliki kekasih.
"Kamu jangan sembarangan jika bicara. Aku ini tampan, aku mudah mencari wanita yang aku inginkan." Kata Fauzi.
"Benarkah?" tanya Dita sambil tersenyum.
"Tentu saja." Jawab Fauzi.
"Apa aku harus memberikan saran supaya kamu dapat memiliki kekasih?" tanya Dita sambil tersenyum.
"Apa itu?" tanya Fauzi.
"Bersikap lebih dewasa dan lebih perhatian terhadap wanita." Jawab Dita.
"Apa benar itu?" tanya Fauzi.
"Tentu saja." Jawab Dita.
Aku dan Andre membicarakan tentang Rasti.
"Kapan dia kembali kemari?" tanyaku.
"Tidak tahu, dia masih ingin berada di sana." Jawab Andre.
"Kenapa tidak tahu? Kamu ini mantan kekasih dia. Seharusnya kamu lebih perhatian kepada dia. Apalagi dia sedang sakit dan sedang membutuhkan seseorang." Kataku.
"Dia hanya mantan kekasih aku. Aku takkan kekasih dia lagi. Aku tidak perlu mengetahui semua tentang dia lagi." Kata Andre.
"Terserah kamu saja." Kataku.
Alif merasa kesal dan pergi dari tempat ini.
"Untuk apa aku melihat mereka yang begitu dekat?" tanya Alif sambil merasa kesal.
Alig merasa kesal dan menendang kaleng. Kaleng itu mengenai Roni. Roni menghampiri Ali dan langsung marah.
"Apa kamu tidak memiliki mata?" tanya Roni sambil marah.
"Maaf pak, saya tidak sengaja." jawab Alif sambil merasa bersalah.
Alif melihat Roni dan terkejut.
"Ternyata kamu, Roni. Aku pikir orang lain." Kata Alif.
"Alif, aku tidak menyangka akan bertemu kamu. Tolong aku!" kata Roni sambil terlihat khawatir.
"Ada apa ini? Apa yang terjadi? Apa kamu terlibat sebuah masalah?" tanya Alif.
"Aku disangka pencuri oleh masyarakat dan mereka mengejar aku. Bantu aku sembunyi!" kata Roni.
"Kenapa bisa? Kamu mencari masalah saja. Kita sudah dalam masalah besar dan kamu menambah masalah yang baru lagi." Kata Alif.
Alif langsung membawa Roni untuk bersembunyi di sebuah rumah kecil.
"Rumah siapa ini?" tanya Robi.
"Rumah nenek aku." Jawab Alif.
"Di mana dia?" tanya Roni.
"Sudah meninggal, aku tidak mungkin membawa kamu jika ada orang di rumah ini." Jawab Alif.
"Terima kasih, Alif!" kata Roni.
"Santai saja, aku harus pergi sekarang." Kata Alif.
"Urusan apa?" tanya Roni.
Alif langsung lari meninggalkan Roni.
"Dia seperti Fauzi saja. Jika ditanya urusan malah pergi. Di mana Fauzi? Apa dia dalam keadaan yang baik?" tanya Roni.
Fauzi dan Dita kembali ke rumah. Kekasih Dita sudah menunggu di rumah Dita.
"Dita!" kata kekasih Dita.
"Zidan!" kata Dita sambil merasa terkejut.
"Apa yang kamu lakukan dengan pria itu? Kenapa kamu pulang bersama dia?" tanya Zidan sambil merasa kesal.
Fauzi hanya diam karena tidak ingin salah bicara dan membuat Dita semakin bingung.
"Kamu harus mendengar penjelasan aku, Zidan. Dia itu hanya teman biasa. Aku tidak memiliki hubungan apapun. Kamu percaya itu, bukan?" tanya Dita sambil memegang tangan Zidan.
"Tapi kenapa dia mengantar kamu pulang ke rumah?" tanya Zidan sambil marah.
Dita tidak bisa menjawab pertanyaan Zidan. Zidan merasa kesal dan ingin menampar Dita. Fauzi langsung menahan tangan Zidan.
"Jangan pernah menyakiti seorang wanita. Itu bukan sikap seorang pria sejati." kata Fauzi sambil memegang tangan Zidan.
Zidan langsung melepaskan tangan Fauzi.
"Jangan ikut campur urusan kami berdua. Atau aku bisa bersikap kasar." Kata Zidan.
"Untuk hal ini aku harus ikut campur. Aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti Dita." Kata Fauzi.Dita hanya melihat mereka berdua. Zidan langsung memukul wajah Fauzi. Dita terkejut dan marah kepada Zidan."Apa yang kamu lakukan, Zidan?" tanya Dita dengan sangat marah."Sekarang kamu membela pria ini. Ternyata kamu memang memiliki hubungan dengan dia. Bagus sekali, aku pergi sekarang." Jawab Zidan.Zidan langsung pergi dari rumah Dita. Dita langsung membawa Fauzi ke dalam rumah. Dita langsung membawa kotak P3K."Tidak perlu, aku tidak terluka parah. Ini hanya sedikit sakit saja." Kata Fauzi."Sudah diam saja." Kata Dita.Dita langsung mengobati luka di wajah Fauzi."Aduh! Bisa lebih lembut." Kata Fauzi."Aku sudah pelan, kami saja yang berlebihan." kata Dita sambil mengoles obat merah."Ternyata kamu peduli terhadap aku." Kata Fauzi."Tidak j
Aku merasa bahwa seorang penipu memang tidak akan bisa mencintai seseorang."Kenapa aku begitu bodoh? Aku mengharapkan seseorang yang tidak mungkin aku dapatkan." kataku sambil merasa kesal.Dita langsung masuk ke ruangan aku."Maaf, ibu Alea. Saya ingin memberikan dokumen ini. Semua dokumen ini membutuhkan tanda tangan ibu." kata Dita sambil tersenyum."Simpan saja, Dita!" kataku sambil merasa kesal."Baik, ibu Alea." kata Dita sambil tersenyum.Dita keluar dari ruangan dan mengerjakan pekerjaan dia. Andre datang dan menghampiri Dita."Apa Alea sedang di ruangan?" tanya Andre sambil merasa penasaran."Ada, pak. Ibu Alea sedang mengerjakan tugasnya." Jawab Dita.Andre langsung masuk ke ruangan aku."Andre!" kataku sambil tersenyum."Ternyata kamu emang sedang sibuk. Maaf, aku mengganggu. Aku hanya ingin membicarakan bisnis baru." Kata Andre.&
"Aku hanya tersenyum karena dia wanita bodoh." kata Fauzi sambil merasa kesal."Kenapa? Apa pria itu sungguh brengsek?" tanya Alif sambil merasa bingung."Pria itu sudah berani menyakiti kekasihnya. Seorang pria tidak bisa disebut pria sejati jika memukul wanita dia. Apalagi jika mereka saling mencintai satu sama lain." kata Fauzi sambil merasa kesal."Ternyata begitu, apa dia cantik?" tanya Aluna sambil tersenyum."Dia cukup cantik." jawab Fauzi sambil tersenyum."Sudah aku tebak, kamu memang sedang jatuh cinta. Aku tidak menyangka itu, Fauzi. Selamat." kata Alif sambil tersenyum.Fauzi merasa kesal dengan perkataan Alif. Fauzi langsung mengubah topik pembicaraan mereka."Sudah, Alif. Bagaimana dengan Alea? Apa dia mengizinkan kamu untuk pergi?" tanya Fauzi sambil merasa bingung.Alif langsung berpikir bahwa aku akan sangat marah terhadap dia jika kami bertemu lagi."Untuk apa a
Klien langsung menyuruh aku untuk memulai rapat."Bisa kita mulai sekarang?" tanya klien sambil tersenyum.Roni berjalan menelusuri hutan dan akhirnya menemukan Alif dan Fauzi."Kalian memang bukan teman yang setia." kata Roni sambil merasa kesal."Roni!" kata Fauzi sambil merasa terkejut."Akhirnya kamu sampai di sini." kata Alif sambil tersenyum."Tentu saja, telah habis satu malam aku mencari kalian berdua. Aku sudah dikejar oleh banyak mafia. Beruntung aku bisa lolos dan sampai di hutan ini." kata Roni sambil merasa kesal."Apa kamu pikir kita tidak dikejar oleh mafia itu? Memangnya sedang apa kami berada di sini?" tanya Alif sambil merasa kesal."Semua ini memang jebakan yang telah dibuat oleh mereka." kata Fauzi sambil merasa kesal."Apa kamu tahu jalan menuju tempat persembunyian kita?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Tahu, aku lapar. Apa kali
Zidan datang menghampiri kami. Aku merasa bingung dengan hubungan mereka berdua."Dita, aku ingin bicara berdua dengan kamu." kata Zidan sambil melihat ke arah Dita."Maaf, aku tidak ingin bicara dengan kamu. Aku sedang sibuk. Ibu Alea ingin berbicara dengan aku." kata Dita sambil merasa kesal.Aku merasa bahwa Dita ingin menjauh dari pria itu. Aku langsung menarik tangan Dita dan membawa dia pergi. Sepertinya mereka sedang memiliki hubungan yang tidak baik."Ayo Dita!" kataku sambil menarik tangan Dita."Baik, ibu Alea." kata Dita sambil tersenyum.Dita membawa aku ke rumahnya."Maaf, ibu Alea. Saya membawa anda kemari karena saya sedang tidak ingin bicara dengan pria itu." kata Dita sambil merasa kesal."Tidak masalah, aku mengerti. Siapa dia?" tanyaku sambil merasa bingung."Dia adalah Zidan, mantan kekasih saya. Kami baru saja mengakhiri hubungan tapi dia datang menemui saya lagi. Saya bin
Aku pergi ke toilet dan mencuci muka sebelum tidur. Andre masih menunggu di depan rumahku dengan sangat lama."Di mana Alea berada? Apa dia tidur di rumah temannya? Kenapa dia tidak memberi kabar kepada aku? Benar juga, Alea tidak akan memberi kabar kepada aku. Aku ini bukan kekasih dia. Andre, kamu ini terlalu banyak berharap. Sebaiknya aku cepat pulang ke rumah." kata Andre sambil merasa lelah.Andre pergi dari rumahku dan menuju ke rumahnya. Dita mencoba menghubungi Fauzi tapi Fauzi tidak dapat dihubungi."Kenapa dia tidak mengangkat telepon dari aku? Apa dia mengganti nomor?" tanya Dita sambil merasa bingung.Aku melihat Dita dan langsung bertanya mengenai pasta gigi."Di mana pasta gigi kamu?" tanyaku sambil merasa bingung."Sebentar, ibu Alea. Saya akan mengambil di lemari. Sepertinya sudah habis, saya lupa belum menyimpan ke kamar mandi." Jawab Dita.Dita langsung mencari pasta gigi dan memberikan it
Alif pergi dari taman itu dan menemui mereka berdua. Aku merasa gugup dan masuk ke dalam kamar hotel. Aku merasa tidak tenang dan tidak bisa tidur."Aku mencium bibir Alif lagi. Pasti dia berpikir bahwa aku sangat mengharapkan dia. Kenapa aku sangat bodoh? Apa aku tidak bisa berhenti menyukai Alif?" tanyaku sambil merasa kesal.Aku langsung tidur karena merasa sangat lelah. Alif pergi ke kamar tidurnya. Alif merasa tidak bisa tidur."Alif, jangan memikirkan wanita. Aku tidak ingin mencintai seseorang. Aku harus menyelamatkan ibu dari orang itu." kataku sambil merasa kesal.Fauzi pergi ke kamar tidurnya. Fauzi merasa tidak bisa tidur dan memikirkan Dita."Ada apa ini? Kenapa aku terus memikirkan Dita? Apa sesuatu telah terjadi kepada dia? Apa aku harus memeriksa keadaan dia? Tapi aku tidak bisa pergi karena banyak mafia yang masih mengawasi kami semua. Tapi perasaan aku sangat tidak nyaman dan merasa sedih. Ada apa ini?" tanya Fa
Dita mulai bersikap tenang dan berhenti menangis. Fauzi langsung bertanya tentang apa yang telah terjadi. Dita merasa lebih tenang dan menceritakan semuanya."Dita, ada apa ini? Kenapa kamu menangis?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku hamil." jawab Dita sambil merasa sedih.Fauzi merasa terkejut saat mendengar kabar kehamilan Dita."Apa? Kamu hamil?" tanya Fauzi sambil merasa terkejut."Benar, aku mengandung anak dari Zidan. Setelah kamu pergi, dia selalu meminta untuk kembali. Aku selalu menolak dan mengusir dia dari rumah ini. Tapi dia selalu datang untuk menemui aku. Sampai saat itu, dia datang dalam keadaan yang sangat mabuk. Dia memaksa aku untuk melakukan itu. Sekarang aku bingung dengan apa yang harus aku lakukan. Aku tidak ingin menikah dengan dia. Tapi aku tidak mungkin membiarkan anak ini lahir tanpa seorang ayah. Aku tidak akan bisa mengurus dia seorang diri." jawab Dita sambil merasa sedih.Fauzi merasa sa