Share

Kamu Yang Pertama

Aku merasa senang karena dia memakan itu. Padahal dia memasak lebih baik dari aku. Tapi dia tetap mengharapkan buatan aku. 

"Kamu yang pertama." Kataku. 

"Pertama apa? Mencoba makanan kamu ini. Itu pasti, aku yakin tidak ada yang ingin makan dari hasil masakan kamu." Kata Alif. 

"Benar, kamu yang pertama memakan masakan yang aku buat meski tidak enak. Aku belum pernah memasak tapi kamu seperti menyukai masakan aku. Kamu sungguh bisa menghargai seseorang dengan cara yang baik." Kataku. 

"Tidak juga, jangan berlebihan. Aku hanya makan ini karena aku bukan orang yang suka membuang makanan. Itu saja, jangan terlalu percaya diri." Kata Alif. 

"Kenapa kamu sangat menyebalkan sekali? Tidak bisa mengatakan sesuatu yang manis untuk membuat aku senang. Ternyata seperti ini rasanya berbicara dengan seorang penipu." kataku sambil merasa kesal. 

"Aku sudah mengatakan untuk jangan berharap. Kamu ini terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin." Kata Alif. 

"Aku harus pergi." Kataku. 

"Ke mana?" tanya Alif. 

"Sudah mulai peduli." jawabku sambil tersenyum. 

"Tidak, aku hanya salah tanya. Silakan jika ingin pergi, itu bukan urusan aku." kata Alif sambil merasa gugup. 

Aku pergi untuk mengerjakan pekerjaan kantor. Fauzi berada di rumah Dita.

"Kenapa kamu menolong aku?" tanya Fauzi. 

"Apa salah jika membantu? Jika kamu ingin pergi, silahkan." Jawab Dita. 

"Kejadian tadi malam itu sebuah kesalahan. Aku harap kamu melupakan itu." Kata Fauzi. 

"Jangan membahas itu lagi. Aku tidak ingin mengingat itu." Kata Dita. 

"Bagus kalau begitu." Kata Fauzi. 

Saat Dita berjalan, dia terjatuh. Fauzi langsung menghampiri Dita. 

"Ada apa ini? Kenapa kamu bisa terjatuh?" tanya Fauzi sambil merasa khawatir. 

"Apa itu yang harus kamu lakukan? Bertanya alasan aku jatuh. Aku tidak tahu, cepat bantu aku. Kaki aku sakit dan tidak bisa berdiri sendiri." jawab Dita sambil merasa kesal. 

"Maaf, aku akan mengobati kaki kamu." Kata Fauzi. 

Fauzi memegang tangan Dita. Tapi Dita sangat kesakitan sampai tidak dapat berjalan sendiri. 

"Apa sangat sakit? Biarkan aku membawa kamu ke sana." Kata Fauzi.

Fauzi langsung menggendong Dita dan mengobati kakinya. 

"Aduh, sakit! Jangan ditekan seperti itu." kata Dita sambil merasa kesakitan. 

"Maaf, aku tidak sengaja." Kata Fauzi. 

Fauzi memijat kaki Dita sampai Dita berteriak. Tapi kaki dia langsung merasa lebih baik. 

"Ah! Sakit sekali." teriak Dita. 

"Maaf, tapi aku harus melakukan ini." Kata Fauzi. 

"Kenapa sekarang kaki aku merasa lebih baik dari sebelumnya? Ternyata kamu pandai melakukan ini. Terima kasih, Fauzi." kata Dita sambil tersenyum. 

Fauzi merasa gugup saat Dita tersenyum kepada dia. 

"Ada apa dengan kamu?" tanya Dita. 

"Tidak ada, coba kamu berdiri dan jalan." Jawab Fauzi. 

Dita mulai berdiri dan mencoba jalan. 

"Ternyata aku bisa, tidak terasa sakit lagi." Kata Dita. 

"Bagus, jika itu berhasil." Kata Fauzi. 

Dita mendekati Fauzi dan bertanya. 

"Apa kamu yakin jika kamu seorang penipu? Kenapa kamu sangat lembut untuk menjadi seorang penipu? Aku belum pernah mendengar penipu meminta maaf." kata Dita sambil menatap mata Fauzi. 

"Aku tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku tidak sebaik itu. Jangan salah paham terhadap aku. Aku ini bisa menjadi sangat berbahaya. Aku bisa saja mengambil semua harta yang kamu miliki." kata Fauxi sambil merasa gugup. 

"Jangan gugup jika menjadi penipu. Itu tidak akan membuat aku merasa takut." kata Ditto sambil tersenyum. 

"Tidak, aku tidak gugup." kata Fauzi sambil terkejut. 

"Ternyata kamu ini pria yang mudah dibaca." kata Dita sambil tersenyum. 

"Sudah hentikan! Mundur sedikit dari aku!" kata Fauzi sambil merasa gugup. 

Dita semakin maju dan berjarak sangat dekat dengan Fauzi. 

"Mundur? Apa seperti ini?" tanya Dita sambil tersenyum. 

"Kenapa kamu menyebalkan?" tanya Fauzi. 

Aku sampai di rumah Dita untuk membahas pekerjaan. Ternyata aku melihat Dita sedang bersama seorang pria. Mereka berada di sisi dinding rumah. 

"Maaf, aku mengganggu waktu pribadi sekertaris aku ini. Aku akan pergi." kataku sambil tersenyum. 

"Apa? Tidak, ini tidak seperti yang ibu bayangkan." kata Dita sambil merasa tidak nyaman. 

Aku langsung keluar dari rumah Dita. Dita memarahi Fauzi. 

"Apa yang kamu lakukan? Lihat, pimpinan aku menjadi berpikir yang aneh. Aku tidak mungkin menyukai pria seperti kamu." kata Dita sambil merasa kesal. 

"Apa? Kamu yang mendekati aku tapi kamu yang marah. Apa kamu sengaja melakukan ini?" tanya Fauzi. 

"Tidak, sudah hentikan. Aku harus pergi." jawab Ditambah sambil merasa kesal. 

Dia menghampiri aku. 

"Maaf, ibu Alea. Tadi tidak seperti yang ibu pikirkan. Saya tidak menjalin hubungan dengan orang itu." Kata Dika. 

"Kenapa kamu harus menjelaskan semua ini terhadap saya? Itu urusan pribadi kamu. Saya tidak peduli apa dia itu kekasih kamu atau bukan." Kataku. 

"Benar, tapi saya hanya merasa harus menjelaskan saja." Kata Dita.

Kami langsung membahas pekerjaan. 

"Semua sudah selesai untuk hari ini. Maaf, saya mengganggu hari libur kamu." Kataku. 

"Tidak masalah, saya mengerti. Ibu pasti sedang sangat sibuk dengan klien baru. Saya harap semua bisa sa berjalan lancar." Kata Dita. 

"Terima kasih." kataku sambil tersenyum. 

"Kenapa saya merasa ada yang berbeda dari ibu? Apa ibu sedang jatuh cinta? Tidak bisanya, ibu mengatakan terima kasih sambil tersenyum kepada saya. Senyuman ibu juga sangat beda." kata Dita sambil merasa senang. 

"Tidak, apa maksud kamu? Sudah hentikan, ini bukan urusan kamu." kataku sambil merasa kesal dan bingung. 

Aku langsung pergi ke tempat yang sudah Andre persiapkan. Dalam perjalanan, aku memikirkan Alif. 

"Apa benar ini sungguh perasaan cinta? Bahaya ini, aku sungguh mencintai penipu itu. Dita saja sampai bisa mengetahui bahwa aku sedang jatuh cinta. Bagaimana ini?" tanyaku sambil merasa bingung. 

Saat sampai, Andre sudah menunggu aku di tempat itu. Tanpa diketahui, Alif mengikuti aku dan terus memperhatikan kami berdua. 

"Alea!" kata Andre. 

"Andre!" kataku. 

"Kenapa kamu baru tiba di sini?" tanya Andre. 

"Tadi aku baru saja dari rumah Dita untuk membicarakan tentang pekerjaan. Aku sedang memulai proyek baru. Jadi, aku sangat sibuk dan juga harus fokus." Jawabku. 

"Begitu, jika kamu perlu uang atau bantuan. Kamu bisa mengatakan semua itu kepada aku. Aku akan berusaha membantu." kata Andre sambil mengusap rambutku. 

"Jangan lakukan ini. Kamu hanya membuat rambut aku berantakan saja. Kamu tenang saja, aku masih memiliki uang. Aku ini tidak mengalami kesulitan. Aku hanya ingin merintis bisnis lain saja." Kataku. 

"Baik, aku percaya. Aku sudah menyiapkan semua makanan kesukaan kamu." Kata Andre. 

"Bagaimana kabar Rasti?" tanyaku. 

"Rasti, dia sehat." Jawab Andre. 

"Bagus kalian begitu, aku senang mendengar dia dalam keadaan sehat." kataku sambil tersenyum. 

"Pengobatan dia berjalan lancar." kata Andre sambil tersenyum. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status