Share

Bab 4

Penulis: Aall
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-20 14:57:36

Bab 4: Getaran yang Tak Bisa Dijelaskan

Suasana kantor mulai lengang saat jam menunjukkan pukul lima sore. Beberapa karyawan mulai berkemas, ada yang masih duduk menyelesaikan pekerjaan, tetapi kebanyakan sudah menghela napas lega, bersiap menyambut kebebasan usai jam kerja.

Sophie masih duduk di balik mejanya, jemarinya menari di atas keyboard laptop, menyelesaikan laporan keuangan mingguan yang harus masuk malam ini. Namun, bukan angka-angka yang memenuhi pikirannya. Sejak pagi, pikirannya sudah tidak sinkron dengan tubuhnya. Semua bermula dari ucapan Adrian kemarin sore di ruangannya.

“Lebih dari sekadar sekretaris.”

Kalimat itu berulang kali terngiang di kepalanya, seperti gema yang menolak reda. Ia berusaha menepisnya, menyibukkan diri dengan pekerjaan, bahkan mengganti playlist Spotify-nya ke lagu-lagu rock agar tidak terlalu larut dalam pikiran, tetapi tetap saja bayangan Adrian datang seperti siluet yang enggan pergi.

Apalagi pagi tadi, pria itu muncul dengan memegang kopi hangat dan meletakkannya di mejanya dengan tenang, seolah itu adalah hal biasa. Tidak ada basa-basi, hanya senyuman kecil—yang langka sekali terjadi—lalu dia kembali masuk ke ruangannya. Sophie nyaris tersedak kopi itu karena syok.

"He brought me coffee. Adrian Ward. Membuatkan aku kopi. Gila apa?" gumamnya sendiri waktu itu sambil memandangi gelasnya, seolah itu adalah artefak kuno penuh makna.

Sophie memutuskan untuk tidak memikirkannya lebih jauh. Mungkin Adrian sedang dalam suasana hati baik. Mungkin dia hanya menghargai kerja kerasnya. Namun, semua teori itu buyar saat sebuah pesan masuk ke ponselnya.

> Dari: Adrian Ward

"Temui saya di rooftop setelah jam kantor. Ada hal yang perlu kita bicarakan."

Matanya membulat. "Rooftop? Ngapain?"

Perutnya langsung mual seperti ditaburi kupu-kupu. Tangan yang tadinya lincah mengetik kini hanya diam membeku di atas keyboard.

Dia mencoba menarik napas panjang. "Tenang. Mungkin soal proyek kemarin. Atau mungkin aku salah input angka di laporan. Atau..."

Atau ini tentang perasaan?

Sophie langsung menampar pipinya pelan. "Jangan halu, Sof."

---

Langit sore tampak keemasan, dengan awan tipis mengambang tenang seperti kapas. Saat Sophie tiba di rooftop, ia sempat terdiam sejenak, tak menyangka tempat itu begitu indah di waktu senja. Ia jarang, bahkan nyaris tak pernah, naik ke sini. Namun, pemandangan sore ini benar-benar seperti lukisan.

Adrian sudah berdiri di dekat pembatas pagar, mengenakan kemeja hitam dan celana bahan warna arang. Wajahnya serius seperti biasa, tetapi sinar jingga matahari membuat sosoknya terlihat sedikit lebih hangat. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin, sedang mencari keberanian.

Sophie melangkah pelan mendekat. "Saya datang."

Adrian menoleh, lalu mengangguk kecil. "Terima kasih."

Mereka berdiri dalam diam beberapa detik, hanya diiringi angin sore dan suara lalu lintas yang jauh di bawah sana.

"Ada yang ingin Bapak bicarakan?" tanya Sophie, menjaga nada suaranya tetap formal, meski hatinya berdebar tak karuan.

Adrian menatapnya dalam. "Kau tahu aku bukan orang yang mudah terbuka. Selama ini, aku menjaga jarak dengan semua orang. Namun, denganmu... berbeda."

Sophie menahan napas.

"Aku tak tahu kapan dimulainya. Mungkin sejak kamu berdiri di depanku dengan gugup di hari pertama kerja, atau saat kamu mengingatkan aku makan siang di tengah deadline. Namun, yang jelas... aku mulai melihatmu bukan hanya sebagai sekretaris."

Jantung Sophie makin tak karuan. Ia ingin menjawab, tetapi tak tahu harus berkata apa.

"Aku tahu hubungan seperti ini rumit, dan aku bukan orang yang baik dalam menunjukkan perasaan. Namun, aku merasa kamu berhak tahu. Aku sedang belajar... merasakan lagi. Dan semua itu dimulai darimu."

Sophie akhirnya bicara, dengan suara pelan, nyaris berbisik, "Kenapa saya?"

Adrian tersenyum tipis. "Karena kamu tidak pernah memperlakukanku seperti atasan yang harus ditakuti. Karena kamu melihat aku sebagai manusia, bukan sekadar CEO."

Mereka kembali terdiam, tetapi kali ini bukan karena canggung, melainkan karena ada getaran yang tak bisa dijelaskan mengalir di antara mereka.

"Saya takut, Pak Adrian," bisik Sophie. "Takut jika ini mengubah segalanya."

"Aku juga," jawabnya pelan. "Tetapi aku lebih takut kehilanganmu."

Sore itu, matahari tenggelam di balik gedung-gedung kota. Namun, bagi dua hati yang baru saja terbuka, hari baru justru sedang dimulai. Belum ada janji, belum ada keputusan. Hanya keberanian untuk mengakui bahwa cinta memang tidak selalu datang dengan cara yang mudah—tetapi selalu layak diperjuangkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   bab 24

    Bab 24  Menyongsong Masa Depan, BersamaLangit malam semakin gelap, namun di dalam kantor mereka, lampu-lampu masih menyala terang. Sophie dan Adrian duduk berdampingan di meja kerja mereka, di tengah tumpukan proposal dan catatan kecil yang berserakan. Hari-hari mereka dipenuhi dengan pertemuan, diskusi panjang, dan sesekali tawa ringan, tetapi rasa lelah tetap terasa. Namun, kali ini ada rasa kepuasan yang tidak bisa disangkal, sebuah perasaan yang lebih besar dari sekadar kelelahan fisik.Beberapa bulan setelah pelatihan keterampilan pertama yang mereka selenggarakan untuk anak-anak, proyek mereka mulai menunjukkan hasil. Mereka berhasil memperoleh beberapa sponsor dari perusahaan besar yang tertarik untuk mendukung program sosial mereka. Tidak hanya itu, mereka juga berhasil menarik perhatian media lokal yang mulai meliput kegiatan mereka. Nama mereka, Sophie dan Adrian, mulai dikenal di kalangan komunitas sosial."Sophie, kita sudah jau

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 23

    Bab 23 Langkah Baru, Penuh HarapanPagi itu, langit cerah menyambut kedatangan mereka dengan hangat. Namun, meskipun cuaca terlihat begitu indah, Sophie dan Adrian tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang. Setelah beberapa hari yang penuh refleksi, mereka merasa bahwa hidup mereka perlu perubahan, lebih dari sekadar sekedar memperbaiki hubungan pribadi mereka, tapi juga memperbarui visi dan tujuan mereka. Kembali ke rutinitas lama, dengan segala tuntutannya, akan membebani mereka jika tidak ada langkah nyata untuk memperbaiki keadaan.Sophie menyarankan agar mereka lebih aktif dalam proyek sosial yang mereka impikan, dan Adrian mendukung sepenuhnya. Mereka ingin memberikan dampak positif, bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk masyarakat di sekitar mereka. Dalam hati mereka, mereka merasa semakin sadar bahwa hidup yang hanya berfokus pada kesuksesan pribadi atau pekerjaan tidaklah cukup. Ada kebutuhan yang lebih besar yang harus mereka

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 22

    Bab 22  Menyusuri Jejak TakdirSetelah pertemuan itu, waktu terasa berjalan semakin cepat. Hari-hari yang mereka lalui penuh dengan ketegangan, namun juga penuh dengan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat. Sophie dan Adrian telah mulai melihat kembali hubungan mereka dengan cara yang berbeda. Mereka tahu bahwa meskipun cinta adalah dasar dari semuanya, kehidupan tidak selalu tentang kebahagiaan semata. Ada komitmen, kerja keras, dan pengorbanan yang harus dilakukan.Sophie menghela napas panjang saat menatap kota besar di luar jendela kantor. Semua serba cepat, penuh dengan kesibukan, dan terkadang, itulah yang membuatnya merasa terjebak. Tapi saat ia mengingat kembali perjalanan mereka ke kota kecil tepi pantai itu, ada sedikit harapan yang kembali tumbuh di dalam hatinya. Hari-hari di sana memberi mereka lebih banyak ruang untuk berbicara, saling mendengar, dan yang terpenting, saling memahami. Mereka tahu bahwa mereka mas

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 21

    Bab 21 – Menyusuri Jejak TakdirHari-hari berlalu dengan cepat, dan meskipun hujan mulai reda dan langit terlihat lebih cerah, ada banyak hal yang belum terselesaikan. Sophie dan Adrian telah berusaha menjaga hubungan mereka dengan lebih baik, meskipun tantangan masih datang silih berganti. Di luar pekerjaan, kehidupan pribadi mereka mulai terasa semakin terikat, dan meskipun mereka berusaha menghadapinya dengan tenang, ada kalanya kelelahan menguras kekuatan mereka.Malam itu, setelah sebuah rapat panjang yang penuh dengan perdebatan dan diskusi, Sophie kembali ke apartemennya. Ia merasa lelah, baik fisik maupun mental. Rapat yang seharusnya membawa mereka ke langkah yang lebih maju malah menambah beban pikiran yang semakin berat. Banyak hal yang belum ia pahami, dan semakin lama, ia merasa semakin terjebak dalam lingkaran yang sulit untuk keluar.Saat ia tiba di apartemen, ia melihat Adrian duduk di sofa dengan ekspresi yang tidak biasa, l

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 20

    Bab 20 – Di Balik Tirai WaktuHujan turun deras di luar jendela rumah mereka, seolah mencerminkan hati Sophie yang sedang bergelora. Sudah hampir sebulan sejak konferensi besar itu, dan meskipun mereka berhasil melewati badai pertama, Sophie merasa ada banyak hal yang belum sepenuhnya selesai. Ketegangan yang ditinggalkan oleh pertanyaan rekan kerja Adrian masih membekas, dan semakin lama, semakin terasa seperti bayangan yang mengintai di setiap sudut kehidupannya.Adrian, yang biasanya tampak begitu tenang, kini seringkali terlihat terpenjara dalam pikirannya sendiri. Setiap kali mereka duduk berdua, ada ruang kosong yang tak terisi, sebuah jarak yang perlahan mengembang meskipun mereka duduk berdampingan. Sophie merasa semakin kesulitan untuk menghubungkan perasaan mereka, seolah ada dinding tak kasat mata yang terbentuk antara mereka.Namun, meskipun perasaan itu mengganggu, Sophie tahu bahwa hubungan mereka tidak bisa dibiarkan begitu sa

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 19

    Bab 19 – Menembus Batas yang Tak TerlihatSophie berjalan keluar dari kantor dengan langkah ringan. Meskipun hatinya masih dibalut oleh rasa khawatir, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, sesuatu yang lebih kuat dan lebih percaya diri. Keputusan untuk terbuka tentang hubungannya dengan Adrian mulai membuahkan hasil. Meskipun beberapa rekan kerja masih memberikan pandangan aneh, sebagian besar dari mereka mulai menunjukkan dukungan, bahkan jika itu hanya dalam bentuk senyuman tipis atau sapaan singkat.Hari itu terasa seperti langkah pertama menuju kebebasan yang lebih besar. Sophie merasa seolah-olah beban yang selama ini menekan dirinya mulai sedikit terangkat. Tidak ada lagi keharusan untuk menyembunyikan sesuatu yang berharga. Dia dan Adrian mulai menjalani hari-hari mereka dengan lebih santai, lebih nyaman. Mereka memilih untuk tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan atau pikirkan tentang hubungan mereka. Mereka tahu bahwa, pada akhirn

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 18

    Bab 18 – Di Bawah Bayang-Bayang CintaHari-hari setelah percakapan yang mengubah semuanya terasa berbeda bagi Sophie dan Adrian. Mereka berdua memutuskan untuk menghadapi gosip dan pandangan orang lain dengan kepala tegak, memilih untuk menjalani hubungan ini dengan lebih terbuka. Namun, meskipun mereka sudah berusaha sebaik mungkin untuk tidak terpengaruh oleh dunia luar, kenyataan tidak selalu semudah itu.Sophie merasa cemas setiap kali memasuki kantor, terutama saat berpapasan dengan rekan-rekan kerjanya yang mulai menunjukkan pandangan aneh. Kadang-kadang, percakapan di ruang makan siang terasa berbeda, lebih dingin, dan penuh dengan bisik-bisik yang sulit untuk dihindari. Namun, di sisi lain, ada juga rasa kebanggaan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Mereka sudah membuat keputusan, dan itu adalah keputusan yang tepat, meskipun jalan yang harus mereka tempuh tidak selalu mudah.***Setelah seminggu penuh dengan ketegan

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 17

    Bab 17 – Menembus Bayang-bayangPagi itu, Sophie melangkah ke kantor dengan langkah sedikit terburu-buru. Namun, meskipun cuaca Jakarta cerah dan udara terasa segar, ada perasaan yang tidak bisa ia hilangkan. Sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya, entah itu rasa cemas atau keraguan yang seakan-akan membebaninya sejak kejadian semalam. Gosip yang sempat ia baca beberapa hari yang lalu masih menggantung di kepalanya, meskipun Adrian sudah membantahnya. Namun, hatinya tetap merasa tidak tenang.Setelah memasuki ruang kerjanya, Sophie duduk di kursi dengan pikiran yang melayang. Layar komputer di depannya menampilkan deretan email yang belum terbaca, laporan yang harus diselesaikan, serta tugas-tugas lainnya yang menunggu. Namun, matanya tidak fokus pada pekerjaan. Pikirannya kembali ke apa yang terjadi antara dia dan Adrian. Rasa cemas itu datang lagi.Sophie menyadari bahwa pekerjaan ini bukanlah satu-satunya yang harus ia hadapi.

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 16

    Malam itu mereka tertidur di sofa, dengan televisi masih menyala menampilkan acara dokumenter yang tidak satupun dari mereka perhatikan. Sophie menyandarkan kepalanya di bahu Adrian, sementara tangan pria itu masih memeluknya erat, seolah takut jika ia lepas, dunia akan kembali kacau.Pagi harinya, Sophie terbangun lebih dulu.Ia tidak langsung bangkit. Sebaliknya, ia mengamati wajah Adrian yang masih tertidur. Ada kantung mata di bawah matanya, garis-garis tipis lelah di dahi, dan sesekali napasnya terdengar berat.Namun, di balik semua itu, ada ketulusan yang membuat Sophie tetap bertahan.Ia meraih selimut dan menyelimuti tubuh Adrian yang mulai kedinginan karena AC yang terlalu dingin, lalu bangkit pelan-pelan menuju dapur kecil di sudut apartemennya.Tak lama kemudian, aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan.Adrian menggeliat dan membuka mata perlahan.“Wah... ini surga ya?”

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status