Home / Romansa / Cinta Seorang Penipu / Kamu Yang Pertama

Share

Kamu Yang Pertama

last update Last Updated: 2021-12-17 15:48:10

Aku merasa senang karena dia memakan itu. Padahal dia memasak lebih baik dari aku. Tapi dia tetap mengharapkan buatan aku. 

"Kamu yang pertama." Kataku. 

"Pertama apa? Mencoba makanan kamu ini. Itu pasti, aku yakin tidak ada yang ingin makan dari hasil masakan kamu." Kata Alif. 

"Benar, kamu yang pertama memakan masakan yang aku buat meski tidak enak. Aku belum pernah memasak tapi kamu seperti menyukai masakan aku. Kamu sungguh bisa menghargai seseorang dengan cara yang baik." Kataku. 

"Tidak juga, jangan berlebihan. Aku hanya makan ini karena aku bukan orang yang suka membuang makanan. Itu saja, jangan terlalu percaya diri." Kata Alif. 

"Kenapa kamu sangat menyebalkan sekali? Tidak bisa mengatakan sesuatu yang manis untuk membuat aku senang. Ternyata seperti ini rasanya berbicara dengan seorang penipu." kataku sambil merasa kesal. 

"Aku sudah mengatakan untuk jangan berharap. Kamu ini terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin." Kata Alif. 

"Aku harus pergi." Kataku. 

"Ke mana?" tanya Alif. 

"Sudah mulai peduli." jawabku sambil tersenyum. 

"Tidak, aku hanya salah tanya. Silakan jika ingin pergi, itu bukan urusan aku." kata Alif sambil merasa gugup. 

Aku pergi untuk mengerjakan pekerjaan kantor. Fauzi berada di rumah Dita.

"Kenapa kamu menolong aku?" tanya Fauzi. 

"Apa salah jika membantu? Jika kamu ingin pergi, silahkan." Jawab Dita. 

"Kejadian tadi malam itu sebuah kesalahan. Aku harap kamu melupakan itu." Kata Fauzi. 

"Jangan membahas itu lagi. Aku tidak ingin mengingat itu." Kata Dita. 

"Bagus kalau begitu." Kata Fauzi. 

Saat Dita berjalan, dia terjatuh. Fauzi langsung menghampiri Dita. 

"Ada apa ini? Kenapa kamu bisa terjatuh?" tanya Fauzi sambil merasa khawatir. 

"Apa itu yang harus kamu lakukan? Bertanya alasan aku jatuh. Aku tidak tahu, cepat bantu aku. Kaki aku sakit dan tidak bisa berdiri sendiri." jawab Dita sambil merasa kesal. 

"Maaf, aku akan mengobati kaki kamu." Kata Fauzi. 

Fauzi memegang tangan Dita. Tapi Dita sangat kesakitan sampai tidak dapat berjalan sendiri. 

"Apa sangat sakit? Biarkan aku membawa kamu ke sana." Kata Fauzi.

Fauzi langsung menggendong Dita dan mengobati kakinya. 

"Aduh, sakit! Jangan ditekan seperti itu." kata Dita sambil merasa kesakitan. 

"Maaf, aku tidak sengaja." Kata Fauzi. 

Fauzi memijat kaki Dita sampai Dita berteriak. Tapi kaki dia langsung merasa lebih baik. 

"Ah! Sakit sekali." teriak Dita. 

"Maaf, tapi aku harus melakukan ini." Kata Fauzi. 

"Kenapa sekarang kaki aku merasa lebih baik dari sebelumnya? Ternyata kamu pandai melakukan ini. Terima kasih, Fauzi." kata Dita sambil tersenyum. 

Fauzi merasa gugup saat Dita tersenyum kepada dia. 

"Ada apa dengan kamu?" tanya Dita. 

"Tidak ada, coba kamu berdiri dan jalan." Jawab Fauzi. 

Dita mulai berdiri dan mencoba jalan. 

"Ternyata aku bisa, tidak terasa sakit lagi." Kata Dita. 

"Bagus, jika itu berhasil." Kata Fauzi. 

Dita mendekati Fauzi dan bertanya. 

"Apa kamu yakin jika kamu seorang penipu? Kenapa kamu sangat lembut untuk menjadi seorang penipu? Aku belum pernah mendengar penipu meminta maaf." kata Dita sambil menatap mata Fauzi. 

"Aku tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku tidak sebaik itu. Jangan salah paham terhadap aku. Aku ini bisa menjadi sangat berbahaya. Aku bisa saja mengambil semua harta yang kamu miliki." kata Fauxi sambil merasa gugup. 

"Jangan gugup jika menjadi penipu. Itu tidak akan membuat aku merasa takut." kata Ditto sambil tersenyum. 

"Tidak, aku tidak gugup." kata Fauzi sambil terkejut. 

"Ternyata kamu ini pria yang mudah dibaca." kata Dita sambil tersenyum. 

"Sudah hentikan! Mundur sedikit dari aku!" kata Fauzi sambil merasa gugup. 

Dita semakin maju dan berjarak sangat dekat dengan Fauzi. 

"Mundur? Apa seperti ini?" tanya Dita sambil tersenyum. 

"Kenapa kamu menyebalkan?" tanya Fauzi. 

Aku sampai di rumah Dita untuk membahas pekerjaan. Ternyata aku melihat Dita sedang bersama seorang pria. Mereka berada di sisi dinding rumah. 

"Maaf, aku mengganggu waktu pribadi sekertaris aku ini. Aku akan pergi." kataku sambil tersenyum. 

"Apa? Tidak, ini tidak seperti yang ibu bayangkan." kata Dita sambil merasa tidak nyaman. 

Aku langsung keluar dari rumah Dita. Dita memarahi Fauzi. 

"Apa yang kamu lakukan? Lihat, pimpinan aku menjadi berpikir yang aneh. Aku tidak mungkin menyukai pria seperti kamu." kata Dita sambil merasa kesal. 

"Apa? Kamu yang mendekati aku tapi kamu yang marah. Apa kamu sengaja melakukan ini?" tanya Fauzi. 

"Tidak, sudah hentikan. Aku harus pergi." jawab Ditambah sambil merasa kesal. 

Dia menghampiri aku. 

"Maaf, ibu Alea. Tadi tidak seperti yang ibu pikirkan. Saya tidak menjalin hubungan dengan orang itu." Kata Dika. 

"Kenapa kamu harus menjelaskan semua ini terhadap saya? Itu urusan pribadi kamu. Saya tidak peduli apa dia itu kekasih kamu atau bukan." Kataku. 

"Benar, tapi saya hanya merasa harus menjelaskan saja." Kata Dita.

Kami langsung membahas pekerjaan. 

"Semua sudah selesai untuk hari ini. Maaf, saya mengganggu hari libur kamu." Kataku. 

"Tidak masalah, saya mengerti. Ibu pasti sedang sangat sibuk dengan klien baru. Saya harap semua bisa sa berjalan lancar." Kata Dita. 

"Terima kasih." kataku sambil tersenyum. 

"Kenapa saya merasa ada yang berbeda dari ibu? Apa ibu sedang jatuh cinta? Tidak bisanya, ibu mengatakan terima kasih sambil tersenyum kepada saya. Senyuman ibu juga sangat beda." kata Dita sambil merasa senang. 

"Tidak, apa maksud kamu? Sudah hentikan, ini bukan urusan kamu." kataku sambil merasa kesal dan bingung. 

Aku langsung pergi ke tempat yang sudah Andre persiapkan. Dalam perjalanan, aku memikirkan Alif. 

"Apa benar ini sungguh perasaan cinta? Bahaya ini, aku sungguh mencintai penipu itu. Dita saja sampai bisa mengetahui bahwa aku sedang jatuh cinta. Bagaimana ini?" tanyaku sambil merasa bingung. 

Saat sampai, Andre sudah menunggu aku di tempat itu. Tanpa diketahui, Alif mengikuti aku dan terus memperhatikan kami berdua. 

"Alea!" kata Andre. 

"Andre!" kataku. 

"Kenapa kamu baru tiba di sini?" tanya Andre. 

"Tadi aku baru saja dari rumah Dita untuk membicarakan tentang pekerjaan. Aku sedang memulai proyek baru. Jadi, aku sangat sibuk dan juga harus fokus." Jawabku. 

"Begitu, jika kamu perlu uang atau bantuan. Kamu bisa mengatakan semua itu kepada aku. Aku akan berusaha membantu." kata Andre sambil mengusap rambutku. 

"Jangan lakukan ini. Kamu hanya membuat rambut aku berantakan saja. Kamu tenang saja, aku masih memiliki uang. Aku ini tidak mengalami kesulitan. Aku hanya ingin merintis bisnis lain saja." Kataku. 

"Baik, aku percaya. Aku sudah menyiapkan semua makanan kesukaan kamu." Kata Andre. 

"Bagaimana kabar Rasti?" tanyaku. 

"Rasti, dia sehat." Jawab Andre. 

"Bagus kalian begitu, aku senang mendengar dia dalam keadaan sehat." kataku sambil tersenyum. 

"Pengobatan dia berjalan lancar." kata Andre sambil tersenyum. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Seorang Penipu    Menikah dengan Penipu

    Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid

  • Cinta Seorang Penipu    Tertangkap Mafia

    Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y

  • Cinta Seorang Penipu    Menitipkan Rara

    Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen

  • Cinta Seorang Penipu    Rara Mencurigakan

    "Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer

  • Cinta Seorang Penipu    Dita melahirkan

    Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa

  • Cinta Seorang Penipu    Perempuan

    "Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status