"Tentu saja, aku tahu itu." kataku sambil tersenyum.
Karyawan hotel itu langsung pergi dari kamar tidurku. Aku langsung memakan makanan itu.
"Hotel ini memiliki selera yang bagus. Makanan mereka membuat aku semakin tertarik. Lain kali aku akan datang ke hotel ini lagi." kataku sambil makan.
Saat melihat jendela, banyak bintang di langit. Aku pergi keluar dari hotel untuk melihat bintang dari bawah.
"Anda ingin pergi ke suatu tempat, ibu Alea?" tanya pemilik hotel.
"Benar, saya ingin keluar sebentar." Jawabku.
"Apa ingin saya temani?" tanya pemilik hotel.
"Tidak perlu, saya bisa sendiri." Jawabku.
Lalu, resepsionis memberikan bunga lagi kepada aku.
"Ini ada kiriman dari seorang pria untuk ibu Alea." kata resepsionis sambil memberikan bunga itu.
"Buang saja!" kataku.
"Tapi ini juga ada surat di dalam bunga." Kata resepsionis.
"Sudah buang saja! Tapi jika kamu menginginkan itu, kamu boleh membawa bunga itu." Kataku.
"Benarkah? Terima kasih, saya tidak pernah menerima bunga seindah ini." Kata resepsionis.
Aku langsung pergi keluar dari hotel itu.
"Kenapa ibu Alea tidak peduli dengan bunga pemberian seorang pria ini? Apa dia tidak menyukai bunga? Atau dia tidak menyukai pria yang memberikan bunga ini?" tanya resepsionis.
"Aku juga tidak tahu, mungkin saja dia tidak terlalu suka dengan bunga." Jawab pemilik hotel.
"Saya permisi, pak." kata resepsionis.
"Silahkan." kata pemilik hotel.
Aku melihat bintang di atas langit. Lalu, aku teringat akan pria yang menciumku sampai membuat aku merasa kesal.
"Kenapa aku mengingat dia? Menyebalkan sekali, berani dia melakukan itu terhadap aku. Jika aku bertemu dengan dia lagi, aku akan memberikan pelajaran. Dia harus mengenal siapa Alea." kataku sambil merasa kesal.
Lalu, seorang pria membawa minuman dan menabrak aku. Minuman itu langsung tumpah ke pakaian yang aku kenakan.
"Ah!" kataku.
"Maaf, saya tidak sengaja. Apa yang harus saya lakukan? Apa kamu ingin mengganti pakaian dan saya bisa membersihkan pakaian kamu itu." kata pria itu sambil merasa tidak enak.
"Tidak masalah, kamu tidak perlu merasa bersalah. Ini hanya tidak sengaja. Aku bisa mengganti pakaian nanti." Kataku.
"Apa kamu yakin? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya pria itu.
"Kenapa kamu membawa banyak minuman?" tanyaku.
"Aku seorang pelayan di sebuah bar." Jawab pria itu.
"Aku ingin minum, apa kamu bisa memberikan minuman sebagai permintaan maaf?" tanyaku sambil tersenyum.
"Boleh, tentu saja. Ayo kita pergi!" kata pria itu.
Saat berada di bar, dia bertanya nama aku.
"Siapa nama kamu?" tanya pria itu.
"Aku Alea, CEO dari JH Group." Jawabku.
"JH Group, itu perusahaan besar. Aku tidak menyangka akan mengenal CEO yang hebat seperti ibu Alea ini. Aku sungguh menyesal atas kejadian tadi. Sekali lagi aku minta maaf. Nama saya adalah Erlan." Kata pria itu.
Aku langsung memikirkan pria yang berada di kereta tadi. Dia sangat berbeda dari Semua pria yang aku kenal.
"Menarik." kataku sambil tersenyum dan memikirkan pria menyebalkan tadi.
"Menarik? Apa yang menarik?" tanya Erlan.
"Tidak, minuman ini menarik." Jawabku.
Aku merasa kesal karena memikirkan pria di kereta api itu.
"Tapi kamu belum meminum sesuatu." Kata Erlan.
"Bemar juga, aku tertarik karena banyak minuman sampai bingung ingin minum apa." kataku sambil tersenyum.
"Begitu." Kata Erlan.
"Aku harus pergi sekarang juga. Terima kasih atas minuman ini." Kataku.
"Tunggu!" kata Erlan.
Aku berlari dan masuk ke dalam hotel. Dengan perasaan kesal dan marah, aku mulai teringat kejadian saat berada di kereta api. Aku ingin menyelidiki tentang dia. Tapi aku tidak mengetahui semua tentang dia.
"Menyebalkan sekali, aku tidak tahu siapa dia. Bagaimana cara menyelidiki dia?" tanyaku sambil merasa kesal.
Pemilik hotel itu langsung menghampiri aku dan bertanya.
"Ibu Alea, ada apa? Apa ada masalah? Kenapa anda terlihat sangat kesal?" tanya pemilik hotel.
"Tidak, aku ingin istirahat saja." Jawabku.
Aku langsung masuk ke dalam kamar dan tidur. Sampai pagi hari, aku bersiap untuk pergi dari hotel ini. Aku akan kali ke rumah.
"Apa ini mobil yang akan aku pakai?" tanyaku.
"Benar, apa ada masalah?" tanya pak Joko.
"Tentu saja, saya akan menghubungi sekertaris saya." jawabku sambil merasa kesal.
Dita langsung membawa mobil untuk aku.
"Kita akan pergi sekarang." Kata supir.
"Tentu saja, aku harus cepat kembali." Kataku.
Saat dalam perjalanan, aku melihat ada banyak pohon yang tinggi dan besar.
"Kenapa banyak pohon?" tanyaku.
"Jalan ini dekat dengan hutan." Jawab supir.
"Begitu." Kataku.
Lalu, mendadak mobil berhenti.
"Ada apa ini? Kenapa kamu berhenti?" tanyaku.
"Saya juga tidak mengerti. Saya akan memeriksa mobil sebentar. Ibu Alea tunggu di dalam saja." Jawab supir.
"Baik." Kataku.
Saat menunggu, mobil masih belum bisa diperbaiki. Aku keluar dan mencari sinyal. Aku ingin menghubungi orang bengkel.
"Kenapa tidak ada sinyal sama sekali? Menyebalkan sekali ini. Apa yang harus aku lakukan?" tanyaku sambil merasa bingung.
Aku berjalan dan masuk ke dalam hutan. Aku berpikir mungkin saja akan bisa menemukan orang untuk memperbaiki mobil.
"Hutan ini sepi sekali, seharusnya aku tidak perlu datang kemari." kataku sambil melihat sekitar hutan.
Saat aku ingin pergi, seorang pria berlari melewati aku.
"Kenapa dia lari? Apa ada sesuatu di hutan ini?" tanyaku sambil merasa sedikit takut.
Lalu, banyak pria yang datang kepada aku dan bertanya.
"Permisi, apa kamu melihat seorang pria yang berlari?" tanya sekelompok pria.
"Dia ke arah sana." Jawabku.
Mereka langsung pergi dari hadapan aku.
"Untung saja tidak ada hal yang menakutkan." kataku sambil mencari jalan keluar.
Saat berjalan, aku mulai lupa dengan arah menuju keluar hutan.
"Bagaimana ini? Aku lupa arah kembali ke tempat itu." kataku sambil merasa bingung.
Saat aku mencoba untuk ingat, datang sekelompok pria itu lagi.
"Kenapa wanita secantik kamu diam di sini sendiri? Ikut dengan kami saja!" kata sekelompok pria itu sambil mendekati aku.
"Apa yang akan kalian lakukan? Jangan pernah mendekati aku. Aku ini bis melakukan apa saja untuk membuat kalian menderita. Aku memiliki banyak uang. Aku bisa menyelidiki dan menghancurkan kehidupan keluarga kalian jika kalian menyakiti aku." kataku sambil merasa kesal.
"Apa? Wanita ini mengancam kita. Apa kamu tidak mengetahui siapa kami? Kami ini seorang mafia." kata sekelompok pria itu.
Aku mulai merasa takut dan tidak tahu harus berbuat apa. Lalu, seorang pria datang dan menarik tangan aku. Dia membawa aku berlari.
"Alif! Kejar dia!" kata ketua kelompok pria itu.
Aku berlari di dalam hutan. Pria itu terus menarik tangan aku.
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme