Share

Bab 3

Author: Aall
last update Last Updated: 2025-04-20 14:53:13

Bab 3: Di Antara Rahasia dan Perasaan

Beberapa minggu berlalu sejak hari pertama Sophie bekerja di Ward Corporation. Meskipun ia merasa mulai terbiasa dengan rutinitasnya, ada satu hal yang terus menghantuinya—perasaan yang semakin kuat terhadap Adrian Ward. Semakin sering mereka bertemu, semakin banyak pula ia menemukan sisi-sisi kecil dari sang CEO yang jarang terungkap pada orang lain.

Meskipun tetap dingin dan tertutup, Adrian seolah memiliki cara untuk membuat Sophie merasa spesial, walaupun tak pernah diucapkan secara terang-terangan.

Pagi ini, seperti biasa, Sophie tiba lebih awal dari yang lain. Ia tahu bahwa Adrian akan datang tepat waktu, dan ia ingin memastikan segalanya siap. Namun, hari ini ada yang berbeda. Pada rapat yang dijadwalkan siang nanti, Adrian sudah meminta Sophie untuk mempersiapkan presentasi penting—sesuatu yang cukup jarang terjadi. Biasanya, ia hanya diberi tugas administratif, tetapi kali ini ada sesuatu yang mengarah pada tanggung jawab yang lebih besar.

Sophie sedang mempersiapkan segala sesuatunya di ruang rapat ketika Adrian tiba. Seperti biasa, sosoknya yang tinggi dan gagah memasuki ruangan dengan langkah tenang, mengenakan setelan jas hitam yang sempurna. Namun, hari ini ia tampak sedikit berbeda. Ada sesuatu di matanya yang terlihat lebih dalam, lebih serius, dan seolah memanggil perhatian Sophie lebih dari sebelumnya.

“Pagi, Pak Adrian,” kata Sophie, berusaha menyapa dengan tenang meskipun hatinya berdegup kencang.

Adrian mengangguk sebagai balasan, matanya yang tajam seakan menilai setiap gerak-gerik Sophie.

“Sophie, bagaimana persiapannya?” tanyanya dengan nada yang lebih serius dari biasanya.

“Semua sudah siap. Presentasi sudah saya susun sesuai instruksi Anda,” jawab Sophie sambil menunjukkan layar laptopnya yang menampilkan slide presentasi. Ia berusaha menjaga profesionalisme, meskipun ada rasa gugup yang tak bisa ia sembunyikan.

Adrian melangkah lebih dekat, memeriksa slide demi slide yang ada di layar. Sophie merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat wajah Adrian yang semakin dekat. Ia merasa canggung, tetapi mencoba untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Namun, tak bisa dipungkiri, ada perasaan aneh yang muncul setiap kali Adrian berada di dekatnya—perasaan yang sulit dijelaskan dan semakin membingungkan.

“Semua terlihat rapi,” kata Adrian akhirnya, memberikan pujian yang tidak sering ia berikan kepada siapa pun. Pujian itu membuat Sophie merasa sedikit lega, meskipun hatinya masih diliputi rasa gugup.

“Terima kasih, Pak Adrian,” jawabnya, kali ini dengan senyum kecil yang terukir di wajahnya.

Beberapa menit kemudian, mereka duduk di ruang rapat bersama klien penting yang datang dari luar kota. Sophie tetap duduk di sisi meja, mendampingi Adrian, memperhatikan bagaimana pria itu berbicara dengan lancar dan penuh percaya diri. Wajahnya tetap serius, namun setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa berpengaruh. Meskipun ia tidak banyak tersenyum atau bercanda, ada aura kuat yang membuat orang-orang di sekitarnya terkesan.

Sophie mengagumi kepercayaan diri Adrian, tetapi ia juga merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik sikapnya yang penuh kontrol itu. Sebuah sisi manusiawi yang jarang terlihat.

Setelah rapat selesai, Adrian berbalik dan berjalan menuju jendela besar di ruang rapat. Sophie tetap di tempatnya, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia merasa ada perubahan dalam sikap Adrian hari ini. Pria itu terlihat lebih terbuka, meskipun hanya sedikit. Ada momen hening di antara mereka, sebuah keheningan yang penuh makna.

“Sophie,” suara Adrian tiba-tiba mengalihkan perhatiannya. Sophie pun menoleh cepat.

Adrian menatapnya dengan mata yang lebih lembut dari biasanya.

“Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.”

Jantung Sophie berdetak lebih cepat. Ada sesuatu di balik kalimat itu yang membuatnya merasa gugup sekaligus penasaran.

“Tentu, Pak Adrian. Apa yang bisa saya bantu?”

Adrian menatapnya sejenak sebelum akhirnya berbicara dengan nada lebih rendah.

“Aku tidak tahu mengapa aku merasa perlu mengatakan ini, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku menghargai kehadiranmu di sini. Kamu lebih dari sekadar sekretaris.”

Kata-kata itu mengalir begitu saja dari mulut Adrian, membuat Sophie terdiam, mencoba menyerap makna yang terkandung di dalamnya.

Sejauh ini, ia hanya menerima komentar singkat atau perintah dari Adrian. Tetapi kali ini, ada sesuatu yang lebih dalam di balik kata-katanya. Sesuatu yang membuat hati Sophie berdebar lebih cepat.

“Terima kasih, Pak Adrian,” jawabnya pelan, mencoba menyembunyikan rasa harunya. “Saya hanya ingin melakukan yang terbaik.”

Adrian mengangguk, tetapi matanya tidak beralih dari Sophie.

“Aku tahu itu. Aku hanya... terkadang merasa sulit untuk mengekspresikan diri.”

Sophie terkejut mendengar pengakuan itu. Adrian, sosok yang selalu terlihat tegas dan terkontrol, ternyata juga memiliki sisi yang lebih rapuh. Seolah-olah, dalam sekejap, tembok besar yang dibangunnya mulai retak, memberi kesempatan bagi Sophie untuk melihat sisi manusiawi dari sang CEO.

Ketegangan di antara mereka terasa begitu nyata, namun ada juga kehangatan yang mulai muncul di udara. Sophie merasa seolah ada sebuah kedekatan yang mulai terjalin, meskipun ia tahu bahwa hubungan mereka tidak mudah. Adrian Ward bukanlah pria yang mudah untuk didekati, dan Sophie menyadari betapa besar tantangannya.

Namun, satu hal yang pasti—sesuatu di antara mereka mulai tumbuh.

Perasaan yang belum bisa diungkapkan, tetapi terus berdenyut dalam diam.

---

Di balik dinding dingin yang dibangun oleh Adrian, Sophie merasakan ada peluang untuk menemukan sesuatu yang lebih dalam.

Sesuatu yang tersembunyi, namun semakin nyata setiap kali mereka saling berbicara.

Dan meskipun perasaan itu masih penuh rahasia, langkah-langkah kecil mereka menuju kedekatan terus berkembang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 22

    Bab 22  Menyusuri Jejak TakdirSetelah pertemuan itu, waktu terasa berjalan semakin cepat. Hari-hari yang mereka lalui penuh dengan ketegangan, namun juga penuh dengan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat. Sophie dan Adrian telah mulai melihat kembali hubungan mereka dengan cara yang berbeda. Mereka tahu bahwa meskipun cinta adalah dasar dari semuanya, kehidupan tidak selalu tentang kebahagiaan semata. Ada komitmen, kerja keras, dan pengorbanan yang harus dilakukan.Sophie menghela napas panjang saat menatap kota besar di luar jendela kantor. Semua serba cepat, penuh dengan kesibukan, dan terkadang, itulah yang membuatnya merasa terjebak. Tapi saat ia mengingat kembali perjalanan mereka ke kota kecil tepi pantai itu, ada sedikit harapan yang kembali tumbuh di dalam hatinya. Hari-hari di sana memberi mereka lebih banyak ruang untuk berbicara, saling mendengar, dan yang terpenting, saling memahami. Mereka tahu bahwa mereka mas

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 21

    Bab 21 – Menyusuri Jejak TakdirHari-hari berlalu dengan cepat, dan meskipun hujan mulai reda dan langit terlihat lebih cerah, ada banyak hal yang belum terselesaikan. Sophie dan Adrian telah berusaha menjaga hubungan mereka dengan lebih baik, meskipun tantangan masih datang silih berganti. Di luar pekerjaan, kehidupan pribadi mereka mulai terasa semakin terikat, dan meskipun mereka berusaha menghadapinya dengan tenang, ada kalanya kelelahan menguras kekuatan mereka.Malam itu, setelah sebuah rapat panjang yang penuh dengan perdebatan dan diskusi, Sophie kembali ke apartemennya. Ia merasa lelah, baik fisik maupun mental. Rapat yang seharusnya membawa mereka ke langkah yang lebih maju malah menambah beban pikiran yang semakin berat. Banyak hal yang belum ia pahami, dan semakin lama, ia merasa semakin terjebak dalam lingkaran yang sulit untuk keluar.Saat ia tiba di apartemen, ia melihat Adrian duduk di sofa dengan ekspresi yang tidak biasa, l

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 20

    Bab 20 – Di Balik Tirai WaktuHujan turun deras di luar jendela rumah mereka, seolah mencerminkan hati Sophie yang sedang bergelora. Sudah hampir sebulan sejak konferensi besar itu, dan meskipun mereka berhasil melewati badai pertama, Sophie merasa ada banyak hal yang belum sepenuhnya selesai. Ketegangan yang ditinggalkan oleh pertanyaan rekan kerja Adrian masih membekas, dan semakin lama, semakin terasa seperti bayangan yang mengintai di setiap sudut kehidupannya.Adrian, yang biasanya tampak begitu tenang, kini seringkali terlihat terpenjara dalam pikirannya sendiri. Setiap kali mereka duduk berdua, ada ruang kosong yang tak terisi, sebuah jarak yang perlahan mengembang meskipun mereka duduk berdampingan. Sophie merasa semakin kesulitan untuk menghubungkan perasaan mereka, seolah ada dinding tak kasat mata yang terbentuk antara mereka.Namun, meskipun perasaan itu mengganggu, Sophie tahu bahwa hubungan mereka tidak bisa dibiarkan begitu sa

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 19

    Bab 19 – Menembus Batas yang Tak TerlihatSophie berjalan keluar dari kantor dengan langkah ringan. Meskipun hatinya masih dibalut oleh rasa khawatir, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, sesuatu yang lebih kuat dan lebih percaya diri. Keputusan untuk terbuka tentang hubungannya dengan Adrian mulai membuahkan hasil. Meskipun beberapa rekan kerja masih memberikan pandangan aneh, sebagian besar dari mereka mulai menunjukkan dukungan, bahkan jika itu hanya dalam bentuk senyuman tipis atau sapaan singkat.Hari itu terasa seperti langkah pertama menuju kebebasan yang lebih besar. Sophie merasa seolah-olah beban yang selama ini menekan dirinya mulai sedikit terangkat. Tidak ada lagi keharusan untuk menyembunyikan sesuatu yang berharga. Dia dan Adrian mulai menjalani hari-hari mereka dengan lebih santai, lebih nyaman. Mereka memilih untuk tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan atau pikirkan tentang hubungan mereka. Mereka tahu bahwa, pada akhirn

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 18

    Bab 18 – Di Bawah Bayang-Bayang CintaHari-hari setelah percakapan yang mengubah semuanya terasa berbeda bagi Sophie dan Adrian. Mereka berdua memutuskan untuk menghadapi gosip dan pandangan orang lain dengan kepala tegak, memilih untuk menjalani hubungan ini dengan lebih terbuka. Namun, meskipun mereka sudah berusaha sebaik mungkin untuk tidak terpengaruh oleh dunia luar, kenyataan tidak selalu semudah itu.Sophie merasa cemas setiap kali memasuki kantor, terutama saat berpapasan dengan rekan-rekan kerjanya yang mulai menunjukkan pandangan aneh. Kadang-kadang, percakapan di ruang makan siang terasa berbeda, lebih dingin, dan penuh dengan bisik-bisik yang sulit untuk dihindari. Namun, di sisi lain, ada juga rasa kebanggaan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Mereka sudah membuat keputusan, dan itu adalah keputusan yang tepat, meskipun jalan yang harus mereka tempuh tidak selalu mudah.***Setelah seminggu penuh dengan ketegan

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 17

    Bab 17 – Menembus Bayang-bayangPagi itu, Sophie melangkah ke kantor dengan langkah sedikit terburu-buru. Namun, meskipun cuaca Jakarta cerah dan udara terasa segar, ada perasaan yang tidak bisa ia hilangkan. Sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya, entah itu rasa cemas atau keraguan yang seakan-akan membebaninya sejak kejadian semalam. Gosip yang sempat ia baca beberapa hari yang lalu masih menggantung di kepalanya, meskipun Adrian sudah membantahnya. Namun, hatinya tetap merasa tidak tenang.Setelah memasuki ruang kerjanya, Sophie duduk di kursi dengan pikiran yang melayang. Layar komputer di depannya menampilkan deretan email yang belum terbaca, laporan yang harus diselesaikan, serta tugas-tugas lainnya yang menunggu. Namun, matanya tidak fokus pada pekerjaan. Pikirannya kembali ke apa yang terjadi antara dia dan Adrian. Rasa cemas itu datang lagi.Sophie menyadari bahwa pekerjaan ini bukanlah satu-satunya yang harus ia hadapi.

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 16

    Malam itu mereka tertidur di sofa, dengan televisi masih menyala menampilkan acara dokumenter yang tidak satupun dari mereka perhatikan. Sophie menyandarkan kepalanya di bahu Adrian, sementara tangan pria itu masih memeluknya erat, seolah takut jika ia lepas, dunia akan kembali kacau.Pagi harinya, Sophie terbangun lebih dulu.Ia tidak langsung bangkit. Sebaliknya, ia mengamati wajah Adrian yang masih tertidur. Ada kantung mata di bawah matanya, garis-garis tipis lelah di dahi, dan sesekali napasnya terdengar berat.Namun, di balik semua itu, ada ketulusan yang membuat Sophie tetap bertahan.Ia meraih selimut dan menyelimuti tubuh Adrian yang mulai kedinginan karena AC yang terlalu dingin, lalu bangkit pelan-pelan menuju dapur kecil di sudut apartemennya.Tak lama kemudian, aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan.Adrian menggeliat dan membuka mata perlahan.“Wah... ini surga ya?”

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   bab 15

    Bab 15 – Riak Kecil, Ujian KecilPagi itu, Jakarta diguyur hujan gerimis.Sophie duduk di sudut kafe favorit mereka, memainkan sendok kecil di dalam cangkir kopinya. Sudah setengah jam berlalu, dan Adrian belum juga datang.Ia melirik ponselnya. Tidak ada pesan baru.Sophie menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Mungkin dia macet. Atau masih rapat. Atau...Pintu kafe berdering. Sophie menoleh dengan harap, tetapi ternyata bukan Adrian.Hatinya mulai gelisah.Ini pertama kalinya Adrian terlambat tanpa kabar.Biasanya, walau sibuk, pria itu selalu menyempatkan satu dua kata untuk memberi tahu.Sophie menggigit bibir bawahnya, perasaan tak menentu bergolak di dada. Di satu sisi, ia ingin percaya. Di sisi lain, ada ketakutan kecil yang mulai membisikkan hal-hal buruk.Apa aku terlalu berharap? Apa aku terlalu yakin?Sebelu

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 14

    Sophie masih merasakan getaran hangat di tangannya saat Adrian menggenggamnya erat.Waktu terasa berhenti, seolah hanya mereka berdua yang ada di dunia malam itu.Mereka duduk bersisian, berbagi es krim yang mulai meleleh, tertawa kecil di sela-sela keheningan nyaman.“Besok kita udah harus balik ke Jakarta, ya…” gumam Sophie, setengah sedih.Adrian mengangguk perlahan. “Iya. Tapi... aku nggak mau ini selesai di sini.”Sophie menoleh. “Maksudnya?”“Maksudku…” Adrian berhenti sebentar, mencari kata yang tepat. “Aku mau tetap ada di hidup kamu. Bukan cuma di Bali. Bukan cuma pas kerja.”Sophie terdiam. Ada desir lembut di dadanya, membuat senyum kecil terbit tanpa sadar.Ia menggigit bibir bawahnya, lalu bercanda, “Wah, serius nih, Pak Adrian? Ini bukan efek kelamaan kena angin laut, kan?”Adrian tertawa pelan. “Kalau efek angin laut bisa bikin aku makin yakin sama

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status