Share

Bab 5

Author: Kaporan
last update Last Updated: 2021-03-09 19:08:07

"Mas Brian lepasin! Lengan aku sakit!" pinta Kaina berusaha untuk melepaskan genggaman keras tangan Brian di lengan mungilnya.

Brian langsung menghentikan langkahnya. Sekarang mereka berdua sudah berada di depan gudang.

"Sakit? Sudah tau sakit kenapa kau malah ikut campur urusan aku, Hn? Apa kamu sudah siap mati di hadapan aku sekarang?" tanya Brian. 

Kaina menunduk mendengar ancaman itu keluar dari mulut Brian dengan sangat jelasnya.

"Maaf mas tapi aku kasian sama Rangga dia____"

"APA HUBUNGANNYA RANGGA DENGAN KAMU GADIS TOLOL?"

Teriakan itu berhasil menghentikan ucapan Kaina. Sekarang Brian sudah benar-benar murka, ia tidak suka orang lain ikut campur dalam urusan pribadinya.

"I-iya mas, a-aku aku mengaku salah." Kaina gemetar.

"Aku sebenarnya capek sekali untuk selalu berurusan dengan perempuan bodoh tolol bahkan goblok seperti kamu. Tapi karena kamu sudah berani membuat aku murka jadi bersiap siaplah dengan hukuman mu ini." Brian menarik lengan Kaina lagi, ia menarik paksa Kaina untuk masuk ke dalam gudang.

"Mas aku mohon, jangan kunci aku di gudang! Aku berjanji aku gak akan ikut campur lagi, aku bersumpah itu mas, tolong mas." Kaina memohon mohon dengan berurai air mata.

Brian hanya diam. Dia mendorong tubuh Kaina agar masuk ke dalam.

"Tempat kamu itu sebenarnya di sini? Bukan di kamar tamu," ucapnya.

"Mas aku mohon! Tolong jangan kunciin aku di gudang! Aku berjanji aku gak akan mengulanginya lagi..."

"Mas Brian, aku mohon mas..."

Brian menarik pintu itu untuk tertutup kembali.

"MAS BRIAN! MAS, AKU MOHON MAS!"

Air mata terus mengalir di pipi mulus Kaina. Dia sudah memohon mohon agar tidak di kurung di dalam gudang namun Brian tidak bereaksi sedikit pun.

BRAK. 

Brian menutup pintu itu dengan sangat kencang hingga menimbulkan bunyi yang keras.

Bug...bug...bug! 

Kaina mengedor ngedor pintu itu agar Brian bisa menunda niatannya tersebut.

"MAS AKU MOHON! MAS BRIAN AKU MOHON KELUARKAN  AKU MAS." tangisan itu pecah dengan sangat deras.

Kaina duduk bersandar di depan pintu. Dia begitu lelah hari ini memikirkan jalan hidupnya yang selalu serba salah di mata orang lain.

Tangisan itu semakin lama semakin deras. Kaina memeluk erat kedua lututnya, ia menumpahkan semua air matanya di gudang tersebut.

Kaina mengingat semua kenangan waktu masa kecilnya, di mana dia selalu di manja bahkan di sayang. Rasa itu sekarang sudah menghilang, kerinduan datang menjelma sebagai angin lewat saja.

Kaina masih mengingat dengan jelas enam belas tahun yang lalu di saat usianya masih empat tahun. Anak laki-laki berusia dua tahun lebih tua darinya menangis di pinggir jalan karena di bully oleh temannya. Anak laki-laki berbadan gemuk, berkulit hitam dan bergigi behel. Kaina masih mengingat dengan jelas ucapan anak laki-laki itu.

"Hari ini kamu menyelamatkan aku. Tapi saat aku besar nanti aku yang akan selalu menjaga kamu dari para orang orang jahat dan aku gak akan membuat kamu menangis! Aku berjanji itu."

Ucapan itu masih terputar jelas di telinga Kaina. Anak laki laki bergigi behel yang memiliki badan gemuk mengatakan kata kata tersebut dengan sangat serius dan penuh keyakinan.

Kaina menjadi menangis mengingat itu, kenangan masa kecilnya jauh lebih menyenangkan dari pada sekarang.

"Aku rindu kamu laki-laki gemuk bergigi behel, seperti apa kamu sekarang? Sembilan belas tahun lamanya aku tidak pernah bertemu lagi dengan kamu."

Tetesan air mata terus membasahi pipi Kaina tanpa henti.

"Aku sekarang ingin menagih janji kamu laki-laki behel. Aku menangis hampir setiap hari karena orang orang jahat di sekitar aku. Apa kamu bisa membantu aku?"

Kaina menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, ia menangis sesenggukan.

[Ayah, Ibu. Aku tersiksa di sini, aku gak kuat disini, ] Seru Batin Kaina.

*

Brian berjalan menuju sofa ruang tamu sambil membawa sebuah laptop yang masih tetap menyala. 

"Dimana Kak Kaina?" tanya Rangga. 

Brian menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke arah belakang yang di sana sudah ada Rangga dengan ekspresi wajah kesal. Brian hanya menatap Rangga dengan sinis diam dan tidak bereaksi sedikit pun. 

"Lo budek? DIMANA KAINA BRIAN BRENGSEK?!"

Brian tersenyum mendengar teriakan tersebut. Dia tidak memperdulikan semua pertanyaan Rangga. 

"Gue tanya di mana Kaina? Di mana lo sembunyikan dia?" bentak Rangga. 

"Aku tidak akan memberitahu kamu" jawab nya singkat. 

Brian melangkahkan kaki kembali untuk menuju sofa. 

"BEDEBAH, DASAR BAJINGAN! Lo kira gue bisa mencari Kaina sendirian di rumah segede ini, ah? Lo pikir dong ini rumah semua ruangnya kedap suara bahkan gue sudah cari Kaina keliling semua ruangan tapi gak ada! Lo umpetin di mana Kaina Brian?!"

Rangga tersulut emosi dia sudah keliling mencari Kaina di rumahnya sendiri namun tidak ketemu hingga kemudian dia memilih untuk menanyakan di mana keberadaan Kaina yang di sembunyikan oleh kakak kandungnya itu. 

Brian sampai di sofa, ia menaruh laptopnya kemudian duduk. Brian menoleh ke arah Rangga. 

"Jangan melakukan kesalahan dua kali." kata Brian. 

"Gue gak peduli! Mau gue melakukan kesalahan berapapun, beribu ribu kali pun gue gak peduli! Percuma gue ngelakuin yang bener ujung ujungnya gue tetep salah di mata busuk lo itu."

"Dewasa itu perlu! Jangan menjadi anak kecil, usia kamu sudah akan menginjak masa dewasa! Tolong jaga sikap dan jangan coreng keluarga Wilson di mata semua orang karena kelakuan kotor kamu itu, " tutur Brian dengan santai. 

Rangga mengepalkan kedua tangannya. Dia mencoba untuk mengontrol emosinya meskipun sudah di ubun ubun. 

"Kelakuan gue emang kotor tapi gue gak pecundang seperti lo! Cowok kok kasar sama prempuan? Menyiksa anak orang dengan lebel menikahinya namun itu hanya alat untuk balas dendam, bukannya itu jauh lebih bajingan lagi?" tanya Rangga. 

"Jangan ikut campur! Duniamu duniamu dan duniaku adalah dunia aku. Jangan samakan aku dengan kamu, kita berbeda pemikiran dan sikap menghormati."

Rangga sudah mengangkat separuh tangannya untuk memukul Brian habis habisan namun dia menghentikan niatan itu. 

"Gue lebih baik jadi anak jalanan! Jauh lebih bebas bahkan menyenangkan tanpa harus di atur dengan berbagai aturan dan pasal pasal aneh seperti otak goreng lo itu!"

Brian hanya bisa tersenyum mendengar perlawanan Rangga tersebut. 

"Terserah kamu, kamu berhak memilih untuk hidupmu sendiri dan aku gak perduli sama sekali."

Rangga menatap sinis ke arah Brian, sekarang dia menahan amarahnya.

"Kenapa? Salah aku berbicara begitu?" tanya Brian.

Rangga tidak menjawab pertanyaan tersebut. Dia memilih untuk membalikkan badannya lalu pergi.

"Maafin aku Rangga, aku lakukan ini agar kamu bisa berubah. Maaf jika aku keras dan kasar dalam mendidik kamu. Tapi aku ingin kamu berubah! gak seperti sekarang." ujar Brian. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Terlambat   Bab 32

    Rangga keluar dari dalam kamarnya. Dia sekarang menggunakan seragam sekolah dengan amburadul bahkan baju seragamnya saja ada di luar. Rangga melangkah menuju meja makan untuk sarapan pagi sementara Brian sudah duduk di sana dan menyantap sarapan paginya.Brian langsung mengerutkan kedua alisnya. Pemandangan di pagi ini membuat kedua matanya sakit untuk melihat, apalagi ulah sang adik kandung yang tidak mau akur dengan dirinya."Pagi," Sapa Rangga lalu dia duduk di kursi dan menyantap makanan di hadapannya langsung."Menjijikkan." Kata Brian sinis."Maksudnya Lo apa? Jangan seenaknya ini hidup gue bukan hidup lo yang penuh dengan drama dan pamer!" Cibir Rangga langsung."Kamu itu bukan orang susah! Jadi ubah cara makan kamu dengan cara yang baik dan sopan bukan seperti itu! Langsung makan tanpa berdo'a, bukankah itu sangat menjijikkan!" Sahut Brian kesal.Rangga mengangkat sendok nya yang berisi nasi dan la

  • Cinta Terlambat   Bab 31

    Kaina mendengar ada ketukan pintu dari arah luar malam ini. Dia melangkah ke arah ruang tamu lalu mendekat ke jendela dan menyibak sedikit korden tersebut.Senang sekaligus bahagia melihat sosok Rangga yang kini telah balik ke rumah itu. Senyuman mereka di bibir mungilnya."Rangga sudah balik, aku kira Mas Brian sudah tidur jadi aku kunci pintunya tadi dan ternyata dia pergi ke bandara untuk menjemput Rangga," ucapnya dengan senang."Dengar orang ketuk pintu enggak sih! Ini capek berdiri terus woy!" Teriak Brian kesal.Rangga melirik Brian yang berada di sebelahnya. Dia langsung tersenyum sinis."Orang gila!" Gumamnya.Brian langsung menoleh ke arah sebelahnya. "Maksud kamu apa? Kamu bilang aku orang gila?!"Pintu tersenyum terbuka membuat semuanya melihat ke arah Kaina yang berdiri di hadapan mereka berdua dengan senyuman bahagia."Kuping lo salah dengar kambyang!!" Bantahnya.

  • Cinta Terlambat   Bab 30

    Asap dari wajan memberikan aroma yang enak untuk hidung. Makanan lezat itu kini masih di masak di dalam wajan. Hari ini Kaina memasak nasi goreng untuk sarapan pagi Brian di tambah telur ceplok dan susu hangat kesukaan Brian.Setelah Kaina merasa masakan itu sudah matang, dia mematikan kompor dan menyajikan nasi goreng itu ke piring.Brian turun dari kamarnya di lantai atas. Dia memakai pakai santai dengan kondisi wajah yang terlihat begitu malas sekali. Kaina yang hendak ingin menaruh makanan itu di meja makan sontak terkejut melihat Brian yang sudah melangkah ke arah meja makan."Mas Brian kok tidak pakai baju kantor? Bukannya hari ini hari kerja?" tanya Kaina.Brian menatap wajah Kaina sekilas lalu dia menarik kursi dan duduk di sana tanpa menjawab pertanyaan yang tidak penting itu."Em, baiklah." Kaina menaruh makanan itu di hadapan Brian.Tanpa banyak bicara lagi Brian langsung menyantap sarapan pagin

  • Cinta Terlambat   Bab 29

    Brian menatap ke arah luar jendela, sekarang dia berada di dalam kamar nya. Dia benar benar hancur karena kejadian kemarin siang. Rasa cintanya yang dulu kini telah terbakar menjadi abu."Mungkin aku sudah gila jika aku masih tetap mencintai dia padahal dia sudah tidak cinta lagi kepadaku, secepat itu kah dia berpaling dari aku," ucap Brian lirih.Brian mencoba untuk memejamkan mata nya. Dia ingin merasakan ketenangan untuk saat ini meskipun itu hanya sebentar saja.Tok.. Tok.. Tok..Kaina mengetuk pintu kamar Brian. Dia berharap Brian tidak marah jika Kaina menganggu jam istirahatnya sebentar."Maaf Mas menganggu tapi aku ingin menaruh baju milik kamu yang sudah selesai di cuci dan di setrika," ujar Kaina.Brian tidak menjawab, dia terus diam dengan mata terpejam. Dia tidak memperdulikan apapun yang akan mengganggu dirinya saat ini.Kaina lang

  • Cinta Terlambat   Bab 28

    Brian menghadang Tita yang terus memaksa masuk ke dalam dengan seenaknya."Jangan halangi jalan aku!" Bentak Tita."Gak akan pernah aku biarin kamu masuk seenaknya begini! Kamu bukan siapa siapa dan ingat ini rumah aku jadi pergilah dari sini." Usir Brian dengan sangat kesal."Aku gak peduli!" Tita terus berusaha untuk masuk ke dalam namun dengan cepat Brian menghadangnya lagi."Harus berapa kali aku bilang jangan halangi jalan aku!" Bentak Tita marah."Pergi, AKU BILANG PERGI!!" Teriak Brian."Berapa kali pun kamu mencoba untuk mengusir aku dari sini. Aku gak akan pernah mau pergi sebelum aku bertemu dengan Kaina, titik!""Sampai kapan pun itu aku gak akan pernah memberikan kesempatan kamu untuk bisa bertemu dengan gadis tolol itu lagi."Tita sudah benar benar murka dia mencoba untuk mendorong tubuh kekar Brian agar tidak menghalanginya untuk masuk."KAMU BIADAP SEKALI BRIAN! HA

  • Cinta Terlambat   Bab 27

    "Hallo...hallo! lo budek ya?!" Suara ngegas Rangga terdengar di balik telepon.Brian hanya memutar malas bola matanya. Dia sudah merasa malas sekali mendengar suara adiknya yang selalu menguji kesabarannya itu."Jawab bangsat! Gue doain tuli beneran kuping lo!""Hn, apa sih? Berisik banget dari tadi!!" Bentak Brian."Widih udah mulai ngegas juga ya lo Brian, wih cakep. Sudah bebas kan lo di rumah menyiksa Kak Kaina? Ngaku lo?!""Apa sih? Berisik sekali seperti burung beo!""Ngajak berantem lo, ah? Mau mati lo?!" tanya Rangga dengan mengancam Brian.Lagi lagi Brian hanya bisa bersabar, ia juga bingung dengan adik satu satunya itu, bisa bisanya Rangga menelfon Brian hanya untuk beradu mulut saja."Takut kan lo! Hah sok sok an bentak bentak gue, gue hajar jadi peyek wajah lo!!""Ampun bang jago." ucap Brian mengejek.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status