Bab 3: Di Antara Rahasia dan Perasaan
Beberapa minggu berlalu sejak hari pertama Sophie bekerja di Ward Corporation. Meskipun ia merasa mulai terbiasa dengan rutinitasnya, ada satu hal yang terus menghantuinya—perasaan yang semakin kuat terhadap Adrian Ward. Semakin sering mereka bertemu, semakin banyak pula ia menemukan sisi-sisi kecil dari sang CEO yang jarang terungkap pada orang lain. Meskipun tetap dingin dan tertutup, Adrian seolah memiliki cara untuk membuat Sophie merasa spesial, walaupun tak pernah diucapkan secara terang-terangan. Pagi ini, seperti biasa, Sophie tiba lebih awal dari yang lain. Ia tahu bahwa Adrian akan datang tepat waktu, dan ia ingin memastikan segalanya siap. Namun, hari ini ada yang berbeda. Pada rapat yang dijadwalkan siang nanti, Adrian sudah meminta Sophie untuk mempersiapkan presentasi penting—sesuatu yang cukup jarang terjadi. Biasanya, ia hanya diberi tugas administratif, tetapi kali ini ada sesuatu yang mengarah pada tanggung jawab yang lebih besar. Sophie sedang mempersiapkan segala sesuatunya di ruang rapat ketika Adrian tiba. Seperti biasa, sosoknya yang tinggi dan gagah memasuki ruangan dengan langkah tenang, mengenakan setelan jas hitam yang sempurna. Namun, hari ini ia tampak sedikit berbeda. Ada sesuatu di matanya yang terlihat lebih dalam, lebih serius, dan seolah memanggil perhatian Sophie lebih dari sebelumnya. “Pagi, Pak Adrian,” kata Sophie, berusaha menyapa dengan tenang meskipun hatinya berdegup kencang. Adrian mengangguk sebagai balasan, matanya yang tajam seakan menilai setiap gerak-gerik Sophie. “Sophie, bagaimana persiapannya?” tanyanya dengan nada yang lebih serius dari biasanya. “Semua sudah siap. Presentasi sudah saya susun sesuai instruksi Anda,” jawab Sophie sambil menunjukkan layar laptopnya yang menampilkan slide presentasi. Ia berusaha menjaga profesionalisme, meskipun ada rasa gugup yang tak bisa ia sembunyikan. Adrian melangkah lebih dekat, memeriksa slide demi slide yang ada di layar. Sophie merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat wajah Adrian yang semakin dekat. Ia merasa canggung, tetapi mencoba untuk tetap fokus pada pekerjaannya. Namun, tak bisa dipungkiri, ada perasaan aneh yang muncul setiap kali Adrian berada di dekatnya—perasaan yang sulit dijelaskan dan semakin membingungkan. “Semua terlihat rapi,” kata Adrian akhirnya, memberikan pujian yang tidak sering ia berikan kepada siapa pun. Pujian itu membuat Sophie merasa sedikit lega, meskipun hatinya masih diliputi rasa gugup. “Terima kasih, Pak Adrian,” jawabnya, kali ini dengan senyum kecil yang terukir di wajahnya. Beberapa menit kemudian, mereka duduk di ruang rapat bersama klien penting yang datang dari luar kota. Sophie tetap duduk di sisi meja, mendampingi Adrian, memperhatikan bagaimana pria itu berbicara dengan lancar dan penuh percaya diri. Wajahnya tetap serius, namun setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa berpengaruh. Meskipun ia tidak banyak tersenyum atau bercanda, ada aura kuat yang membuat orang-orang di sekitarnya terkesan. Sophie mengagumi kepercayaan diri Adrian, tetapi ia juga merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik sikapnya yang penuh kontrol itu. Sebuah sisi manusiawi yang jarang terlihat. Setelah rapat selesai, Adrian berbalik dan berjalan menuju jendela besar di ruang rapat. Sophie tetap di tempatnya, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia merasa ada perubahan dalam sikap Adrian hari ini. Pria itu terlihat lebih terbuka, meskipun hanya sedikit. Ada momen hening di antara mereka, sebuah keheningan yang penuh makna. “Sophie,” suara Adrian tiba-tiba mengalihkan perhatiannya. Sophie pun menoleh cepat. Adrian menatapnya dengan mata yang lebih lembut dari biasanya. “Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan.” Jantung Sophie berdetak lebih cepat. Ada sesuatu di balik kalimat itu yang membuatnya merasa gugup sekaligus penasaran. “Tentu, Pak Adrian. Apa yang bisa saya bantu?” Adrian menatapnya sejenak sebelum akhirnya berbicara dengan nada lebih rendah. “Aku tidak tahu mengapa aku merasa perlu mengatakan ini, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku menghargai kehadiranmu di sini. Kamu lebih dari sekadar sekretaris.” Kata-kata itu mengalir begitu saja dari mulut Adrian, membuat Sophie terdiam, mencoba menyerap makna yang terkandung di dalamnya. Sejauh ini, ia hanya menerima komentar singkat atau perintah dari Adrian. Tetapi kali ini, ada sesuatu yang lebih dalam di balik kata-katanya. Sesuatu yang membuat hati Sophie berdebar lebih cepat. “Terima kasih, Pak Adrian,” jawabnya pelan, mencoba menyembunyikan rasa harunya. “Saya hanya ingin melakukan yang terbaik.” Adrian mengangguk, tetapi matanya tidak beralih dari Sophie. “Aku tahu itu. Aku hanya... terkadang merasa sulit untuk mengekspresikan diri.” Sophie terkejut mendengar pengakuan itu. Adrian, sosok yang selalu terlihat tegas dan terkontrol, ternyata juga memiliki sisi yang lebih rapuh. Seolah-olah, dalam sekejap, tembok besar yang dibangunnya mulai retak, memberi kesempatan bagi Sophie untuk melihat sisi manusiawi dari sang CEO. Ketegangan di antara mereka terasa begitu nyata, namun ada juga kehangatan yang mulai muncul di udara. Sophie merasa seolah ada sebuah kedekatan yang mulai terjalin, meskipun ia tahu bahwa hubungan mereka tidak mudah. Adrian Ward bukanlah pria yang mudah untuk didekati, dan Sophie menyadari betapa besar tantangannya. Namun, satu hal yang pasti—sesuatu di antara mereka mulai tumbuh. Perasaan yang belum bisa diungkapkan, tetapi terus berdenyut dalam diam. --- Di balik dinding dingin yang dibangun oleh Adrian, Sophie merasakan ada peluang untuk menemukan sesuatu yang lebih dalam. Sesuatu yang tersembunyi, namun semakin nyata setiap kali mereka saling berbicara. Dan meskipun perasaan itu masih penuh rahasia, langkah-langkah kecil mereka menuju kedekatan terus berkembang.Bab 24 Menyongsong Masa Depan, BersamaLangit malam semakin gelap, namun di dalam kantor mereka, lampu-lampu masih menyala terang. Sophie dan Adrian duduk berdampingan di meja kerja mereka, di tengah tumpukan proposal dan catatan kecil yang berserakan. Hari-hari mereka dipenuhi dengan pertemuan, diskusi panjang, dan sesekali tawa ringan, tetapi rasa lelah tetap terasa. Namun, kali ini ada rasa kepuasan yang tidak bisa disangkal, sebuah perasaan yang lebih besar dari sekadar kelelahan fisik.Beberapa bulan setelah pelatihan keterampilan pertama yang mereka selenggarakan untuk anak-anak, proyek mereka mulai menunjukkan hasil. Mereka berhasil memperoleh beberapa sponsor dari perusahaan besar yang tertarik untuk mendukung program sosial mereka. Tidak hanya itu, mereka juga berhasil menarik perhatian media lokal yang mulai meliput kegiatan mereka. Nama mereka, Sophie dan Adrian, mulai dikenal di kalangan komunitas sosial."Sophie, kita sudah jau
Bab 23 Langkah Baru, Penuh HarapanPagi itu, langit cerah menyambut kedatangan mereka dengan hangat. Namun, meskipun cuaca terlihat begitu indah, Sophie dan Adrian tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang. Setelah beberapa hari yang penuh refleksi, mereka merasa bahwa hidup mereka perlu perubahan, lebih dari sekadar sekedar memperbaiki hubungan pribadi mereka, tapi juga memperbarui visi dan tujuan mereka. Kembali ke rutinitas lama, dengan segala tuntutannya, akan membebani mereka jika tidak ada langkah nyata untuk memperbaiki keadaan.Sophie menyarankan agar mereka lebih aktif dalam proyek sosial yang mereka impikan, dan Adrian mendukung sepenuhnya. Mereka ingin memberikan dampak positif, bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk masyarakat di sekitar mereka. Dalam hati mereka, mereka merasa semakin sadar bahwa hidup yang hanya berfokus pada kesuksesan pribadi atau pekerjaan tidaklah cukup. Ada kebutuhan yang lebih besar yang harus mereka
Bab 22 Menyusuri Jejak TakdirSetelah pertemuan itu, waktu terasa berjalan semakin cepat. Hari-hari yang mereka lalui penuh dengan ketegangan, namun juga penuh dengan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat. Sophie dan Adrian telah mulai melihat kembali hubungan mereka dengan cara yang berbeda. Mereka tahu bahwa meskipun cinta adalah dasar dari semuanya, kehidupan tidak selalu tentang kebahagiaan semata. Ada komitmen, kerja keras, dan pengorbanan yang harus dilakukan.Sophie menghela napas panjang saat menatap kota besar di luar jendela kantor. Semua serba cepat, penuh dengan kesibukan, dan terkadang, itulah yang membuatnya merasa terjebak. Tapi saat ia mengingat kembali perjalanan mereka ke kota kecil tepi pantai itu, ada sedikit harapan yang kembali tumbuh di dalam hatinya. Hari-hari di sana memberi mereka lebih banyak ruang untuk berbicara, saling mendengar, dan yang terpenting, saling memahami. Mereka tahu bahwa mereka mas
Bab 21 – Menyusuri Jejak TakdirHari-hari berlalu dengan cepat, dan meskipun hujan mulai reda dan langit terlihat lebih cerah, ada banyak hal yang belum terselesaikan. Sophie dan Adrian telah berusaha menjaga hubungan mereka dengan lebih baik, meskipun tantangan masih datang silih berganti. Di luar pekerjaan, kehidupan pribadi mereka mulai terasa semakin terikat, dan meskipun mereka berusaha menghadapinya dengan tenang, ada kalanya kelelahan menguras kekuatan mereka.Malam itu, setelah sebuah rapat panjang yang penuh dengan perdebatan dan diskusi, Sophie kembali ke apartemennya. Ia merasa lelah, baik fisik maupun mental. Rapat yang seharusnya membawa mereka ke langkah yang lebih maju malah menambah beban pikiran yang semakin berat. Banyak hal yang belum ia pahami, dan semakin lama, ia merasa semakin terjebak dalam lingkaran yang sulit untuk keluar.Saat ia tiba di apartemen, ia melihat Adrian duduk di sofa dengan ekspresi yang tidak biasa, l
Bab 20 – Di Balik Tirai WaktuHujan turun deras di luar jendela rumah mereka, seolah mencerminkan hati Sophie yang sedang bergelora. Sudah hampir sebulan sejak konferensi besar itu, dan meskipun mereka berhasil melewati badai pertama, Sophie merasa ada banyak hal yang belum sepenuhnya selesai. Ketegangan yang ditinggalkan oleh pertanyaan rekan kerja Adrian masih membekas, dan semakin lama, semakin terasa seperti bayangan yang mengintai di setiap sudut kehidupannya.Adrian, yang biasanya tampak begitu tenang, kini seringkali terlihat terpenjara dalam pikirannya sendiri. Setiap kali mereka duduk berdua, ada ruang kosong yang tak terisi, sebuah jarak yang perlahan mengembang meskipun mereka duduk berdampingan. Sophie merasa semakin kesulitan untuk menghubungkan perasaan mereka, seolah ada dinding tak kasat mata yang terbentuk antara mereka.Namun, meskipun perasaan itu mengganggu, Sophie tahu bahwa hubungan mereka tidak bisa dibiarkan begitu sa
Bab 19 – Menembus Batas yang Tak TerlihatSophie berjalan keluar dari kantor dengan langkah ringan. Meskipun hatinya masih dibalut oleh rasa khawatir, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, sesuatu yang lebih kuat dan lebih percaya diri. Keputusan untuk terbuka tentang hubungannya dengan Adrian mulai membuahkan hasil. Meskipun beberapa rekan kerja masih memberikan pandangan aneh, sebagian besar dari mereka mulai menunjukkan dukungan, bahkan jika itu hanya dalam bentuk senyuman tipis atau sapaan singkat.Hari itu terasa seperti langkah pertama menuju kebebasan yang lebih besar. Sophie merasa seolah-olah beban yang selama ini menekan dirinya mulai sedikit terangkat. Tidak ada lagi keharusan untuk menyembunyikan sesuatu yang berharga. Dia dan Adrian mulai menjalani hari-hari mereka dengan lebih santai, lebih nyaman. Mereka memilih untuk tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan atau pikirkan tentang hubungan mereka. Mereka tahu bahwa, pada akhirn