Share

CT30jt Bab 2.

“Kamu sudah siap?” tanya Memey menyentuh pelan pundak sahabatnya.

Selepas sang ibu yang selalu mengatur hidup Cinta keluar kamar, Memey di minta untuk menjemput Cinta dan membawa pada tempat yang telah di tentukan.

Cinta tersenyum menatap mata hazel sahabat yang paling mengerti isi hatinya. Sejurus kemudian menggeleng pelan dan bibirnya bergetar menahan tangis.

“Kamu harus ikhlas, ini adalah takdir cinta kalian. Selama ini kamu telah membuktikan dengan tetap setia pada Ryan. Lima tahun kamu menunggu kepastian sampai-sampai kamu tidak pernah menjalin cinta dengan lelaki manapun.”

Memey berusaha membesarkan hati Cinta dengan mengingatkan betapa kuatnya Cinta menjaga hati sejauh ini.

“Ini sangat berat Mey,” lirih Cinta pelan.

“Aku tahu, ini tidak mudah. Percayalah pria yang ada di luar sana adalah orang yang paling tepat untukmu. Ta, Tuhan maha tahu mana yang terbaik untuk hambanya. Mungkin saat ini, detik ini kamu merasa ini tak adil. Bisa saja suatu hari nanti kamu akan sangat mensyukurinya. Kamu akan merasa menjadi wanita paling beruntung telah menjadi rusuknya.” Memey menarik Cinta dalam dekapannya.

Cinta menurut membiarkan Memey memeluknya. Per sekian detik dua gadis itu berpelukan saling menguatkan. Karena bukan hanya Cinta yang bersedih Memey pun juga, mengingat beratnya hidup yang akan dihadapi sahabatnya nanti.

“Kamu wanita yang kuat dan pasti bisa melewati ini semua. Ayo semangat, sebentar acara akan dimulai,” ujar Memey mengurai pelukan dan membantu Cinta merapikan kembali penampilannya.

Lalu menggandeng lengan Cinta berjalan bersama keluar kamar menuju tempat yang telah disediakan.

Cinta sekilas mengedarkan pandangan pada semua yang hadir hingga tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan pria yang sebentar lagi akan bergelar suami.

“Sial,” decis Cinta pelan mengangkat salah satu ujung bibir menandakannya sedang jijik.

Para tamu undangan memberi ruang untuk Cinta berjalan dan sampai pada tempat duduknya.

Sekuat jiwa raga lahir dan batin Cinta menahan diri untuk tidak meneteskan air mata. Cukup luka dan sakit ini dia yang rasa dan selamanya menjadi rahasia hatinya.

Cinta tulusnya pada seorang insan telah tergadai seharga 30jt dan tidak akan pernah bisa ditebus hingga maut bertamu.

“Saya terima nikah dan kawinnya Cinta Maulina Suherman binti Hamdan Suherman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Dalam satu tarikan nafas pemuda yang bernama lengkap Abizar Uwais Dewantara telah berhasil menghalalkan gadis yang tidak pernah menyukainya.

Sama seperti halnya Cinta, Abizar juga menjalani pernikahan ini dengan amat sangat terpaksa.

“Bagaimana saksi? Sah,” ujar sang penghulu di balas anggukan kompak empat orang pria merupakan perwakilan dari kedua belah pihak.

“Sah.”

“Sah.”

Kata itu menggema di seluruh penjuru ruangan seperti tikaman belati dalam jiwa Cinta. Tangannya meremas sangat erat ujung lengan bajunya menguatkan diri untuk jangan sampai meneteskan satu tetesan air mata.

Abizar yang melirik Cinta sejenak dan tersenyum miring.

Acara sangat lancar, hampir semua undangan yang tersebar hadir. Dan itu tentu sangat melelahkan bagi kedua mempelai.

Mengulas senyum palsu pada semua yang hadir cukup membuat Cinta lupa dengan luka dan kesakitannya.

Namun, sejak dari resmi menjadi pasangan suami istri baik Cinta maupun Abizar tidak saling menyapa.

Mereka hanya duduk bersanding layaknya pengantin pada umumnya. Tanpa kata dan suara walau sekedar hay.

Hingga acara selesai dan para tamu satu per satu pulang kerumah masing-masing pasangan pengantin itu tak kunjung menyapa.

Saat akan meninggalkan pelaminan Cinta hanya melihat suaminya tanpa ekspresi lali melepaskan sepatu hak tingginya guna memudahkan menuruni tangga pelaminan.

“Tugasmu sangat besar Aby,” gumam Abizar menatap punggung gadis yang tadi pagi resmi menjadi istrinya.

Cinta meremas ujung bajunya seraya berlari kecil, dia sudah tidak tahan mengenakan pakaian yang melekat di tubuh langsingnya lebih lama lagi.

Selain itu juga dia juga ingin menghindar dari pria yang telah resmi menjadi suaminya.

“Ingat, kamu sekarang telah menjadi istri orang. Lupakan minta monyetmu itu.” Cinta meringis menahan sakit pada lengan yang di cekal sang ibu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status