Share

Kesalahan Fatal

Penulis: Paperrapoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-29 01:00:13

Hari pertama bekerja, Fika sudah sampai di kantor 15 menit sebelum jadwal seharusnya. Ia pikir ingin lebih disiplin dalam pekerjaannya. Lagipula, memulai hari yang baru dengan kedisiplinan adalah hal yang bagus, bukan?

Setelah merapikan beberapa tempat yang menurutnya kurang rapi, Fika membantu mengerjakan pekerjaan lainnya. Ia juga berinteraksi dengan banyak pegawai sambil memperkenalkan dirinya sebagai karyawan baru.

Beberapa menit kemudian, dia mendengar riuh suara sapaan dari karyawan seisi kantor kepada seseorang.

“Selamat pagi, Pak Galang.”

Pria setinggi 185 cm dengan setelan turtleneck abu-abu tua dibalut jas hitam formal yang disapa itu hanya berjalan lurus tanpa menjawab sapaan karyawannya. Cukup tampan. Ralat, sangat tampan, hanya saja ekspresi wajahnya menggambarkan sikap menyeramkan. Fika yakin, pria itulah yang dipanggil bos besar oleh Dimas kemarin. Dimas benar, dari penampilannya saja sudah terlihat, bos mereka bukan orang yang ramah. Dari caranya berjalan, ia terlihat sangat angkuh. Fika melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, tak ingin lama-lama memperhatikan sesuatu yang menurutnya tidak penting.

“Heh, kamu! Pegawai baru! Sini!” panggil Shani sambil melambaikan tangannya.

“Iya, Bu, ada apa, ya?” tanyanya ramah walaupun perlakuan Shani kemarin sedikit membuatnya kesal.

“Setiap pagi, Pak Galang selalu meminta dibuatkan kopi. Hari ini, saya mau kamu yang buatkan. Konsentrasinya tiga sendok kopi hitam, tanpa gula. Cepat! Pak Galang tidak suka karyawan yang lamban!” titahnya setengah berteriak.

Fika teringat perkataan Dimas yang memintanya untuk tidak berinteraksi dengan bosnya itu. Ia masih bergeming di tempatnya, mencari alasan untuk menolak perintah Shani. Fika menatap Shani dengan tatapan mengiba.

“Kamu budek, ya? Ayo cepat! Baru sehari kerja sudah malas-malasan saja!” Shani—kepala tim marketing itu memang tidak bisa bersikap ramah, kecuali hanya pada orang-orang tertentu, salah satunya adalah Dimas.

Sikapnya semakin buruk saat mengetahui Fika bekerja atas rekomendasi Dimas—pria yang sejak awal ia sukai namun tak pernah membalas perasaannya. Tentunya, Shani ingin Fika tidak lagi bekerja di sana. Tidak tanggung-tanggung, Shani langsung melakukan hal yang akan menjadi petaka buruk bagi Fika jika gadis itu melakukan kesalahan sedikit saja. Berurusan dengan Galang bukanlah hal sepele, walaupun hanya sekadar membuatkan kopi.

Fika merasa, Shani akan menjadi tantangan yang cukup besar, yang harus ia hadapi selama bekerja di sini. Sejak kemarin, wanita itu langsung mengintimidasinya, dengan penyebab yang bahkan tidak Fika ketahui.

“Iya, Bu. Akan saya buatkan.”

Fika segera membuat kopi dengan ketentuan yang sudah Shani sebutkan. Tiga sendok kopi hitam tanpa gula. Pahit sekali, pikirnya. Pantas saja tidak ada sisi keramahan di wajahnya. Ternyata kopi seperti ini yang dia minum.

Fika mengaduknya perlahan, sengaja mengulur waktu berharap Shani berubah pikiran dan meminta office girl senior yang membuatnya. Namun, hingga kopi itu selesai dibuat, Fika tak mendengar Shani memanggilnya untuk membatalkan perintahnya tadi. Lututnya terasa lemas saat ia harus mengantar kopi itu ke ruangan Galang. Ia berkali-kali mengingatkan dirinya untuk tidak melakukan kesalahan sekecil apapun.

Fika mengetuk pintu ruangan Galang perlahan dan meminta izin masuk untuk mengantarkan kopinya. Setelah mendengar jawaban, Fika masuk sambil berjalan dengan hati-hati. Tangan Fika gemetar memegangi gelas kopi yang hampir tumpah. Entahlah, padahal ia tidak tahu bosnya akan segalak apa. Tapi, ia sudah terpengaruh dengan perkataan Dimas sebelumnya, yang memberikan kesan buruk terhadap Galang bagi Fika.

‘Hanya beberapa langkah lagi, Fika. Jangan buat kesalahan. Ayo berjalan pelan-pelan saja,’ batinnya.

Langkah demi langkah yang ia lalui, rasanya kaki Fika sangat berat.

Selangkah lagi menuju meja kerja Galang, Fika tersandung dengan kakinya sendiri. Benar saja, ia melakukan kesalahan yang ia takutkan. Kopi panas yang ia bawa menyiram laptop kerja Galang yang sedang bosnya itu gunakan.

Laptop milik Galang padam seketika. Untuk sesaat, Fika hanya bisa mematung merutuki dirinya sendiri yang melakukan kesalahan fatal yang sangat ia hindari, jauh di luar dugaannya.

Seketika, gebrakan meja menyadarkan Fika dari lamunannya.

“Ma-maaf, Pak. Sa-saya ….”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Dapur Galang

    Harum masakan yang dibuat oleh Fika, menyebar ke setiap penjuru rumah. Awalnya, Fika berniat masak diam-diam dan menghidangkannya di meja makan tanpa diketahui siapa pun. Jika baunya menyebar seperti ini, bukan hanya seisi rumah Galang, bahkan tetangga lainnya pun bisa ikut mencium baunya. Fika mengibas-ngibaskan tangannya untuk menghilangkan uap masakan yang sedang ia siapkan. Fika tak ingin Galang turun dan menyadari hal ini. Terakhir kali, Galang meminta Fika menemui Rifal dengan perkataan yang sedikit membingungkan bagi Fika sendiri. Fika merasa, pria itu mungkin sedikit kesal karena Rifal terus-menerus meneleponnya selagi ia bekerja dengan Galang. Maka dari itu, Fika membuat masakan ini dengan harapan Galang akan bersikap seperti biasa.Fika membawa semangkuk jamur yang ia masak dengan santan menuju ke meja makan. Sesampainya di meja makan, ia mulai menata semua jenis masakan yang telah ia siapkan. Disaat yang bersamaan, anak rambut Fika terus menjuntai men

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Rasa yang Tidak Hilang

    Fika membawa semangkuk sup ayam hangat untuk diberikan kepada Galang. Entah motivasi dari mana, tiba-tiba saja Fika ingin memasak sesuatu untuk untuk pria itu. Seminggu belakangan ini, ia lebih sibuk dari biasanya. Fika harus melakukan dua pekerjaan sekaligus. Pekerjaan Galang dan tentu pekerjaan dirinya sendiri untuk mengasisteni segala kegiatan Galang selama ia sakit. Setelah selesai mengurus berkas-berkas di kantor, Fika pulang dan pergi ke kamar Galang untuk memeriksa keadaan pria itu. Pintu kamar Galang terbuka sebagian. Fika mengetuk perlahan dan meminta izin untuk masuk. Terdengar suara grasah-grusuh dari dalam kamar Galang dan suara sebuah benda jatuh. Karena takut terjadi sesuatu pada Galang, Fika masuk tanpa izin dan mendapati Galang dengan pakaian yang baru terpasang setengah. Fika hendak menutupi wajahnya dengan tangan, namun ia ingat saat ini sedang membawa nampan berisi semangkuk sup ayam.“Maaf, Pak. Saya kira Bapa

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Bau Durian

    Siang ini, Fika harus dua kali bolak-balik ke kantor dan rumah sakit untuk mengambil dokumen penting, yang menurut Galang tidak bisa dipercayakan kepada orang lain. Fika pikir, dokumennya hanya akan disimpan oleh Galang dan ia urus setelah ia sembuh nanti. Rupanya, Galang meminta Fika untuk mengantar dokumen yang telah ditandatangani untuk diberikan kepada sekretaris di kantornya.“Pak, bisakah sekretaris Bapak yang datang ke sini untuk mengambilnya? Lutut saya rasanya lemas sekali bolak-balik dari kantor ke sini,” keluh Fika.“Dia sedang ada tugas lain dan tidak bisa mengambil dokumennya ke sini. Kalau kamu tidak mau mengantarnya, biar saya saja,” ujar Galang sambil menyibakkan selimutnya dan berusaha duduk. “Jangan, Pak, biar saya saja,” tolak Fika dengan cepat. Kedua tangannya berusaha menahan pergerakan Galang agar kembali berbaring. Dokter bilang, Galang belum boleh beraktivitas berat apalagi pergi ke kantor. Saat ini, kaki dan tangannya masih bel

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Galang Sadar

    Galang telah melewati proses operasi fraktur, namun saat ini ia masih belum sadarkan diri. Fika duduk tepat di samping tempat tidur Galang, menunggu pria itu sadar. Selama itu, Fika menatap lekat-lekat wajah Galang. “Wanita yang menandatangani surat persetujuan operasi Pak Galang kemarin, mengaku sepupunya Pak Galang. Tapi, Pak Galang bilang dia sudah tidak punya keluarga atau kerabat jauh. Jadi, sebenarnya siapa dia, ya? Dan, ke mana dia sekarang?” Fika bermonolog sambil mengerutkan keningnya.“Sadarlah, Pak. Banyak hal yang harus saya tanyakan. Terlebih, saya perlu memberitahu Pak Galang mengenai kerjasama kita dengan Pak Gallen. Maafkan saya jika ini akan merugikan perusahaan, tapi Media sudah melampaui batasannya. Dia tidak berhak menghina saya sejelek apapun saya. Saya tidak terima, Pak.” Fika bercerita, seolah Galang mendengarnya. Fika menggenggam tangan kanan Galang, ia mengelusnya perlahan. Halus sekali, pikirnya. Sedetik kemudian, dia teringa

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Kerabat Galang?

    “Dasar wanita gila! Apa hakmu menamparku?” tanya Medina berang. Fika membalasnya dengan tatapan tajam.“Apa maksudmu menampar istri saya di hadapan saya?” Gallen menambahkan.“Apa hakmu menyebutku jalang?” Fika membalikkan pertanyaan Medina.Medina terdiam sambil mengelus pipi kirinya. Gallen ikut memeriksa keadaan wajah Medina.“Saya sungguh tidak senang dengan perbuatan kamu ini! Saya ingin membatalkan kerja sama dengan perusahaan yang memperkerjakan karyawan yang kasar dan suka main tangan!” ujarnya sambil mengacungkan jari telunjuk kanannya tepat di hadapan wajah Fika.“Pertama, istri Anda yang lebih dulu mengatakan hal tidak menyenangkan terhadap saya. Kedua, Anda tidak bisa mencampurkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Di mana profesionalisme Anda sebagai pemilik suatu perusahaan, Pak?” Gallen kehilangan kata-kata untuk menjawab perkataan Fika. Memang benar, rasa-rasanya selama ini ia terus mencampurkan urusan pribadi dengan

  • Cinta Ugal-ugalan Bos Tampan    Galang Kecelakaan

    Galang menatap foto Fika di ponselnya yang tengah fokus memperhatikan pembicara saat meeting beberapa waktu lalu. Galang terlambat menyadari, gadis itu sangat cantik di matanya sekarang. Seandainya sebelumnya ia bisa mengatakan perasaannya kepada Fika, mungkin ia akan merasa lega walaupun gadis itu menolaknya. Tetapi, yang terjadi saat ini, Fika sudah dimiliki pria lain, bahkan mereka sudah merencanakan pernikahan.Galang mulai berpikir, antara harus merebut gadis itu dari calon suaminya, atau justru merelakannya dengan pria yang Fika pilih. Untuk opsi pertama, ia pikir, Fika belum tentu akan bahagia bersamanya, apalagi jika ia mendapatkan Fika dengan paksaan. Mungkin, saat ini Galang akan merelakan sesuatu yang belum pernah menjadi miliknya, untuk dimiliki oleh orang lain. Dengan melihat Fika hidup bahagia dengan pria yang ia cintai, itu sudah cukup bagi Galang.Galang kembali menatap sepasang sejoli yang duduk berhadapan tak jauh dari tempat duduknya. M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status