Share

8. Reuni

Author: Jana Indria
last update Last Updated: 2021-05-04 10:57:51

"Kamu punya uang nggak? Buat beli kosmetik."

"Ada, aku tadi sengaja ngambil lebih."

"Kita mampir ke toko dulu ya, buat beli, biar besok nggak repot lagi."

Ratna mengangguk sambil tersenyum, terenyuh hatinya melihat betapa perhatiannya Nay, teman dekatnya sejak mereka sekolah SMA dulu.

Agak lama Nay dan Ratna di toko kosmetik, sepertinya mereka tidak mau salah memilih, karena memilih kosmetik yang tepat dan sesuai dengan kulit itu penting. 

Dengan meneteng tas berisi seragam dan kosmetik yang tadi di belinya, Ratna menepati janji untuk menginap di rumah Nay. 

Melangkah bersama di trotoar, setelah sebelumnya membeli gado gado empat bungkus.

"Kenapa empat, Nay?"

"Rahasia," jawab Nay yang menaikkan alisnya berulang kali.

"Iiih ...," desis Ratna, pupilnya bergerak berputar, jengah dengan sikap yang di tunjukkan sahabatnya.

Ratna dan Nay berhenti di depan sebuah rumah sederhana di dalam sebuah gang yang lumayan sempit.

Nay membuka pagar kayu, dari dalam terdengar suara anak kecil menangis.

"Anak siapa, Nay?" 

Lagi, Nay tak menjawab, dia hanya memberikan isyarat untuk diam dengan ibu jari yang ia letakkan di depan bibirnya.

"Assalamualaikum ...." Nay mengucapkan salam sambil membuka pintu utama hingga terdengar derit yang agak keras. 

"Wa Alaikummus salam."

Dari dalam terdengar ada suara yang menjawab, dua jenis suara yang berbeda. 

"Ratna ....?!"

"Mira ... kamu di sini?" 

Ratna memeluk perempuan berjilbab yang baru saja keluar dari dalam bersama seorang anak perempuan kecil berumur mungkin hampir dua tahun.

"Iya, aku uda lama di sini, kamu kemana aja kok nggak ada kabar, sudah senang lupa sama kawan rupanya." sindir Mira dengan bibir sedikit dia monyong kan ke depan.

"Hei ...." tegur Ratna dengan pandangan tak suka pada Mira yabg setengah menggodanya. Tangannya sibuk menggoda anak perempuan yang ada dalam gendongan Mira.

"Siapa ... kok rame?"

Seorang lelaki berkaca mata, berpenampilan menarik dengan kulit sawo matang, datang dari dalam.

"Rafii ...." seru Ratna yang kaget saat tahu siapa lelaki yang baru saja datang.

Sungguh merupakan suatu kejutan bagi Ratna saat melihat semua sahabatnya saat SMU kini berkumpul di sini. 

"Maaf, kamu siapa?" tanya pemuda yang Ratna panggil Rafi sambil menyipitkan matanya di balik kaca mata.

"Hahhhaha ...."

Semua tertawa hanya Ratna yang tidak, wajahnya di buat seolah sedang kesal karena sapa Rafi yang pura pura melupakannya.  

"Sudah mau berangkat, Mir?" tanya Nay yang melihat Mira sudah berdandan dan menggunakan seragam.

"Mmm ... kayaknya aku tidak masuk malam ini, secara ada sahabat lama datang berkunjung, jadi aku harus menjaga perasaannya,. Bukan?" goda Mira yang kemudian meletakkan anak kecil itu ke alat bantu jalan yang berbentuk seperti donat tapi mempunyai roda. Baby moon walk.

"Kerja apa kamu, Mir?" tanya Ratna.

Saat ini mereka berempat duduk bersama, sambil terus memperhatikan si bayi, yang melangkah ke sana ke mari.

"Aku perawat, Na. Kamu sendirian apa sama suamimu?"

Ratna terdiam mendengar Mira bertanya. 

"Na ...."

Ratna yang tak sanggup lagi menahan kepiluan hidupnya, tiba tiba sudah memeluk Nay dengan sangat erat, isak tangisnya pun mulai terdengar.

"Na ...."

Nay mengurai pelukan mereka, saat di tangannya sudah memegang segelas berisi air yang tadi diambil Mira.

"Sudah tenang kan?" tanya Nay saat melihat Ratna menghabiskan air di dalam gelas dalam sekali minum, dan Ratna mengangguk sebagai jawabannya. 

"Sekarang ceritakan, ada apa?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abdullah Sajad
oke bingits nih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Tanpa Tapi   105. Tamat

    "Sudah siap?" tanya Delon, pada Aldo yang memasukkan semua perlengkapan istri dan dirinya ke dalam tas ransel yang Mak bawa tadi dari rumah.Terlihat Aldo menganggukkan kepalanya sekilas. Menjawab pertanyaan Delon.Hari itu hari ke empat setelah Ratna bangun dari tidurnya, dan dokter yang menangani Ratna sudah memberikan izin untuk pulang."Pak Ri, yang tas itu, nanti tolong di bawa ke rumah, ya. Jadi kita cuma bawa tas yang ini aja."Aldo menunjuk tas yang lebih besar untuk di bawa pak Ri yang mengiyakan perintah majikannya, serta langsung membawa pergi setelah sebelumnya pamit lebih dulu pada Aldo dan Ratna."Nanti kau pakai saja mobilku, Do. Aku bisa pakai taxi online nanti."Delon menyodorkan tangannya yang sedang memegang kunci mobil."Terima kasih," ucap Aldo, tangannya ikut maju mengambil kunci yang disodorkan Delon."

  • Cinta Tanpa Tapi   104. Disa dan Denis

    Terlanjur, dokter Siska sudah memencet tombol di atas kepala Ratna, memberitahukan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pasien."Apa yang kau lakukan?" tanya Aldo yang masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah marah. Tangannya mengepal menahan geram."A-aku ...." jawab Siska yang tergagap, kaget! Wajahnya pucat seketika."Bang ...."Seperti tak percaya Aldo mendengar Ratna memanggilnya, seketika itu juga ia menoleh ke arah istrinya dan baru menyadari kalau perempuan yang ia cintai sudah bangun dari tidur panjang."Yang ...."Aldo mendekat ke arah Ratna, menggenggam tangan istrinya erat, dan menciumi setiap inci wajah perempuan yang sangat ia cintai.Membuat dokter Siska seketika itu juga mundur perlahan menuju pintu.Hampir saja dirinya menabrak beberapa dokter dan perawat yang berdatangan mendekati Ratna, dan mem

  • Cinta Tanpa Tapi   103. Ti–ti–dak ....

    "Mas, baju yang mau di bawa yang mana?" tanya Mak siang itu.Mak sengaja di antar pak Ri untuk mengantarkan baju bersih yang akan di pakai Aldo, di rumah sakit. dan membawa balik baju yang sudah kotor untuk Mak cuci di rumah.Tanpa bicara, Aldo yang dengan wajah sangat menampakkan kesedihan, memberikan baju yang sudah ia lipat dalan paperbag yang lumayan besar pada Mak."Mbak gimana, Mas?" tanya Mak, dengan tangan terulur menerima paper bag dari Aldo."Masih tidur, Mak. Tolong doain, ya. Biar bisa cepat pulang ke rumah." Aldo sedikit tersenyum, senyum yang terlihat terpaksa."Iya, Mas. Saya dan Mak selalu berdoa semoga Mbak dan si kembar cepat pulang, biar rumahnya ramai." Pak Ri yang tadinya hanya terdiam mendengarkan, kali ini ikut membuka suara.Sudah sebulan lebih pasca kecelakaan, Ratna tak sadarkan diri. Terbaring lemah dengan beberapa

  • Cinta Tanpa Tapi   102. Yang terbaik ....

    "Apa tidak sebaiknya kalau kamu, aku antar saja, Yang?" usul Aldo saat melihat istrinya mengambil kunci mobil, pagi itu setelah sarapan bersama."Tidak usah, aku baik baik saja, kok!" jawab Ratna yang mendekat untuk mencium pipi, dan punggung tangan kanan suaminya."Tapi perutmu sudah tak memungkinkan untuk menyetir, Yang ...."Jelas saja Aldo sangat khawatir dengan kondisi Ratna, yang memaksa menyiapkan sendiri acara tujuh bulanan si kembar yang rencananya akan di laksanakan seminggu lagi."Perutku tidak masalah kok, Bang. Asalkan kau tidak lagi terlalu mempermasalahkan," ujar Ratna, yang terus melangkah melewati dapur menuju ruang garasi.Setelah sebelumnya meminta Mak untuk membuka pintu garasi dan juga pintu pagar.Sambil mengikuti istrinya dari belakang, Aldo hanya bisa mengambil nafas panjang dan mengembuskannya dengan kasar.&n

  • Cinta Tanpa Tapi   101. Gaya bumil (21+)

    Ratna terus mengulang pertanyaan yang sama hingga membuat dokter Agni sedikit gemas."Hei! Saya serius, Bu! Anda hamil. Selamat ya ...."Masih banyak lagi pesan yang dikatakan oleh dokter di depannya yang sedang membersihkan perut Ratna dari gel tadi. Namun, Ratna hanya bisa menangis sambil terus memandangi layar."Sekarang anda boleh berbalik ke kanan, baru kemudian bangun dengan perlahan," suruh dokter Agni pada Ratna yang ia ikuti."Benarkan apa yang aku bilang." Siska tersenyum sambil terus memainkan ponselnya."Memangnya dokter Siska bilang apa!" tanya dokter Agni yang kemudian pindah ke kursi miliknya dan menuliskan sesuatu di sana."Cuman minta traktiran kalau mereka berdua terbukti hamil," jawab dokter Siska, yang kemudian tertawa terbahak."Ah dokter Siska, ada ada saja!" seru dokter Agni, yang kemudian memberikan amplop co

  • Cinta Tanpa Tapi   100. Aku mandul!

    "Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya.Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah."Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay."Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara."Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi"Tapi–""Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini."Tapi–""P

  • Cinta Tanpa Tapi   99. Mie ayam

    "Kamu nggak makan? Serius?" tanya Aldo setelah selesai menelan makanan yang tadi di dalam mulutnya kemudian ia dorong dengan cara meminum air mineral, hingga terasa kerongkongannya yang lega."Kenapa?" tanya Ratna, bersuara pelan dengan penuh perhatian."Kalau aku saja yang makan, gimana? Bolehkan? Dari pada jadi mubasir kan sayang, Yang," rayu Aldo, sambil menaik turunkan kedua alisnya bersamaanRatna tersenyum, dan ia sudah menduga sebelumnya. Hanya saja yang masih tidak ia percayai betapa Aldo sudah membuang urat malunya dengan makan sembarangan di tempat umum."Boleh?" tanya Aldo, lagi!"Boleh, silahkan?!"Ratna mendekatkan mangkok yang seharusnya menjadi miliknya untuk lebih dekat lagi dengan Aldo."Makasih ya, Sayang," ucap Aldo yang langsung mengeksekusi mie di hadapannya."Habis ini kita jala

  • Cinta Tanpa Tapi   98. Aldo sakit.

    "Sudah datang, Yang?" tanya Aldo yang sedang duduk di depan tv, sambil memangku buku tebal di pahanya. Saat merasa ada seseorang yang tiba tiba sudah mencium pipinya dari belakang."Iya ...." jawab Ratna, yang kemudian melangkah di samping Aldo, setelah tadi mencium pipi dan kening lelaki tampan bermata tajam itu.Dia sengaja pulang awal karena Mak menghubunginya tadi dan mengatakan kalau Aldo sedang sakit."Tadi kata Mak, Abang belum makan apa pun ya, kenapa? Mau aku buatin sesuatu?" tanya Ratna yang sudah duduk di samping kaki Aldo yang sedang selonjoran, sambil mencium punggung tangan suaminya itu. Kemudian berpindah memijat betis Aldo.Selama hampir setahun menikah, baru kali ini Aldo sakit hingga membuat nafsu makannya hilang. Aldo terkenal sangat menjaga sekali kesehatan badannya, dan itu yang membuat Ratna heran."Tidak usah, aku sendiri bingung dengan sakitku. Setiap meli

  • Cinta Tanpa Tapi   97. Kurang kuat? (21+)

    Ratna terjaga dari tidurnya saat merasakan sentuhan sentuhan halus pada kulit tubuhnya, terutama di bagian dada, tangan itu terasa meremasnya lembut.Ratna menggelinjang kegelian, gelenyar gelenyar kenikmatan itu mulai datang.Posisi tidur Ratna yang miring ke kanan, benar benar membuat tangan milik Aldo itu bergerak sangat bebas dari belakang punggungnya.Pura pura tak ingin di ganggu, Ratna menahan tangan itu. Dan memeluk di dadanya.Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali merasakan serangan benda basah dan kenyal itu di bagian leher belakang area telinga dan bahunya yang terbuka.Mengundang sengatan birahi yang lebih besar lagi.Dengan sedikit terpaksa Ratna membuka matanya dan mengerjapnya berulang kali. Dan melihat ke arah jam, masih menunjukkan jam empat pagi."Akhirnya kau bangun juga." Aldo bersuara dengan suar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status