Share

Hukuman yang Gila

Author: Paperrapoo
last update Last Updated: 2024-09-29 01:05:09

“Kamu sudah gila, ya? Kamu tahu apa yang baru saja kamu lakukan ini?” Galang berteriak, membuat Fika tersentak setelah beberapa saat lalu ia menggebrak meja karena amarahnya yang memucak. Beberapa karyawan lain bertanya-tanya dan menguping dari celah pintu ruangan kerja Galang.

Galang tak pernah berteriak dan marah sekeras ini sebelumnya. Sekalipun sangat marah, biasanya pria itu hanya akan menatap tajam tanpa ekspresi, dan langsung memecat karyawan yang membuatnya marah. Hal ini jelas membuat seluruh karyawan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruangan itu.

“Ma-maaf, Pak. Sa-saya tidak sengaja,” jawab Fika terbata-bata.

Galang mengangkat tangan kanannya. Fika mengira, Galang akan menamparnya. Seketika, pandangannya mengabur dan ia terjatuh di tempat. Fika pingsan sebelum Galang selesai berbicara.

Dimas menerobos masuk ke ruangan Galang tanpa permisi karena mendengar kegaduhan yang sangat jarang terjadi, terlebih seorang karyawan memberitahunya bahwa Fika sedang ada di ruangan ini. Hal yang ia wanti-wanti agar Fika hindari, justru harus gadis itu alami di hari pertamanya bekerja.

Ia tersentak, melihat Fika yang tergeletak di lantai tak sadarkan diri dengan Galang yang duduk di depan meja kerjanya tanpa melakukan kegiatan apapun. Dimas ingin menghampiri Fika jika saja sebuah suara tidak menahannya.

“Tinggalkan dia sendiri di sini.” Suara dingin itu, Dimas tak pernah mendengar Galang berbicara sampai seperti itu. Ia yakin, Fika pasti benar-benar membuat bosnya marah besar dan entah apa hukuman yang akan gadis itu dapatkan.

“Tapi, Pak, dia-”

“Tinggalkan dia di sini!” Galang mengulangi perkataannya dengan nada tinggi hampir berteriak. Dimas tak ingin mengambil risiko. Setidaknya, ia yakin Galang tak akan sampai melenyapkan Fika atas kesalahan yang dilakukan gadis itu.

*=*=*=*

Fika membuka matanya perlahan. Ia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Ia berpikir, mengapa ia bisa tidur di lantai … ruang kerja Galang? Sedetik kemudian, ia ingat sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal sebelum ia pingsan tadi. Fika melihat ke sekeliling ruangan. Bosnya sudah tak ada di ruangan itu, entah ia ke mana.

Fika mengendap-endap hendak keluar ruangan sebelum ia kembali bertemu Galang yang akan menghukumnya. Sebisa mungkin, ia harus menghindari pria kejam itu seumur hidupnya. Akan lebih baik jika Fika langsung resign hari itu juga. Lagipula, ia belum menandatangani kontrak kerja resmi di kantor itu.

“Jangan mencoba untuk kabur!” Suara berat itu menghentikan langkah Fika. Ia berbalik dan mendapati Galang berdiri satu langkah di depannya dengan tatapan tajam bagaikan harimau yang akan menguliti mangsanya.

Pria dengan potongan rambut comma hair itu memang terlihat sangat menawan. Hidung bangir dan rahang yang tegas pun menambah kesempurnaan fisik yang dimiliki lelaki itu.

Namun, saat ini, ketampanan Galang tak bisa menutupi amarahnya yang akan meledak seperti bom waktu. Sorot matanya yang tajam seolah bisa menjelaskan seberapa marahnya pria itu saat ini. Fika yang sempat terpana melihat paras Galang pun kembali teringat dengan perkataan Dimas tentang bosnya itu.

‘Seandainya dia tidak segalak itu,’ batin Fika.

“Jelaskan siapa kamu, dan dari mana asal-usulmu!” Hanya pertanyaan kecil yang seharusnya mudah untuk dijawab. Namun, jika disampaikan dengan nada tinggi, tentunya akan membuat siapa pun tersentak dan memilih untuk diam.

“Tidak perlu menjawab saya jika kamu bisu!”

“Sa-saya … saya Fika.”

“Ucapkan dengan jelas!” pintanya tegas sambil menekankan perkataannya.

“Saya Fika, office girl baru yang direkomendasikan oleh Pak Dimas.” Fika menjawab dengan satu tarikan napas sambil terus menundukkan kepalanya. Tangan dan kakinya sedikit bergetar. Ia benar-benar ingin segera keluar dari ruangan ini.

“Bukankah seharusnya setiap pegawai baru itu mendapatkan seleksi yang ketat? Selama 8 tahun terakhir, tidak pernah ada pegawai yang melakukan kesalahan kecil saja, apalagi sefatal ini. Dari mana asalnya pegawai tidak disiplin ini?” Fika menunduk tak berani mengangkat kepalanya.

“Kamu tahu apa yang sudah kamu lakukan?” Fika mengangguk ragu.

“Dan apakah kamu tahu? Tindakanmu itu sudah memenuhi persyaratan hukuman mati!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Dapur Galang

    Harum masakan yang dibuat oleh Fika, menyebar ke setiap penjuru rumah. Awalnya, Fika berniat masak diam-diam dan menghidangkannya di meja makan tanpa diketahui siapa pun. Jika baunya menyebar seperti ini, bukan hanya seisi rumah Galang, bahkan tetangga lainnya pun bisa ikut mencium baunya. Fika mengibas-ngibaskan tangannya untuk menghilangkan uap masakan yang sedang ia siapkan. Fika tak ingin Galang turun dan menyadari hal ini. Terakhir kali, Galang meminta Fika menemui Rifal dengan perkataan yang sedikit membingungkan bagi Fika sendiri. Fika merasa, pria itu mungkin sedikit kesal karena Rifal terus-menerus meneleponnya selagi ia bekerja dengan Galang. Maka dari itu, Fika membuat masakan ini dengan harapan Galang akan bersikap seperti biasa.Fika membawa semangkuk jamur yang ia masak dengan santan menuju ke meja makan. Sesampainya di meja makan, ia mulai menata semua jenis masakan yang telah ia siapkan. Disaat yang bersamaan, anak rambut Fika terus menjuntai men

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Rasa yang Tidak Hilang

    Fika membawa semangkuk sup ayam hangat untuk diberikan kepada Galang. Entah motivasi dari mana, tiba-tiba saja Fika ingin memasak sesuatu untuk untuk pria itu. Seminggu belakangan ini, ia lebih sibuk dari biasanya. Fika harus melakukan dua pekerjaan sekaligus. Pekerjaan Galang dan tentu pekerjaan dirinya sendiri untuk mengasisteni segala kegiatan Galang selama ia sakit. Setelah selesai mengurus berkas-berkas di kantor, Fika pulang dan pergi ke kamar Galang untuk memeriksa keadaan pria itu. Pintu kamar Galang terbuka sebagian. Fika mengetuk perlahan dan meminta izin untuk masuk. Terdengar suara grasah-grusuh dari dalam kamar Galang dan suara sebuah benda jatuh. Karena takut terjadi sesuatu pada Galang, Fika masuk tanpa izin dan mendapati Galang dengan pakaian yang baru terpasang setengah. Fika hendak menutupi wajahnya dengan tangan, namun ia ingat saat ini sedang membawa nampan berisi semangkuk sup ayam.“Maaf, Pak. Saya kira Bapa

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Bau Durian

    Siang ini, Fika harus dua kali bolak-balik ke kantor dan rumah sakit untuk mengambil dokumen penting, yang menurut Galang tidak bisa dipercayakan kepada orang lain. Fika pikir, dokumennya hanya akan disimpan oleh Galang dan ia urus setelah ia sembuh nanti. Rupanya, Galang meminta Fika untuk mengantar dokumen yang telah ditandatangani untuk diberikan kepada sekretaris di kantornya.“Pak, bisakah sekretaris Bapak yang datang ke sini untuk mengambilnya? Lutut saya rasanya lemas sekali bolak-balik dari kantor ke sini,” keluh Fika.“Dia sedang ada tugas lain dan tidak bisa mengambil dokumennya ke sini. Kalau kamu tidak mau mengantarnya, biar saya saja,” ujar Galang sambil menyibakkan selimutnya dan berusaha duduk. “Jangan, Pak, biar saya saja,” tolak Fika dengan cepat. Kedua tangannya berusaha menahan pergerakan Galang agar kembali berbaring. Dokter bilang, Galang belum boleh beraktivitas berat apalagi pergi ke kantor. Saat ini, kaki dan tangannya masih bel

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Galang Sadar

    Galang telah melewati proses operasi fraktur, namun saat ini ia masih belum sadarkan diri. Fika duduk tepat di samping tempat tidur Galang, menunggu pria itu sadar. Selama itu, Fika menatap lekat-lekat wajah Galang. “Wanita yang menandatangani surat persetujuan operasi Pak Galang kemarin, mengaku sepupunya Pak Galang. Tapi, Pak Galang bilang dia sudah tidak punya keluarga atau kerabat jauh. Jadi, sebenarnya siapa dia, ya? Dan, ke mana dia sekarang?” Fika bermonolog sambil mengerutkan keningnya.“Sadarlah, Pak. Banyak hal yang harus saya tanyakan. Terlebih, saya perlu memberitahu Pak Galang mengenai kerjasama kita dengan Pak Gallen. Maafkan saya jika ini akan merugikan perusahaan, tapi Media sudah melampaui batasannya. Dia tidak berhak menghina saya sejelek apapun saya. Saya tidak terima, Pak.” Fika bercerita, seolah Galang mendengarnya. Fika menggenggam tangan kanan Galang, ia mengelusnya perlahan. Halus sekali, pikirnya. Sedetik kemudian, dia teringa

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Kerabat Galang?

    “Dasar wanita gila! Apa hakmu menamparku?” tanya Medina berang. Fika membalasnya dengan tatapan tajam.“Apa maksudmu menampar istri saya di hadapan saya?” Gallen menambahkan.“Apa hakmu menyebutku jalang?” Fika membalikkan pertanyaan Medina.Medina terdiam sambil mengelus pipi kirinya. Gallen ikut memeriksa keadaan wajah Medina.“Saya sungguh tidak senang dengan perbuatan kamu ini! Saya ingin membatalkan kerja sama dengan perusahaan yang memperkerjakan karyawan yang kasar dan suka main tangan!” ujarnya sambil mengacungkan jari telunjuk kanannya tepat di hadapan wajah Fika.“Pertama, istri Anda yang lebih dulu mengatakan hal tidak menyenangkan terhadap saya. Kedua, Anda tidak bisa mencampurkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Di mana profesionalisme Anda sebagai pemilik suatu perusahaan, Pak?” Gallen kehilangan kata-kata untuk menjawab perkataan Fika. Memang benar, rasa-rasanya selama ini ia terus mencampurkan urusan pribadi dengan

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Galang Kecelakaan

    Galang menatap foto Fika di ponselnya yang tengah fokus memperhatikan pembicara saat meeting beberapa waktu lalu. Galang terlambat menyadari, gadis itu sangat cantik di matanya sekarang. Seandainya sebelumnya ia bisa mengatakan perasaannya kepada Fika, mungkin ia akan merasa lega walaupun gadis itu menolaknya. Tetapi, yang terjadi saat ini, Fika sudah dimiliki pria lain, bahkan mereka sudah merencanakan pernikahan.Galang mulai berpikir, antara harus merebut gadis itu dari calon suaminya, atau justru merelakannya dengan pria yang Fika pilih. Untuk opsi pertama, ia pikir, Fika belum tentu akan bahagia bersamanya, apalagi jika ia mendapatkan Fika dengan paksaan. Mungkin, saat ini Galang akan merelakan sesuatu yang belum pernah menjadi miliknya, untuk dimiliki oleh orang lain. Dengan melihat Fika hidup bahagia dengan pria yang ia cintai, itu sudah cukup bagi Galang.Galang kembali menatap sepasang sejoli yang duduk berhadapan tak jauh dari tempat duduknya. M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status