Share

bab 6

Penulis: Sliming
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-18 23:54:31

Semenjak pertemuan diantara mereka berdua, Inez selalu memikirkan Adit. Bahkan setiap kali membantu ibunya untuk menyiapkan semua untuk mereka dirinya selalu bersemangat.

“nanti sore kita masak untuk mereka lagi kan, Bu,” tanya Inez.

“Iya Neng, tumben kamu setiap kali menanyakan hal itu?” Jawab Nilam. Dia merasa heran dengan tingkah putrinya yang selalu antusias, padahal sebelumnya Inez sangat tidak suka saat di minta membantu dirinya.

“Memangnya tidak boleh Bu?” Sahut Inez.

“Tentu saja boleh, justru ibu senang karena kamu sekarang sudah mau membantu,” ujar Nilam.

“Selama ini. Aku suka membantu Ayah dan Ibu,” jawab Inez.

“Iya ibu tahu, tapi kan sebelumnya kamu mengeluh saat membantu ibu. Kenapa sekarang semangat sekali?” tanya Nilam dengan raut wajah penuh rasa penasaran.

Inez menyadari jika ibunya pasti sekarang curiga mengapa tiba-tiba dia bersemangat, tentu saja alasannya tidak lain agar bisa bertemu dengan Adit.

“Semangat salah, mengeluh juga salah,” keluh Inez sambil menghela napas panjang.

“Ya sudah! Sekarang lebih baik kamu beresin dulu ini, nanti setelah selesai kita langsung ke sana,” ucap Nilam. Sembari memberikan setumpuk cucian yang di bawanya.

Inez segera melipat semua baju, dengan penuh semangat. Melihat itu Nilam merasa senang karena Inez sudah tidak banyak mengeluh lagi.

Setelah menyelesaikan semuanya, Inez yang sudah tidak sabar bergegas mencari ibunya.

“Ibu, ayo,” ucap Inez seraya menarik lengan Nilam.

“Sebentar Neng, ibu selesaikan ini dulu,” jawab Nilam.

“Aku tunggu di sini aja,” ujar Inez. Dia bergegas duduk di samping ibunya yang masih sibuk menyiapkan makanan untuk di bawa.

Nilam hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah semuanya siap, Nilam langsung mengajak Inez berangkat.

“Ingat, selama di sana. Jangan terlalu dekat dengan mereka,” pesan Nilam.

“Memang kenapa Bu?” tanya Inez sambil menoleh ke arah ibunya.

“Ibu hanya takut, kalau nanti kamu akan terbawa pergaulan kota,” jawab Nilam. Yang memiliki perasaan takut akan hal itu.

“Ibu tidak usah khawatir, aku hanya bertegur sapa saja. Dan tidak pernah lebih dari itu,” ucap Inez.

“Kalau hanya sekedar itu, ibu tidak melarang,” jawab Nilam.

Mereka sampai di depan halaman rumah yang di tempati Adit dan teman-temannya, Nilam merasa heran karena melihat Adit berada di rumah. Berbeda dengan Inez yang langsung menyunggingkan senyum ketika melihat Adit.

“Assalamualaikum,” ucap Nilam bersama dengan Inez.

“Waalaikumsalam, Bu,” jawab Adit yang langsung berdiri. Saat melihat keduanya datang.

“Tumben Nak Adit ada di rumah? Memang tidak ikut dengan yang lain?” tanya Nilam. Mengingat tadi pagi suaminya pamit untuk mengantarkan mereka.

“Saya lagi kurang enak badan Bu, jadi tidak ikut,” jawab Adit. Dia terpaksa berbohong dan mengatakan itu, semua demi dapat bertemu dengan Inez.

“Kalau begitu, nanti ibu buatkan teh hangat,” jawab Nilam.

“Iya Bu, terima kasih,” ucap Adit.

Tidak menunggu lama Nilam bergegas masuk untuk membuatkan teh hangat, sedangkan Inez masih berdiri di tempatnya sambil menundukkan wajahnya yang sudah merah merona setiap bertemu dengan Adit.

“Apa kita bisa bicara sebentar?” tanya Adit. Setelah memastikan bahwa Bu Nilam telah masuk ke dalam.

“Aku harus membantu ibu dulu,” jawab Inez. Masih dengan menundukkan kepalanya.

“Nanti setelah selesai saja, aku tunggu kamu di halaman belakang,” ucap Adit. Yang masih menatap Inez yang berdiri tepat di hadapannya.

Tanpa menjawab perkataan Adit sama sekali, Inez bergegas melangkah menyusul ibunya. Setelah merasa jauh dia bisa menarik napas lega, karena setiap dekat Adit membuatnya sulit bernapas bahkan jantungnya berdetak lebih cepat.

Nilam yang berada di belakang langsung meminta Inez untuk mengantarkan teh hangat yang di buatnya untuk Adit, akhirnya Inez punya alasan bertemu dengan Adit lebih cepat.

Adit yang masih duduk di teras depan, langsung menoleh saat melihat Inez memberikan segelas teh kepadanya.

“Terima kasih,” ucap Adit sambil meraih gelas dari tangan Inez.

“Sama-sama,” jawab Inez.

“Apa kita bisa bicara sekarang?” tanya Adit. Dia sudah tidak sabar Ingin mengutarakan isi hatinya.

“Tapi jangan lama-lama, aku takut ibu mencari aku,” jawab Inez. Dia sangat takut jika sampai ibunya tahu pasti akan menjadi masalah.

Adit menaruh gelas di atas meja, tidak mau membuang waktu dia segera menarik tangan Inez dan membawanya ke halaman belakang.

“Kamu mau bicara apa?” tanya Inez. Setelah mereka sampai di halaman belakang.

“Aku mencintaimu,” jawab Adit. Dia langsung mengutarakan perasaannya, tanpa memperdulikan pertanyaan yang diberikan oleh Inez.

Inez begitu kaget, bahkan dia tidak percaya apa yang dia dengar barusan. Dia mencubit lengannya sendiri untuk meyakinkan bahwa semua bukan mimpi.

Melihat tingkah lucu wanita di hadapannya membuat Adit tersenyum, entah mengapa setiap apa yang dilakukan Inez selalu membuatnya semakin jatuh cinta.

“Pasti kamu bercanda?” ucap Inez. Yang mengganggap bahwa Adit sedang mengerjainya.

“Aku serius, sekarang kamu tinggal jawab saja,” pinta Adit.

Inez terdiam bahkan jantungnya berdetak lebih kencang, dia tidak menyangka perasaan yang dia miliki tidak bertepuk sebelah tangan.

Tanpa sadar dia menganggukkan kepalanya.

Adit melihat itu langsung bersorak kegirangan, tetapi sesaat kemudian dia langsung menutup mulutnya. Karena takut jika Bu Nilam mendengarnya.

“Kamu mencintaiku juga?” tanya Adit seraya meraih kedua tangan Inez.

“I-iya,” jawab Inez.

“Berarti mulai hari ini, kita pacaran?” tanya Adit kembali.

Inez mengangguk sebagai jawaban.

Nilam baru sadar Inez telah pergi cukup lama, membuatnya bergegas mencarinya.

“Neng,” panggil Nilam.

Inez dan Adit yang mendengarnya langsung panik, dengan cepat Inez meminta Adit pergi dari sana. Karena dia takut jika ibunya akan marah bila melihat dirinya berdua seperti sekarang.

“Iya Bu,” jawab Inez. Dia buru-buru berlari ke dalam rumah.

“Kamu ke mana aja?” tanya Nilam. Saat melihat Inez berjalan menghampirinya.

“Tadi aku menyapu di halaman depan Bu,” ucap Inez. Untuk pertama kalinya dia berbohong kepada ibunya.

“Ibu kira ke mana, ya sudah! Ayo kita pulang,” ajak Nilam. Karena semuanya sudah selesai.

“Iya Bu,”

Esok harinya, demi dapat bertemu Adit. Inez kembali harus berbohong kepada kedua orang tuanya, tanpa rasa curiga mereka memberikan izin kepada Inez.

Di ujung desa Adit sudah menunggu Inez cukup lama, hingga dari kejauhan dia melihat sosok yang dia tunggu sejak tadi. Senyum langsung mengenang di wajahnya.

“Maaf, aku telat,” ucap Inez.

“Tidak apa-apa,” jawab Adit.

“Sekarang kita mau ke mana?” tanya

Inez.

“Aku ingin berkeliling saja, apa kamu tidak keberatan?” jawab Adit.

“Tidak,” ucap Inez.

Mereka berjalan sambil bergandengan tangan, tetapi di tengah perjalanan tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras. Membuat mereka berdua mencari tempat berteduh.

Hingga mereka menemukan sebuah gubuk di pinggir desa, keduanya memutuskan berteduh di sana sampai hujan reda. Cuaca yang begitu dingin, membuat tubuh mereka menggigil.

Keduanya yang terbuai dalam gelora asmara membuat mereka melakukan hal yang tidak seharusnya, gubuk tua itu kini menjadi saksi atas penyatuan cinta mereka berdua.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Terhalang Restu   bab 30

    Nia membantu merawat Inez dan juga bayinya, mengingat dia hanya seorang diri bahkan ini pengalaman pertama baginya, walau tidak memiliki pengalaman. Namun, Nia telaten dalam mengurus bayi membuat Inez semakin kagum dengan sosoknya.Tetapi di sisi lain Inez semakin merasa berhutang budi banyak kepada Nia, karena rela menutup tokonya sementara demi membantu dirinya. “Mbak, terima kasih banyak. Maaf kalau aku jadi merepotkan,” ucap Inez. “Kamu jangan ngomong gitu, aku senang bisa bantu kamu,” jawab Nia. Dia langsung memberikan Devano kepada Inez untuk di beri asi, setelah semua selesai karena hari sudah sore Nia berniat untuk berpamitan karena dia harus segera pulang. “Nez. Kamu gak apa-apa kalau aku tinggal?” tanya Nia. “Iya Mbak,” jawab Inez. Nia sekarang lebih tenang setelah mendapatkan jawaban seperti itu, dia langsung bersiap-siap tidak lupa menggendong Devano terlebih dahulu sebelum dirinya pulang. Waktu terus berjalan tanpa terasa kini Devano berusia 6 bulan, Inez memberika

  • Cinta Terhalang Restu   bab 29

    Satu Minggu berlalu Inez yang merasa bosan berada di rumah terus memutuskan untuk berkunjung ke toko. Namun, saat hendak melangkah tiba-tiba dia merasakan perutnya sakit. “Aduh,” ucap Inez sambil memegangi perutnya. Inez langsung menyandarkan diri sambil menarik napas supaya rasa sakit di perutnya mereda, setelah merasa lebih baik dia segera mengambil tas dan bergegas pergi. Selama perjalanan menuju toko sesekali dia merasakan kontraksi yang tidak terlalu sering. Namun, masih bisa di tahan. Dia langsung menarik napas lega setelah sampai di depan toko setelah perjuangan berjalan ke sana sambil merasakan perutnya yang sesekali terasa sakit. Dia menunggu sebentar setelah melihat masih banyak pembeli di sana, sambil sesekali mengelus perutnya yang terasa kencang.“Nez. Kenapa kamu di sini?” tanya Nia. Tanpa sengaja dia melihatnya berada di dekat toko. “Aku mau main Mbak, Cuma tadi lagi rame jadi menunggu di sini,” jawab Inez sambil berjalan menghampiri Nia. Wajah Nia begitu sangat b

  • Cinta Terhalang Restu   bab 28

    Inez mulai tampak lelah karena sekarang kandungannya sudah memasuki usia 9 bulan. Namun, dia masih semangat bekerja. Sering kali Nia mengingatkan agar dia mengambil cuti supaya tidak terlalu lelah, tetapi Inez masih masih semangat dan kuat untuk tetap bekerja. “Apa kamu belum mau ambil cuti?” tanya Nia. “Belum Mbak, lagian aku masih kuat,” jawab Inez. “Tapi aku sangat khawatir,” ucap Nia. “Gak usah khawatir Mbak, aku baik-baik saja,” jawab Inez. “Ya sudah. Tapi kalau kamu capek istirahat, jangan terlalu di paksakan,” sahut Nia. “Iya Mbak,” jawab Inez. Sebenarnya Nia sudah merasa tidak tega saat melihat Inez, tetapi karena semangat dan keras kepalanya membuat dia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan sering kali dia meminta Inez untuk sering beristirahat tapi tidak pernah di dengarkan. Nia menatap Inez dengan tatapan yang sulit di artikan, mungkin kalau dirinya ada di posisi seperti Inez saat ini dia pasti sudah menyerah. Tidak terasa matanya langsung berkaca-kaca saat mengingat k

  • Cinta Terhalang Restu   bab 27

    Leli yang memang sudah mengatur pertemuan untuk Adit dan Keyla, meminta agar putranya itu bersiap-siap karena mereka akan pergi ke rumah keluarga Wiguna. Yang tidak lain orang tua dari Keyla.“Kenapa harus secepat ini?” tanya Adit. Dia tidak pernah mengira bahwa perjodohan yang di usulkan oleh Maminya begitu cepat.“Bukannya lebih cepat itu lebih baik,” ucap Leli.“Benar, lagian apa yang kamu tunggu?” Sambung Hendra. “Aku belum siap,” ujar Adit. Keduanya langsung kaget saat mendengar hal itu, tentu mereka tidak menyangka kalau Adit akan mengatakannya. “Apa?” tanya Leli. Seraya menatap dengan tatapan kesal kepada Adit. “Aku memang setuju untuk bertemu dengan wanita pilihan kalian, tetapi tidak secepat ini,” ucap Adit. “Jangan membuat masalah,” sahut Hendra.Dia segera beranjak dari duduknya saat merasa kalau Adit sedang mempermainkan mereka berdua. “Pokoknya. Mami tidak mau dengar apa pun, kita akan pergi malam ini,” ucap Leli.Sungguh Adit semakin tidak habis pikir, mengapa ora

  • Cinta Terhalang Restu   bab 26

    Kehidupan Inez mulai membaik setelah dirinya bekerja, bahkan dia merasa bersyukur memiliki bos seperti Nia. Yang selalu memerhatikan apa pun tentang dirinya hingga membuat dia tidak merasa sendirian lagi. Tetapi semuanya berbanding terbalik dengan kehidupan yang Adit  jalani, semenjak lulus kuliah dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, hal itu membuat kedua orang tuanya berniat untuk mengajarkan Adit mengelola perusahaan yang kelak akan menjadi miliknya. Beberapa bulan berlalu. Namun, sikap Adit masih dingin bahkan dia cenderung lebih suka mengurung diri di kamar, hal itu membuat kedua orang tuanya memikirkan rencana untuk mencarikan calon istri untuk Adit. Hendra tahu bahwa putranya belum bisa lepas dari bayang-bayang wanita itu, memutuskan untuk mengajak membantunya di perusahaan. Adit menolak permintaan Papinya karena dia merasa tidak cocok bekerja di sana, terlebih dia tidak tertarik dengan dunia bisnis.

  • Cinta Terhalang Restu   bab 26

    Hari pertama bekerja Inez begitu sangat bersemangat bahkan terkadang dia sampai lupa untuk beristirahat, hal itu membuat Nia begitu kesal karena Inez tidak mementingkan asupan makanan untuk calon bayinya.“Kamu belum makan?” tanya Nia.“Belum Mbak, nanti saja,” sahut Inez. “Sekarang kamu makan dulu, ini sudah lewat jam makan siang. Nanti biar itu aku yang selesaikan,” ucap Nia. Dia segera menarik roti yang tengah di susun Inez.“Tapi Mbak, ini tinggal dikit lagi,” jawab Inez. “Baiklah! Kalau kamu mau selesaikan ini. Tapi mulai besok tidak perlu datang kesini lagi,” kesal Nia. “Kalau gitu, aku makan dulu Mbak,” ucap Inez Dia hanya mengangukan kepalanya sebagai jawaban.Mendengar Nia berkata seperti itu Inez mau tidak mau menurut karena dia tidak ingin sampai kehilangan pekerjaannya, dia segera melangkah pergi ke ruangan belakang di mana Nia suda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status