Pria di hadapannya menghela napas panjang. Lalu dia memberanikan diri menatap Miranda dalam-dalam. Hal itu membuat kakak iparnya tersebut merasa risih. Gadis itu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah.lain.Lukas tak putus asa. Diutarakannya isi hatinya. “Sama sekali nggak pernah terpikir olehku untuk mencari mama baru buat anakku. Bagiku kamulah perempuan yang terbaik dalam menggantikan posisi Astrid sebagai ibunya Joy, Mira.”Kerongkongan si gadis tercekat. Nah, lho, cetusnya dalam hati. Lukas udah mulai ngomong yang bukan-bukan. Mati aku!“Seandainya kamu mau memberiku kesempatan kedua, Mira,” ucap laki-laki itu semakin berani. “Akan kubuktikan bahwa aku dengan sepenuh hati akan menjagamu dan Joy seumur hidupku….”Miranda tak tahan lagi. Emosinya naik seketika. Dia bangkit berdiri. Lalu beranjak meninggalkan adik ipar sekaligus mantan kekasihnya itu. Gadis itu merasa tak pantas Lukas mengharapkan kembali cintanya. Dia tak mungkin mengkhianati Astrid. Roh adiknya itu tidak akan t
“Miranda,” ucap laki-laki konglomerat itu serius.Matanya menatap gadis itu lekat-lekat. Miranda merasa risih. Mereka hanya berdua di dalam mobil sekarang. Tidak ada Joy seperti biasanya.“A…apa, Los?” tanya gadis itu gelagapan.Dia memaksakan diri untuk balas menatap mata kliennya tersebut. Carlos bergerak mendekat. Miranda tersipu malu. Jantungnya berdetak kencang sekali. Gadis itu mulai menyadari bahwa dirinya menaruh hati pada pria ini.“Apa kamu menyukai papanya Joy?” tanya Carlos tiba-tiba.“Hah?! Apa katamu?” respon si gadis geli. Dia tertawa terbahak-bahak. Si pria tak berkedip memandanginya, bahkan sampai menelan ludah. Miranda mirip sekali dengannya kalau tertawa begini, cetus Carlos dalam hati. Digigitnya bibirnya getir. Berusaha menahan sesak yang terasa dalam dada.Melihat reaksi pria itu, Miranda jadi senang sekali. Dipikirnya Carlos cemburu pada Lukas. Gadis itu tersenyum manis. Dengan lembut dia berkata, “Lukas itu suami mendiang adikku, Los. Adik kandungku sendiri. Wa
“Kamu mikirin siapa, Mir? Laki-laki yang terakhir menciummu sebelum aku?” tanya Carlos tanpa tedeng aling-aling. Tatapannya tajam sekali bagaikan pedang yang menghunus ulu hati gadis di hadapannya.Miranda jadi salah tingkah. Dia tak siap dengan semua ini. Memang pria yang semula dianggapnya arogan ini makin lama makin menawan hatinya. Namun gadis itu menyadari bahwa terdapat jurang pemisah yang sangat lebar di antara mereka.Carlos Martin berasal dari keluarga terpandang di kota Surabaya, sedangkan dia hanyalah gadis biasa-biasa saja yang bahkan sudah menjadi yatim piatu sejak usia remaja. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Miranda sadar betul status sosial ekonominya sangat tidak selevel dengan pria ini.“Kenapa kamu nggak menjawab pertanyaanku, Mir?” cecar Carlos penasaran. “Apakah laki-laki yang kumaksud itu sebenarnya adalah…papanya Joy?”Si gadis tersentak. Ditatapnya Carlos seketika. Sorot mata gadis itu tampak panik. Kerongkongannya terasa tercekat. Lidahnya tak mampu meng
Akan tetapi kebutuhan hidup yang besar di kota metropolitan seperti Surabaya membuat gadis itu tak mampu banyak menabung dari penghasilannya sebagai broker properti. Apalagi sebagai marketing profesional dirinya dituntut untuk berpenampilan formal dan rapi setiap kali bertemu klien-klien yang rata-rata berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas. Selain itu pekerjaan Miranda yang mobile juga membutuhkan biaya bensin dan pulsa ponsel yang tak sedikit setiap bulannya. Belum lagi kebutuhan Joy yang beragam, seperti biaya sekolah, penitipan anak, dan lain-lain.“Sepertinya tahun ini penuh kejutan buatku,” gumam gadis itu pelan. “Aku bertemu kembali dengan Lukas setelah sekian tahun tak pernah mendengar kabar tentang dirinya. Syukurlah dia mulai bertanggung jawab secara finansial terhadap kebutuhan anaknya. Aku jadi bisa menabung sekarang. Keberuntunganku rupanya tak berhenti sampai di sana. Carlos akhirnya menunjukkan niatnya untuk menjalin hubungan lebih dekat denganku. Dia bahkan sud
“Apaan, sih? Bisanya nyindir melulu!” tukas gadis itu sengit.Lukas nyengir menanggapi kegusaran mantan kekasihnya tersebut. Lalu pria itu menghela napas panjang. Sorot matanya perlahan melembut. Tujuannya untuk mengurangi kesewotan Miranda. Dia ingin gadis itu merasa nyaman dengan dirinya seperti sebelum nama Carlos disebut-sebut. Karena sebentar lagi Lukas ingin menanyakan suatu hal yang teramat penting.“Sori sudah bikin kamu kesal, Mira,” sesal Lukas.Miranda diam saja. Dia pura-pura berkonsentrasi lagi pada ponselnya. Sebenarnya gadis itu tidak sedang chat dengan siapapun, melainkan memeriksa list properti-properti yang dipasarkannya di portal jual-beli. Apa ada pengunjung portal itu yang komen atau sekadar melihat-lihat saja. Selain itu dia juga mengecek list properti-properti terbaru yang di-upload oleh staf IT Bu Rosita pada website kantor pemasarannya.Merasa tidak mendapat tanggapan, Lukas kemudian melanjutkan, “Sekali lagi aku minta maaf ya, Mira, kalau kata-kataku tadi bi
Hari yang dinanti-nantikan tiba. Miranda menunjukkan beberapa rumah kepada Carlos. Total ada empat rumah. Semuanya berada di komplek perumahan yang sama dan terkenal mewah di kawasan Surabaya Barat.Hunian-hunian itu sudah pernah ditempati, tapi mempunyai karakter yang serupa. Yaitu modelnya klasik, terdiri dari dua lantai, terbuat dari material yang sangat mewah, siap huni, serta sudah dilengkapi perabot yang rata-rata diimpor dari Eropa. Di halaman belakang terdapat kolam renang outdoor yang berbentuk persegi panjang. Dari balkon lantai dua terlihat pemandangan padang golf yang sangat indah.Carlos tak berkomentar apa-apa. Dia memang melihat-lihat dengan teliti semua rumah pilihan Miranda tersebut. Tapi ekspresi pria itu datar-datar saja. Tak menunjukkan emosi apapun. Miranda jadi heran sendiri.Apa rumah-rumah pilihanku ini terlalu mahal, ya? batin gadis itu bimbang. Dia yakin sekali Carlos mampu membeli salah satunya, bahkan mungkin keempat rumah itu sekaligus. Tapi barangkali pr
Perlahan Miranda menganggukkan kepalanya. Carlos berteriak kegirangan. Spontan diangkatnya tubuh gadis itu. Miranda tertawa penuh sukacita.“Sudah, sudah. Turunkan aku, Carlos. Kita ini sedang berada di rumah orang, lho. Nggak enak,” kilah gadis itu berusaha menutupi perasaan malunya.“Ah, kan rumah kosong, Sayang. Kita mau ngapa-ngapain juga nggak ada yang tahu.”“Hei, memangnya kamu mau ngapain, Los? Ih, nggak mau, deh.”Sambil tertawa-tawa Carlos menurunkan tubuh gadis yang telah menerima lamarannya itu. Lalu diraihnya tangan kiri Miranda. Perlahan dimasukkannya cincin berlian tadi ke dalam jari manis gadis itu. Miranda terpesona. Statusnya telah berubah. Kini dia adalah calon istri dari pewaris tunggal Martin Bakery. Wow!Tubuhnya terasa hangat ketika bibir Carlos mendarat di dahinya. Miranda mencubit lengannya. Terasa sakit. Dia tidak bermimpi. Kejadian ini sungguh nyata adanya. Dia benar-benar menjadi Cinderella modern yang dipinang pangeran tampan nan kaya-raya.“Kalau begitu,
Carlos yang melihat kepanikan yang terpancar dari wajah gadis itu tersenyum sinis. “Jujur saja aku nggak percaya seratus persen pada ceritamu tentang papanya Joy. Firasatku mengatakan bahwa ada hal spesial yang pernah terjadi di antara kalian berdua.”Miranda tersentak. Ya ampun, orang ini peka sekali. Sampai bisa merasa aku ada apa-apanya dengan Lukas! Padahal aku sudah mengedit ceritaku sedemikian rupa supaya tidak menimbulkan kecurigaannya tentang Lukas, keluh gadis itu dalam hati.Dia memang tempo hari cuma bercerita bahwa Lukas dulu menikahi Astrid karena jatuh iba akibat penderitaannya mengidap penyakit leukimia. Juga tentang pria itu ternyata tak kuat mentalnya dan meninggalkan istrinya yang tengah hamil besar. Hingga ia terjerumus ke dalam pergaulan yang tak sehat dan masuk penjara. Dan setelah bertahun-tahun tak ada kabarnya, baru-baru ini Miranda bertemu kembali dengan laki-laki itu di suatu arena permainan di mal.Itu saja yang diceritakan gadis itu pada Carlos. Dia bahkan