Share

02 - Kerja

“Gaes, hari ini ada karyawan baru penggantinya Pak Ratno!” ujar Habib ketika memasuki laboratorium pengujian obat.

“Udah tau,” sahut Nafa sambil merapikan alat pengujian di laci kerjanya. Ona hanya diam mendengarkan percakapan kedua temannya. Mereka bertiga sudah berteman sejak menjadi karyawan baru di PT. Konimex, atau lebih tepatnya sejak 7 tahun lalu. Kebetulan mereka berada di satu bagian, yaitu bagian quality control atau biasa disebut QC. Bedanya, Ona asisten analis dari Bu Dama, sedangkan Nafa dan Habib asisten analis dari Pak Ratno yang resign 1 bulan lalu dan baru hari ini ada penggatinya.

“Sejak kapan lo lebih update daripada gue?” protes Habib merasa tersaingi, Habib adalah sumber gosip bagi Ona dan Nafa. Lelaki itu sangat lihai mencari bahan gosip.

“Lo pasti gak tahu ‘kan kalau dia satu indekos sama kita,” ujar Nafa sombong sambil mengibaskan rambut panjangnya.

“Seriusan dia satu indekos sama kalian! Demi apa?” teriak Habib lebay. Ona memutar bola matanya malas melihat tingkah Habib yang lebih feminim dari pada dirinya.

“Iya, dong—”

Ucapan Nafa terputus begitu Bu Dama masuk laboratorium diikuti oleh seorang lelaki. Nafa segera mengikat rambut panjangnya dan memakai topi pelindung sebagaimana standar operasional prosedur K3 (keselamatan dan kesehatan kerja). Semua karyawan berdiri dan memusatkan perhatian pada Bu Dama dan lelaki itu.

Bu Dama tersenyum dan berhenti di tengah labratorium. Lelaki bertubuh jangkung itu berdiri di sebelah Bu Dama dan tersenyum menatap semua karyawan yang berdiri di meja kerja masing-masing.

“Perkenalkan diri kamu,” ujar Bu Dama pada lelaki di sampingnya.

Lelaki itu mengangguk. “Perkenalkan saya Rey Nugroho pengganti Pak Ratno.”

Ona terpaku ketika mata Rey menatapnya, senyum lelaki itu dapat membius kaum hawa tidak terkecuali Ona. Semua mata tertuju pada Rey, tidak dapat dipungkiri bahwa pesona Rey begitu memabukkan.

Menyadari tatapan tidak biasa Ona pada Rey membuat Nafa tersenyum lebar. Nafa menyenggol bahu Ona pelan. Ona tersentak dan memandang Nafa tajam, bukannya takut Nafa malah menahan tawa dan balas menatap Ona jahil.

Bu Dama mengantar Rey ke meja kerjanya, meninggalkan bisik-bisik penasaran dari karyawan lainnya. Dalam hitungan jam kabar analis baru pengganti Pak Ratno pasti sudah tersebar ke seluruh kantor. Apalagi paras ganteng lelaki itu yang membuat kaum hawa klepek-klepek. Lihat saja nanti pas jam makan siang, pasti kantin akan heboh dengan kedatangan Rey. Sudah seperti most wanted di novel remaja saja.

“Gila, ganteng banget Pak Rey,” ujar Habib heboh.

“Makasih, calon suami gue emang ganteng,” sahut Airin yang meja kerjanya terletak di depan Habib.

“Dasar Ratu Halu!” cibir Habib kesal.

“Gimana taruhan kita, Na?” tagih Nafa mengabaikan Habib yang masih adu mulut dengan Airin.

“Taruhan yang mana?”

“Gak usah pura-pura lupa, deh, kemarin ‘kan kita taruhan kalau lo gak bakal terpesona sama Pak Rey gue bakal beliin lo novel.”

“Ya udah nanti habis kerja kita ke toko buku.”

“Bukan gitu!” ujar Nafa kesal. “Lo ‘kan kalah taruhan, jadi lo harus nemenin gue maraton nonton drama korea seminggu ke depan.”

“Mana ada gue kalah taruhan, gue tadi gak terpesona sama Rey,” sanggah Ona.

“Gak terpesona mata lo juling! Gue yang jelas-jelas liat mata lo sampai gak kedip kayak gitu.”

Ona mengeryit bingung, dia memang mengakui kegantengan Rey tetapi dia tidak merasa terpesona dengan Rey. Dan maraton drama korea? Ona paling anti dengan sesuatu yang berbau korea, bukan gimana-gimana dia hanya tidak suka saja. Apalagi genre yang sering Nafa tonton genre romance, salah satu genre yang sangat Ona benci. Ona lebih suka menonton film bergenre action atau thiller. Nafa pasti sengaja menyiapkan taruhan ini.

“Lo terpesona, Na. Airin yang syirik sama lo aja tau kalau lo terpesona, apalagi gue yang udah temenan sama lo sejak 7 tahun lalu!” ujar Nafa kesal. Perempuan itu kemudian pergi menuju almari bahan kimia sambil menghentakkan kaki.

Ona menghela napas, lebih baik dia mengalah dan mengakui kekalahannya daripada menghadapi sikap childish temannya. Padahal Ona jelas-jelas tidak terpesona dengan Rey. Malam nanti dia harus menyiapkan hati untuk menonton drama korea dengan Nafa.

***

“Lo harus nemenin gue nonton drakor sampai pagi, Na,” ujar Nafa keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

Ona memutar bola matanya malas, mereka baru pulang kerja dua jam lalu dan selama dua jam itu Nafa terus berkata akan maraton nonton drama korea sampai pagi. Telinga Ona sampai panas mendengar hal itu. Kali ini untuk pertama kalinya Ona kalah taruhan, dan Nafa sangat menikmati kemenangannya untuk menyiksa Ona melalui nonton drama korea bergenre romance.

Setelah azan Maghrib berkumandang, Nafa sudah duduk manis di tempat tidur dan laptop sudah menyala di depannya. Ona menghela napas kemudian menyusul Nafa. Drama korea berjudul Doom at Your Service episode pertama mulai diputar.

Tiga episode berlalu, Nafa masih bertahan dengan mata berbinar dan sesekali tersenyum. Sedangkan Ona sudah tidak tahan lagi, dari tiga episode tersebut dia sudah bisa menebak alur selanjutnya sampai ending. Dan Ona tahu betul Nafa sangat menikmati wajah bosannya.

Tidak bisa lagi menahan kantuknya, Ona bangkit dan mengambil dua mi instan di laci. “Gue bikin mi di bawah ya, Naf,” pamit Ona. Nafa mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari laptop.

Indekos ini memiliki 2 lantai, lantai 1 khusus untuk kamar lelaki lengkap dengan dapur bersama dan lantai 2 khusus untuk kamar perempuan. Setiap kamar ada kamar mandi dalamnya dan 1 kamar maksimal diisi 2 orang, makanya Ona mengajak Nafa 1 kamar supaya lebih hemat biaya sewanya.

Sesampainya di dapur Ona segera memanaskan air, tetapi dewi keberuntungan tidak berpihak padanya. Ketika Ona menuang air ke panci, air tersebut malah tumpah mengenai bajunya dan membuat lantai yang dia pijak licin. Sial! Ona mengumpat dalam hati.

Perempuan itu meletakkan gayung dan dia pakai untuk menuang air kemudian berjalan pelan ke ujung dapur untuk mengambil serbet dan kain pel. Tetapi lagi-lagi nasip sial menghampirinya, lantai yang Ona pijak benar-benar licin dan membuatnya terpeleset, Ona memejamkan matanya menunggu tubuhnya menghantam ke lantai. Setelah sekian detik memejamkan mata, kenapa dia tidak merasakan sakit? Dan kenapa dia merasa seperti mencium sesuatu?

Pelan-pelan Ona membuka mata dan melihat sepasang mata di depannya, hidung mancungnya menempel dengan hidung lelaki itu. Dan yang membuat Ona terkejut adalah bibirnya menempel di bibir tipis lelaki itu. Ona membulatkan matanya ketika menyadarai lelaki itu adalah Rey. Ona jatuh tepat di atas Rey dan entah bagaimana karyawan baru di kantornya itu bisa tiba-tiba berada di dapur bertepatan dengan jatuhnya Ona.

Reaksi Rey tidak jauh beda dengan Ona, lelaki itu membulatkan matanya, dan ketika menyadari kedua tangannya berada di pinggang Ona, Rey langsung menariknya. Tetapi Rey merasa enggan untuk melepaskan kecupan bibir Ona di bibirnya. Meski hanya kecupan tetapi sudah cukup memabukkan. Setelah sekian detik berpikir dan Ona tidak juga bangkit, Rey berinisiatif untuk melumat bibir tipis perempuan ini. Namun, nasip baik tidak berpihak pada Rey ketika tiba-tiba sebuah suara masuk ke indra pendengaran mereka berdua.

“K-kalian lagi ngapain?” tanya Nafa bingung dengan tatapan ambigu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status