Genggaman dia terasa sangat kuat dan hangat. Saat aku melihat wajah dia, ternyata dia adalah pria yang sudah mencium aku di kereta api. Aku langsung melepaskan tangan dia.
"Ternyata kamu! Dasar kurang ajar, lepaskan tangan aku!" kataku sambil merasa kesal.
"Jangan banyak bicara dan tetap memegang tangan aku. Jangan pernah lepas jika kamu tidak ingin dalam bahaya." Kata Alif.
Saat itu, aku langsung memegang tangan dia lagi dan berlari. Kami berhenti di sebuah pohon yang sangat besar dan bersembunyi.
"Lelah sekali." kataku sambil duduk.
"Jangan berisik! Nanti mereka dengar dan menangkap kita berdua." Kata Alif.
"Kenapa mereka ingin menangkap aku? Urusan mereka itu dengan kamu. Aku tidak ingin terlibat dengan kalian." Kataku.
"Apa kamu bodoh? Jika mereka melihat kamu sendiri, mereka akan memanfaatkan kamu. Mereka akan berbuat sesuatu yang buruk." Kata Alif.
Saat itu, aku merasa semakin kesal karena dia menyebut aku bodoh. Belum pernah ada orang yang memanggil aku seperti itu. Dia sangat menyebalkan.
"Aku tidak pernah menduga akan bertemu orang yang menyebalkan seperti kamu." Kataku.
"Aku menyebalkan? Kenapa aku menyebalkan? Apa ini karena ciuman pernah yang aku ambil dari kamu?" tanya Alif sambil mendekatkan wajah dia ke wajah aku.
Jantung aku mendadak berdetak dengan sangat cepat.
"Tentu saja, aku tidak ingin mencium pria seperti kamu." jawabku sambil merasa kesal.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengembalikan ciuman itu?" tanya Alif sambil tersenyum.
"Apa maksud kamu? Jangan berani melakukan itu lagi. Aku akan memukul kamu dengan sangat keras." jawabku dengan sangat marah.
Sekelompok pria itu datang dan mencari kamu. Pria itu langsung menutup mulut aku.
"Diam! Jangan berisik!" kata Alif sambil menutup mulut aku.
Aku hanya diam dan berada dipelukan Alif. Aku berada sangat dekat dengan dia. Bahkan aku sampai bisa mendengar bunyi detak jantung dia.
"Ke mana Alif dan wanita itu pergi? Kenapa mereka menghilang dengan sangat cepat?" tanya ketua kelompok itu.
"Tenang bos, kita akan mencari besok. Sebaiknya kita mencari tempat istirahat, hari mulai gelap. Hutan akan berisi banyak hewan buas jika malam hari." kata pengikut dia.
"Baik, ayo pergi!" kata ketua kelompok itu.
Sekelompok pria itu pergi dari tempat persembunyian kami. Alif menarik tangan aku dan membawa aku ke suatu tempat.
"Kita pergi ke mana?" tanyaku sambil merasa takut.
"Apa kamu ingin dimakan? Hutan ini berbahaya jika malam hari." Jawab Alif.
"Tentu saja tidak, aku akan ikut dengan kamu." Kataku.
Alif membawa aku ke sebuah rumah yang sangat besar di dalam hutan.
"Aku tidak menyangka ada rumah besar dan bagus seperti ini di dalam hutan? Apa ini rumah kamu?" tanyaku sambil merasa terkejut.
"Tentu saja, ayo masuk!" kata Alif.
Lalu, ada dua pria yang menghampiri kami berdua.
"Siapa wanita ini? Cantik sekali dia. Apa dia akan menjadi milik aku?" tanya pria itu.
"Tentu saja tidak, dia adalah kekasih aku. Jangan pernah ada yang berani menyentuh dia. Mengerti?" tanya Alif sambil marah.
"Mengerti, Alif." Jawab pria yang lain.
Aluf membawa aku ke kamar tidurnya.
"Apa tidak ada kamar lain?" tanyaku.
"Tidak, satu kamar lagi milik mereka." Jawab Alif.
"Kenapa kamu mengatakan bahwa aku ini kekasih kamu?" tanyaku.
"Apa kamu ingin diganggu oleh mereka?" tanya Alif.
"Tentu saja tidak, aku juga tidak ingin dekat dengan orang seperti itu. Aku ini wanita kaya dan cantik." Jawabku.
"Sombong sekali, apa kamu pikir aku akan tertarik kepada kamu?" tanya Alif.
"Memangnya tidak?" tanyaku sambil mendekati Alif.
Alif langsung mendorong aku ke kasur. Dia seperti tidak tahan melihat aku dari dekat.
"Ada apa ini? Apa kamu tidak tahan melihat aku?" tanyaku sambil tersenyum.
"Aneh." Jawab Alif.
Aku langsung berdiri dan melihat kamara dia.
"Siapa mereka berdua? Apa mereka teman kamu?" tanyaku.
"Benar, mereka teman satu pekerjaan." Jawab Alif.
"Begitu." Kataku.
Kedua teman Alif bermakna keluar dari rumah dan membicarakan aku.
"Kenapa dia membawa seorang wanita kemari? Apa mereka sungguh menjalin hubungan? Rasanya tidak mungkin, Alif itu tidak akan mencari wanita karena dia menganggap wanita itu hanya mengganggu pekerjaan saja." Kata pria itu.
"Kenapa tidak? Dia pasti menyukai wanita itu. Buktinya dia membawa wanita itu ke dalam kamar dia. Dia tidak akan mengizinkan orang lain masuk ke kamar dia termasuk kita berdua." Jawab pria yang lain.
"Mungkin saja itu hanya rencana dia supaya aku tidak mengganggu wanita i tu. Tapi wanita itu sangat menarik dan cantik." Kata pria itu.
"Apa kamu gila, Roni? Jangan menyukai wanita yang dimiliki oleh Alif. Kamu akan dalam bahaya jika dia tahu." Kata pria yang lain.
"Aku tidak peduli, aku yakin dia bukan kekasih Alif yang sebenarnya. Kamu harus mendukung aku, Fauzi." Kata Roni.
"Tidak, aku tidak akan mendukung kamu. Itu artinya aku menantang Alif. Aku tidak berani melakukan itu." Kata Fauzi.
"Kamu ini tidak setia kawan." Kata Roni.
Mereka berdua melihat ke jendela kamar Alif. Alif melihat itu dan langsung menarik tangan aku. Alif mendorong aku ke atas kasur. Dia langsung berada di atas tubuh aku. Dia seperti ingin melakukan sesuatu terhadap aku. Aku sangat takut dan mendorong dia dari hadapan aku. Tapi dia terus mendekat dan hampir mencium aku lagi.
"Kamu diam saja? Jika kamu berteriak aku, akan mencium kamu lagi." Kata Alif.
"Tapi apa yang akan kamu lakukan terhadap aku?" tanyaku sambil merasa takut dan bingung.
Alif berdiri dan melihat mereka yang masih melihat ke arah jendela.
"Sial, menyebalkan sekali mereka berdua." Kata Alif sambil merasa kesal.
Alif langsung membuka baju dia dan mendekati aku lagi.
"Apa yang kamu lakukan? Jangan kurang ajar terhadap aku." Kataku sambil merasa takut.
"Diam saja!" kata Alif.
Mereka berdua melihat dan Fauzi menyuruh Roni pergi.
"Ayo kita pergi! Apa kamu tidak melihat Alif membuka baju dan tidur dengan wanita itu. Jangan sampai kita berbuat hal buruk terhadap apa yang Alif miliki. Dia tidak akan segan membunuh kita." Kata Fauzi.
"Aku ingin tetap melihat." Kata Roni.
"Gila kamu!" kata Fauzi.
Alif berada dekat dengan aku. Dia berada di atas aku. Wajah dia terus mendekati wajah aku. Dia langsung mencium rambut aku. Lalu, dia melakukan push up di atas tubuh aku. Keringat dia sampai terjatuh ke wajah aku. Aku hanya bisa terdiam saat dia melakukan itu. Aku terkejut dan tidak tahu harus mengatakan apa.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melakukan itu?" tanyaku.
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme