Share

Bab 6 [Nganti Bareng]

Akhirnya setelah memakan waktu 10 menit, Reta tiba juga di depan kelasnya. Begitu sampai didepan pintu. Reta membuka pintu tersebut dengan pelan. Ia melongokkan kepalanya dan tidak didapatinya seorang pun di kelas tersebut. Jadi dia memutuskan untuk duduk di tempatnya yang kemarin ia duduki.

Pandangannya mengarah pada ruang kelasnya yang nampak sama seperti ruang kelas pada umumnya. Ada Whiteboard, meja dosen, kursi mahasiswa, kalender, AC, tempat spidol berserta penghapusnya. Dan beberapa dekorasi yang ada di dinding ruangan. Sembari menunggu, Reta mengeluarkan ponselnya yang ada didalam tasnya. Kemudian ia buka aplikasi I*******m miliknya. Sebuah notif masuk begitu Lisa selesai memasukan akun miliknya.

Dibukanya pesan atau biasa disebut Dm itu, senyum di bibirnya mengembang begitu membaca deretan kalimat di ponselnya itu.

Go_minam~🐣

Reta~yo. Teganya kau meninggalkan aku😑, bisa bisanya kau pergi tanpa berpamitan padaku😣. Aku sangat marah padamu😡. Aku tidak akan mengampunimu, kau harus tau itu😤. Jangan kangen padaku, salahmu sendiri pergi tanpa bilang bilang😩.

Memang benar pesan itu berisi sedikit ancaman, tapi ancaman itu memiliki arti tersendiri bagi Reta. Mungkin karena sudah tau tabiat dari si pengirim membuat tawanya pecah begitu selesai membacanya.

"Ada - ada saja, mungkin bukan aku yang kangen tapi malah kamu." gumamnya pelan sambil membalas dm tersebut.

Retasha💖

Maaf untuk kepergian ku yang tidak sempat mengatakannya padamu😣. Habisnya kau pergi dengan Steve😍. Kalau kau kangen, jangan bilang padaku, ya😉😄. Langsung datang saja kemari😆. Aku tau kau bakalan kangen denganku, makanya aku menitipkan hadiah pada ibumu, semoga kau suka😊.

Setelah membalas dm dari sahabatnya itu, Reta kembali berjelajah di i*******m. Hingga suara pintu terbuka mengalihkan pandangannya kearah sumber suara.

"Yo what's up. " sapa seseorang begitu masuk kedalam ruang kelas. Dan mata keduanya bertemu.

"Yo, Reta." Sapaan itu berasal dari orang itu yang tak lain adalah Bam.

"Hai," balasnya sambil menundukkan kepalanya kemudian mengangkat kepalanya lagi. Bam menghampiri Reta, lebih tepatnya berjalan ke belakang Reta, karna bangkunya ada disana.

Bambam duduk dan menatap kearahnya.

"Sudah dari tadi, Ta?" tanyanya membuat Reta menolehkan pandangannya kearah Bam.

"Iya lumayan, Bam." jawabnya.

Bam menganggukkan kepalanya. Seakan ingat sesuatu lantas Bambam bertanya. "Kau sudah lihat mading di lantai 1?" Pertanyaan dari Bam membuatnya mengangguk pelan.

"Memang benar ya Gallen mau nyalon jadi ketua Fakultas?" Bam kembali bertanya membuatnya bingung harus menjawab apa.

"Sepertinya begitu."

"Kira - kira untuk apa ya Gallen menyalonkan diri? Kuliah saja ia jarang masuk." Ucapan itu kembali membuat Reta mengingat pembicaraannya tadi bersama B.I. Reta tidak menjawab pertanyaan itu. Lebih tepatnya bingung harus mengomentarinya dengan apa.

Tak lama satu persatu mahasiswa mulai berdatangan, begitupun dengan sang dosen. Hal itu membuat Reta dan Bam kembali duduk dengan tenang. "Selamat pagi anak anak," sapa si dosen yang langsung dijawab oleh para mahasiswa itu.

"Selamat pagi, pak." jawab para mahasiswa. Mendengar jawaban disampingnya membuat Reta menolehkan pandangannya dan mendapati ada seorang gadis tengah duduk disampingnya.

Alisnya mengerut begitu menyadari kalau ternyata bangku disampingnya yang kemarin itu kosong, sekarang sudah ditempati oleh gadis cantik yang kini juga menatap ke arahnya itu.

"Kau pasti Reta, kan?" tanya gadis disamping Nisa. Nisa menatapnya.

"Iya, saya Reta. Kau sendiri siapa?" tanyanya balik.

"Kenalkan aku Tyas Ayu Alifia. Kau cukup panggil saja aku Tyas saja." ucap gadis itu sambil mengulurkan tangannya kearah Reta. Reta segera membalas uluran tersebut, "Aku Retasha Helenasia," jawabnya.

"Aku sudah tau, kemarin Kak Hana dan Wulan sudah memberitahukan tentangmu padaku." Mendengar jawaban itu membuat Reta ingat dengan kedua teman barunya itu.

"Kau pasti yang dibilang Kak Hana dan Wulan itu, ya?" Tyas hanya menganggukkan kepalanya.

"Sekarang kita bersahabat, ya. Kalau kau tidak mengerti soal pelajaran, kau boleh bertanya padaku." Tyas tersenyum kearah Nisa dan membuat Nisa ikut tersenyum juga. Keduanya kembali menghadap kedepan untuk menyimak materi yang diberikan oleh dosen didepan itu.

Setelah hampir 2 jam lamanya, mata kuliah itupun berakhir. Dan baru beberapa menit yang lalu dosen yang tadi mengajar sudah meninggalkan ruang kelas.

Menit berikutnya sebuah suara yang disinyalir berasal dari pintu membuat sebagian besar menoleh ke sumber suara. Dan masih sama dengan yang kemarin, 3 pemuda yang terlambat masuk, atau bisa dibilang membolos karena jam mata kuliah sebelumnya sudah berakhir dari beberapa menit yang lalu.

Yups, bisa menebak kan siapa ketiga manusia yang ku maksudkan adalah si Gallen, Gala dan Shandy.

Ketiganya masuk kedalam kelas dengan wajah tanpa dosa, bahkan mereka dengan santainya duduk dibangku mereka. Bisik - bisik mulai berdatangan dari beberapa mahasiswa yang melihat tingkah ketiga manusia itu.

"Kau tau, tadi aku lihat di mading kalau Gallen nyalon jadi ketua Fakultas." bisik salah seorang yang berada didalam kelas.

"Benarkah? Aku belum sempat melihat tadi."

"Iya. Dan kau tau siapa lawan dia?" Pertanyaan itu mendapat gelengan dari temannya.

"Si Putra." Perkataan itu membuat temannya kaget.

"Apa? Putra si anak club It itu?" Pertanyaan itu ditanggapi anggukan oleh temannya yang lain. Bisik - bisik yang lainpun juga terdengar dari para gadis disana.

Ketiga anak adam itu entah mendengar atau tidak bisik - bisik itu, yang jelas saat ini ketiganya masih asyik dengan kegiatan mereka. Tak begitu lama dosen kedua pun datang untuk memberi materi yang diajarkan. Dan hari ini adalah mata kuliah kalkulus.

Reta memperhatikan kearah seseorang yang berada di belakangnya. Sepanjang mata kuliah ini berlangsung, arah pandangnya tak lepas dari sosok tersebut. Entah apa yang terjadi padanya, yang jelas senyum di bibirnya terus berkembang. Bahkan tepukan di pundaknya tak kunjung menyadarkannya dari lamunannya.

"Reta," panggil Tyas yang belum ditanggapi olehnya.

"Hei." Kali ini Tyas menepuk bahu Reta agak keras membuat Reta tersentak kaget. Ia menatap kearah Tyas seolah bertanya ada apa?.

"Kau kenapa? Melamunkan apa?" tanyanya membuat Nisa sadar dari tingkah absurdnya barusan. Reta tersenyum kaku, "Aku tidak melamun Tyas."

Tyas sepertinya belum percaya sepenuhnya. Tapi ya ingin memaksa agar Reta memberitahukan alasan dari sikapnya barusan membuat Jennie menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, istirahat nanti ikut aku ke kantin, ya. Tadi kak Hana memberi kabar kalau ia menunggu kita dikantin."

Reta hanya tersenyum dan mengiyakan saja. Kemudian keduanya kembali memperhatikan materi yang diberikan oleh dosennya itu.

Satu setengah jam berlalu. Akhirnya para mahasiswa bisa bernafas lega, karena pasalnya jam mata kuliah ini sudah berakhir. Dosen yang mengajarpun menghela nafasnya panjang, begitu melihat tingkah anak didiknya yang kelewat senang karena jam kuliah sudah berakhir.

"Baiklah, kita akhiri cukup sampai disini. Sekian dan terimakasih." Setelah mengucapkan salam dosen tadi keluar dari ruang kelas diikuti oleh para mahasiswa yang mulai kelaparan.

Bagaimana tidak, materi hari ini cukup menguras tenaga dan pikiran mereka, makanya mereka sangat senang begitu sadar kalau mereka bisa mengisi lagi tenaga mereka karena satu jam lagi mereka ada kelas bahasa.

"Ayo, Ta." ajak Tyas sambil menarik tangan Nisa yang hanya mengikuti kemana Tyas menariknya itu. Dan seperti yang dikatakan Tyas tadi, mereka berdua pergi ke kantin untuk menemui Hana dan Wulan.

Sesampainya disana, mereka melihat ada yang melambaikan tangan kearah mereka berdua. "Reta, Tyas." panggil suara itu pada keduanya membuat kedua langsung melangkah mendekati suara itu.

"Hai Kak Hana dan Wulan." sapa Tyas begitu sampai dihadapan kedua sahabatnya itu. Keduanya membalas sapaan tersebut sambil tersenyum.

"Nanti aku tidak masuk jamnya pak Hery, ya." ucap Hana kepada Tyas dan Reta yang baru saja duduk.

"Kenapa, Kak?"

"Aku mau berangkat di kelas malam saja." jawab Hana yang diikuti oleh Wulan. Keduanya memang ada jadwal pemotretan hari ini. Dan setelah ini jamnya pak Hery, jadi mereka berdua tidak bisa masuk hari ini.

Baik Tyas maupun Reta hanya menganggukkan kepalanya saja. Dan Reya baru tahu kalau ternyata ketiga teman barunya itu adalah selebgram terkenal. Terlebih lagi si Tyas yang bahkan sudah di kontrak oleh brand terkenal.

"Kalian berdua lapar tidak? Kalau iya, mau aku pesankan sesuatu?" tanya Hana pada Tyas dan Nisa. Sebab dirinya dan Wulan sudah memesan makanan dan baru saja sampai di meja mereka.

"Aku sih lapar, Kak. Kalau kamu, Ta?" Tyas menatap kearah Reta yang kini juga tengah menatapnya. Reta mengangguk. "Baiklah, biar aku pesankan sekalian." Tyas berdiri dari posisinya. Baru saja ingin melangkah, namun dihentikan oleh Reta.

"Aku ikut ya, Kak." ujar Nisa kepada Tyas. Dia hanya merasa sungkan bila harus menitip makanan pada teman barunya itu.

Tyas mengangguk, "Kalau begitu. Ayo, ikut aku." Keduanya mulai berjalan beriringan menuju kesalah satu stan makanan. Selama perjalan kearah stan makanan. Keduanya berbicara seputar kesukaan dan hobi masing masing. Dan Tyas baru tau kalau Reta itu suka fotografi. Sedangkan Tyas lebih tertarik ke dunia modeling dan menyanyi. Akhirnya keduanya tiba juga di stan makanan. Setelah memesan dan menunggu beberapa menit akhirnya makanan yang mereka pesan tiba juga.

"Jadi berapa, Bu?" tanya Tyas kepada sang penjual. "65 ribu nak." Reta yang mendengarnya langsung bergegas mengambil dompet dalam tasnya, tapi Tyas langsung menahan tangan Reta yang berniat untuk membayar.

"Biar aku saja." Tyas menyerahkan selembar uang yang diterima baik oleh bibi penjual tadi.

"Ini kembaliannya." Bibi tadi menyodorkan yang kembalian tapi Tyas menggelengkan kepalanya.

"Ambil saja, Bu." Perkataan Tyas itupun disambut terimakasih oleh sang penjual tadi. Lalu keduanya pamit pergi dan melangkah kembali ke meja yang sudah ada Hana dan Wulan disana.

~Terimakasih~💙

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status