Michael menautkan alisnya dengan rasa tidak suka. "Katakan saja apa maumu dan tidak usah bertele-tele."
Michael mulai bosan karena sampai saat ini Smith hanya menyinggung tentang Nayla.
"Ahh, begini! Ada peluang kerjasama yang saya pikir akan menarik bagi kita berdua. Saya ingin mendengar pendapatmu tentang ini."
Michael mengangguk, memperlihatkan ketertarikannya pada tawaran Smith. "Saya tentu terbuka untuk mendengar lebih lanjut. Apa yang Anda punya?"
Smith menjelaskan proposalnya dengan detil, menggarisbawahi manfaat dan potensi kolaborasi di antara mereka. Dia dengan cermat menyajikan argumennya, mencoba meyakinkan Michael tentang keuntungan dari kemitraan tersebut.
Michael mendengarkan dengan seksama, mempertimbangkan setiap kata yang diucapkan oleh Smith.
Dia tahu bahwa tawaran itu bisa menjadi peluang yang menguntungkan, tetapi dia juga waspada terhadap segala risiko yang mungkin terkait.
Setelah Smith selesai menjelaskan propo
Wanita itu mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Iya, aku Liza. Kamu pasti Michael."Liza berdiri dengan sopan dan menjulurkan sebelah tangannya, "Lica Odmire Bluestone.""Michael," balasnya"Senang bertemu denganmu," lanjut Michael sambil duduk di hadapannya. "Maaf aku sedikit terlambat, ada urusan mendadak.""Tidak apa-apa. Aku juga baru saja tiba," jawab Liza dengan senyum ramah.Wanita itu cukup terkejut karena pria di hadapannya ternyata begitu tampan.Mereka berbincang ringan, membahas pekerjaan dan hobi masing-masing. Meski awalnya canggung, Michael mulai merasa nyaman dengan Liza.Dia ternyata seorang pengacara muda yang cerdas dan punya selera humor yang baik. Namun, di pikirannya, Michael terus teringat pada Nayla dan kabar baik yang ingin segera dia sampaikan."Jadi, apa yang membuatmu begitu tergesa-gesa tadi?" tanya Liza tiba-tiba.Michael terdiam sejenak. "Sebenarnya, aku baru saja menyelesaikan kesepakatan penting dengan seorang klien besar. Dan aku ingin segera memberita
Nayla melompat kegirangan dan memeluk Michael erat. "Aku tahu kamu pasti bisa! Ini kabar yang luar biasa!"Michael tersenyum lebar. "Aku juga sangat senang. Sekarang kita bisa fokus pada proyek ini.""Dan berita bagusnya adalah :Kamu juga ikut dalam proyek ini, Nay"Nayla menatap Michael dengan tatapan tidak percaya, "Serius?"Michael menjawab dengan menganggukkan kepalanya, "yah, kamu lulus audisi dengan lima bintang dari juri!""Wow! Keren!" pekik Nayla tanpa sadar.Suara riuh yang dibuat Nayla dan Michael di luar rumah, membuat Nadira terbangun.Dengan sedikit mengantuk, Nadira keluar dari kamarnya untuk memeriksa asal suara. Melihat sang kakak dan sang pujaan hati sedang berpelukan dan berbincang dengan mesra di teras depan, membuat hatinya remuk dan terasa hancur."Kakak, kamu tega sekali," ucap Nadira dengan suara kecil nan parau lalu memilih menangis di atas tempat tidurnya.Sementara di teras, mereka berdua
Zavier menggertakkan giginya, mencoba mengendalikan dirinya. "Aku akan segera selesai. Sampai jumpa nanti." Dengan itu, dia menutup panggilan dan meletakkan ponselnya kembali di meja dengan sedikit hentakan.Zavier mendengkus, berusaha mengatur kembali amarah dalam dirinya yang sedang timbul. Nayla tidak pernah menganggu dan manja seperti ini, monolongnya dalam hati.Ruangan kembali hening. Para klien yang sempat terganggu kini menatap Zavier dengan berbagai ekspresi.Dia merapikan dasinya, mengendorkannya sedikit dan berusaha mengembalikan fokus ke pertemuan yang sedang berlangsung. "Maaf atas gangguan tadi. Mari kita lanjutkan diskusi kita."Meskipun suasana sempat memanas, Zavier berusaha sekuat tenaga untuk kembali berkonsentrasi pada proyek yang tengah dibahas, berharap tidak ada lagi gangguan yang bisa merusak jalannya rapat.Setelah rapat selesai, para klien mulai membereskan berkas-berkas mereka dan meninggalkan ruangan satu per satu, menyi
Zavier mengangkat kedua tangannya, mencoba meredakan ketegangan. "Yang kamu lihat adalah salah paham. Sekretarisku hanya mencoba membantu meringankan ketegangan saya setelah rapat yang sangat penting. Tidak ada apa-apa di antara kami."Sefia tertawa sinis. "Meringankan ketegangan? Dengan memijatmu di kantor? Kamu pikir aku sebodoh itu?"Zavier menghela napas, frustrasi. "Sefia, tolong dengarkan aku. Ini bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku benar-benar lelah dan stres, dan dia hanya mencoba membantu. Tidak ada niat buruk di situ."Sefia mendekat, matanya berkilat marah. "Aku tidak peduli apa niatnya! Kamu selalu punya alasan untuk semuanya. Aku bosan dengan ini, Zavier!""Kamu selalu saja marah-marah dan berprasangka buruk!" seru Zavier.Tanpa sadar, Zavier kehilangan kendali atas kata-katanya. "Nayla tidak pernah melakukan hal sebodoh ini!" kata-katanya meluncur keluar sebelum dia sempat berpikir.Sefia terdiam sejenak, lalu wajahnya beruba
Dengan penuh emosi, Zavier menarik Sefia ke dalam pelukannya, memeluknya erat. "Maafkan aku jika aku pernah membuatmu merasa tidak dihargai atau tidak dicintai. Mulai sekarang, aku akan berusaha lebih baik. Kita akan menghadapi ini bersama."Sefia memeluk Zavier kembali, air matanya mengalir deras namun kali ini lebih karena kebahagiaan daripada kesedihan. "Aku juga minta maaf, Zavier. Aku terlalu cepat marah dan tidak mendengarkan penjelasanmu. Aku ingin kita berusaha lebih baik bersama."Zavier mengusap punggung Sefia dengan lembut. "Mulai sekarang, kita akan lebih terbuka satu sama lain. Dan kita akan menikah, segera. Aku ingin memastikan kamu dan anak kita selalu merasa aman dan dicintai."Dengan janji itu, Zavier dan Sefia merasakan beban yang perlahan terangkat dari pundak mereka. Mereka tahu perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi mereka siap menghadapi segala tantangan bersama sebagai sebuah keluarga.Zavier melepaskan pelukannya sedikit, menatap
Zavier menaikkan tangan dan melihat ke arah jam mewah miliknya lalu berkata, "aku butuh menyelesaikan penandatanganan beberapa dokumen lagi, bagaimana bila kamu menungguku. Mungkin setengah sampai satu jam lagi."Sefia mengangguk, lalu mereka berpisah. Zavier kembali ke ruangannya dan Sefia duduk di lobi.Setelah Zavier kembali ke ruangannya untuk menyelesaikan penandatanganan dokumen, Sefia duduk di lobi, menunggu dengan sabar meskipun sedikit gelisah.Tiba-tiba, ponselnya yang berada di dalam tas berbunyi lagi, membuatnya merasa terganggu. Dengan kesal, dia merogoh tasnya dan mengangkat panggilan tersebut."Apa lagi, Sean? Bukankah aku sudah mengirim uang lagi untukmu?" Sefia berbisik marah ke telepon, berusaha agar orang di sekitarnya tidak mendengar.Di ujung telepon, suara Sean terdengar santai namun sinis. "Sefia, sayang. Uang itu tidak cukup. Kau tahu aku punya kebutuhan yang lebih besar sekarang. Lagipula, apa salahnya sedikit bantuan lagi
Di dalam studio rekaman yang megah, Nayla dan Michael tengah sibuk menyelesaikan proyek terbaru mereka, sebuah soundtrack untuk film layar lebar yang akan ditayangkan tahun ini.Ruangan studio dipenuhi peralatan rekaman modern, lembaran-lembaran partitur musik berserakan di meja, dan suasana kreatif terasa sangat kental.Nayla mengatur mikrofon sambil berkata, "hei,Mich, aku coba lagi ya bagian yang kamu minta ulang tadi."Michael mengangguk dan menyetel mixer, "tentu, Nyla. Aku yakin kali ini akan lebih sempurna. Ingat, coba untuk lebih menekan pada emosi di bagian reff-nya.""Okey!"Nayla mengangguk dengan penuh semangat dan mulai menyanyikan lagunya. Suaranya mengalun merdu, memenuhi ruangan dengan keindahan nada yang menyentuh hati. Tim produksi yang berada di balik kaca studio pun terpana, mereka saling bertukar pandang dan mengangguk puas."Wow, suaranya Nyla memang luar biasa. Lagu ini pasti akan sukses besar," puji Kepala Tim Produks
Dengan semangat kebersamaan yang baru, mereka berdua mengunjungi Nadira setiap hari, memberikan dukungan dan semangat. Lambat laun, kondisi Nadira mulai membaik. Wajahnya yang dulu murung kini mulai menunjukkan senyuman kembali.Michael juga sering memberikan perhatian dan mengajak wanita itu berbicara, sesekali menceritakan hal-hal lucu di kantornya."Terima kasih, Michael, kamu benar-benar teman yang baik.""Saya akan selalu ada untukmu, Nadira. Kamu adalah bagian penting dari keluarga ini.""Betul. Kamu harus cepat sembuh," imbuh Nayla sambil membotong apel.Keakraban yang terjalin di antara mereka semakin kuat. Tidak hanya sebagai keluarga, tetapi juga sebagai sahabat yang saling mendukung. Proyek soundtrack untuk film tersebut pun akhirnya selesai dengan hasil yang luar biasa. Lagu yang dinyanyikan oleh Nayla, dengan sentuhan magis dari Michael, menjadi hit besar dan mendapatkan banyak pujian."Ini adalah karya terbaik kita. Kerja keras