แชร์

6. Keras Kepala

ผู้เขียน: taa_fn28
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-05-25 15:24:43

Setelah mengantar Shena ke terminal, Arlan segera melajukan mobilnya kembali untuk pulang. Sesampainya di rumah, tentu Kinara tidak diam karena kedatangan anaknya yang terlalu cepat dari waktu yang seharusnya.

Mendapat tatapan tajam dari Kinara, Arlan hanya mengembuskan napas panjangnya. Dia berjalan menghampiri laptopnya kembali yang masih tergeletak di meja ruang tamu, lalu melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertinggal.

“Kenapa kamu udah pulang? Kenapa cepet banget kembalinya? Kamu antar Shena, ‘kan? Kamu gak turunin Shena di tengah jalan, ‘kan?” tanya Kinara memberondong. Tidak ada jawaban dari Arlan. “Arlan, jawab mama!”

“Aku antar dia sampai di terminal,” jawab Arlan seraya masih menatap layar laptopnya dengan santai. “Dia bilang gak papa, kok. Jadi, yaudah, aku turunin aja di sana. Dia kan pengertian,” lanjutnya seraya menekan kalimat terakhir dari ucapannya.

Mendengar jawaban Arlan, Kinara sontak menggeram kesal. Dia membuang napasnya kasar sembari terus menatap tajam anaknya. “Kamu bilang kamu mau antar dia pulang, ‘kan? Seharusnya kamu antar dia sampai rumah, Arlan!”

“Dia itu udah bukan anak kecil lagi, Ma,” balas Arlan dengan cepat. Dia menutup laptopnya dengan sedikit kesal. “Dia sendiri kan yang bilang gitu? ‘Aku bukan anak kecil, aku bahkan lebih dewasa dari kamu’. Mama juga tau kan waktu dia bilang gitu? Jadi, udahlah, gak usah khawatirin dia.”

“Dia itu perempuan, Arlan. Kalau di jalan nanti ada yang jahatin dia gimana?!” geram Kinara seraya meremas ponselnya.

“Gak ada yang akan jahatin dia. Mama tenang aja,” ucap Arlan, “dia kan cuma gadis kampung. Cowok mana yang mau sama dia? Gila.”

“Kamu yang gila!”

Kinara mulai meninggikan suaranya. Tahu bahwa suara mamanya berubah, Arlan sontak terkejut dan menatap Kinara sedikit takut. “Ada apa, sih, Ma? Sebegitunya banget sama dia.”

“Mama tau kalau kamu itu orangnya baik, pekerja keras, penyayang juga sama mama. Tapi, kenapa kamu sama sekali gak peduli sama Shena?” tanya Kinara, “oke. Oke, kalau kamu emang gak mau dijodohin sama Shena, tapi mama cuma mau kamu bersikap baik sama Shena dan ayahnya, itu aja.”

“Kenapa Mama peduli banget, sih, sama mereka? Mereka bukan golongan seperti kita, Ma. Mereka cuma orang kampung, gak level sama kita.”

“Memangnya sejak kapan mama ajarin kamu buat bersikap begitu sama orang lain? Kita sama-sama manusia, entah kaya atau miskin, kita tetap sama. Jangan pernah jadikan kekayaan sebagai senjata untuk merendahkan orang lain, Arlan,” ucap Kinara, “mengerti?”

Tatapan tajam yang terus Kinara berikan untuknya sontak membuatnya tidak bisa membalas. Arlan pun hanya bisa mengangguk pasrah.

“Bagus. Oh, iya, lusa nanti mama akan pergi ke Singapura dan menetap di sana selama kurang lebih satu bulan.”

Mendengar itu, Arlan sontak memasang raut terkejutnya. “Satu bulan? Gak, gak boleh.”

“Loh, kenapa? Mama udah pesan tiket pesawatnya padahal.”

“Mama boleh, kok, pergi ke sana, tapi jangan selama itu dong. Kalau di sana Mama kenapa-napa gimana?” tegas Arlan dengan raut cemasnya.

Melihat anaknya yang memasang wajah cemas, membuat dirinya terkekeh kecil. “Tidak apa, mama akan jaga diri di sana. Lagipula, di sana mama gak sendiri, kok. Ada teman mama juga di sana. Kamu gak perlu khawatir.”

“Tapi, Ma--” Ucapan Arlan terhenti ketika melihat tatapan Kinara yang seakan mengatakan bahwa dirinya akan baik-baik saja. “Oke, tapi kalau ada apa-apa hubungi aku, ya.”

Kinara kembali tersenyum setelah mendapat persetujuan dari Arlan. Dia mengembuskan napasnya pelan dan ikut duduk di samping Arlan yang mulai fokus  ke laptopnya kembali.

“Oh, satu lagi, kalau kamu gak bisa kerjain pekerjaan rumah ini sendirian, kamu panggil Shena aja, ya,” ujar Kinara di sela aktivitas bermain ponselnya.

“Kenapa? Aku bisa lakukan sendiri,” jawab Arlan dengan cepat tanpa menoleh ke Kinara sedikit pun.

Kinara yang mendengar jawaban cepat dari anaknya sontak menoleh. “Yakin?” Arlan mengangguk. “Serius bisa?”

“Iya, Mama ...,” balas Arlan dengan nada sedikit geram, lalu kembali ke aktivitas kerjanya.

“Oke, buktikan aja kalau memang benar kamu bisa. Mama ke kamar dulu, mau istirahat,” ucap Kinara, kemudian pergi ke kamarnya.

Waktu terus berlalu. Hari kembali berganti. Seperti yang Kinara katakan waktu hari itu, dia akan benar-benar terbang ke Singapura hari ini juga.

Mereka berjalan bersama untuk memasuki bandara dan duduk di kursi tunggu bandara. Setelah mendapat pengumuman bahwa pesawat yang akan ditumpangi oleh Kinara segera terbang, mereka pun segera pergi.

Sebelum benar-benar pergi, Kinara menyodorkan map cokelat kepada Arlan dengan tiba-tiba. Arlan pun menerimanya dengan raut bingung.

“Berikan map itu ke Shena, ya. Mama titip map itu sama kamu,” ucap Kinara.

“Shena? Gadis kampung maksud Mama?”

“Mama udah bilang, ‘kan? Jangan panggil Shena ‘gadis kampung’ lagi,” sergah Kinara dengan kesal. Arlan pun hanya bisa mendengkus pelan ketika mendengarnya. “Satu lagi, posisi skretaris di kantor lagi kosong, ‘kan?” Arlan memangguk sebagai jawaban. “Oke, mama udah carikan orang buat isi posisi itu. Besok dia akan datang ke kantor kamu.”

“Gak perlu, Ma, aku gak butuh sekretaris,” tolak Arlan.

“Udah, kamu ikutin aja mau mama. Mama pergi dulu, ya,” ucap Kinara. Arlan mengangguk dan mencium punggung tangan Kinara dengan sopan. “Jangan lupa berikan map itu ke Shena.”

“Iya. Jangan lupa kabari aku kalau Mama udah sampai di sana.” Arlan menjawabnya dengan malas. Lalu, Kinara segera pergi untuk ke pesawatnya.

Setelah Kinara pergi, Arlan melihat map cokelat di tangannya sekejap, lalu mendengkus kesal. Arlan segera pergi dari bandara, menaiki mobilnya, lalu pergi menuju rumah.

Jam menunjukkan pukul 10.00 pagi hari di jam tangannya. Arlan memasukkan mobilnya ke halaman rumah dengan seorang penjaga gerbang yang membukakan gerbang untuknya. Dia memarkirkan mobilnya di tempatnya dan segera turun.

“Mas Arlan.”

Mendengar panggilan dari seseorang, Arlan sontak menoleh ke sumber suara. Embusan napas berat kembali dia buang ketika melihat sosok Shena yang sudah berdiri di belakangnya.

“Ngapain kamu ke sini?” tanya Arlan dengan nada ketus.

Tidak langsung marah karena sikap ketus Arlan, Shena justru menampilkan senyum simpulnya. “Aku disuruh mama untuk datang ke sini. Katanya ada sesuatu yang mau mama kasih ke aku dan sesuatu itu ada di Mas Arlan.”

“Hah?” Arlan sontak memasang raut bingungnya karena tidak mengerti dengan apa yang Shena katakan.

“Map cokelat,” ucap Shena, “kata mama, map cokelat itu ada di Mas Arlan.”

Setelah mendengar kata ‘map cokelat’ dari mulut Shena, Arlan akhirnya mengerti. Dia pun membuka kembali pintu mobilnya dan mengambil benda tersebut yang masih tertinggal di dalam.

Arlan memberikan map cokelat itu untuk Shena dan Shena menerimanya. “Terima kasih,” ucapnya.

“Sudah tidak ada kepentingan lagi, ‘kan? Pulang sana!” ucap Arlan mengusir.

Shena kembali tersenyum, lalu mengangguk. “Aku akan pergi. Sampai jumpa besok, Mas,” ucapnya, kemudian pergi.

Mendengar kalimat Shena, Arlan sedikit berpikir. Lalu, membelalakkan matanya seperti terkejut. “Tunggu!” serunya.

Shena yang sudah sampai di gerbang rumahnya pun seketika menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Arlan yang berjalan ke arahnya dengan tatapan tajam.

“Hei, ‘sampai jumpa besok’ yang kamu katakan tadi, apa maksudnya?” tanya Arlan tanpa basa-basi.

Shena sedikit terkejut ketika mendengar pertanyaan dari Arlan tersebut. Namun, kemudian dia kembali tersenyum. “Kita kan memang akan bertemu lagi besok,” jawab Shena.

Jawaban Shena membuat Arlan semakin bertanya-tanya. Namun, kata-kata Kinara kembali muncul di kepalanya. ‘Oke, mama udah carikan orang buat isi posisi itu. Besok dia akan datang ke kantor kamu’.

Arlan seketika tersentak, dia menatap Shena dengan garang. “Jangan-jangan mama nyuruh kamu buat jadi sekretaris saya?” tanyanya. Shena mengangguk dengan cepat. “Jangan datang! Saya tidak butuh sekretaris sepertimu.”

Kekehan kecil kembali terdengar. “Aku akan tetap datang. Ini adalah amanah yang harus aku lakukan,” jawab Shena, “permisi.”

Arlan terus menatap Shena yang pergi dengan tajam. “Dasar keras kepala!” gerutunya dengan suara pelan.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Cinta Untuk Mas Arlan   27. Pertunjukan Selesai

    “Selamat malam, Semuanya,” sapa Agas dengan suara tegas, tetapi tetap terdengar lembut. Dia bersikap layaknya seorang pangeran sungguhan. “Selamat datang dalam acara pesta dansa istana kerajaan.”Adegan kembali berlanjut hingga akhirnya Shena kembali muncul dengan anggunnya. Para penonton benar- benar dibuat terkagum dengan kemunculan Shena yang sangat berbeda. Gaun bak seorang putri kerajaan, sepatu kaca yang cantik, rambut yang terurai indah, dan sikap anggun yang Shena peragakan. Shena benar-benar terlihat seperti seorang putri kerajaan.Arlan semakin tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia bertopang dagu pada pahanya seraya masih terus melihat adegan keduanya. Dira terkekeh kecil saat menyadari perubahan raut Arlan pada adegan dansa Cinderella dan Pangeran.“Rileks saja, jangan gugup,” bisik Agas di sela adegan keduanya.Mendengar bisikan seperti itu dari Agas, Shena sontak mengangguk pelan. Dia memejamkan matanya sejenak, lalu menarik dan membuang napasnya untuk berusaha tenang. S

  • Cinta Untuk Mas Arlan   26. Pertunjukan Teater

    26. Pertunjukan TeaterPukul 14.45 waktu siang hari. Panggung teater telah bersih, semua properti yang dibutuhkan pun sudah tersedia di atas panggung. Kini hanya tinggal menunggu waktu saja sampai mereka semua tampil di atas panggung.Sebenarnya acara sedang diistirahatkan dulu hingga jam tiga sore lebih lima belas menit. Namun, karena persiapan yang dilakukan oleh anggota teater sangat banyak, mereka semua rela tidak beristirahat dulu hingga pertunjukan berakhir.“Shena, ini kostum pertamamu. Segera ganti dan bersiap untuk riasan sederhananya,” ucap salah satu divisi penata busana seraya memberikan kostum tersebut kepada Shena.Shena sontak menoleh dan mengangguk. “Baik,” jawabnya. Dia mengambil kostum tersebut dan segera bergegas menuju ruang ganti. Setelah selesai, Shena kembali ke posisi untuk dirias.Namun, kedatangan Doni dan temannya membuat aktifitas meriasnya terhenti sejenak. Shena menatap pria yang berdiri di samping Doni dengan tatapan bingung.“Shena, kenalin, ini Kenzo.

  • Cinta Untuk Mas Arlan   25. Tina

    Acara reuni masih terus berjalan. Satu per satu dari susunan acara mulai terealisasi. Pukul 12.00 siang hari acara dihentikan sejenak untuk beristirahat. Para tamu dalam reuni acara kampus tersebut mengambil beberapa camilan dari stand makanan yang sudah disiapkan oleh panitia acara.“Kamu mau ke mana?” tanya Dira saat melihat Arlan yang bangun dari kursinya.Arlan tidak langsung menjawab, dia merapikan setelan jas biru dongker yang dipakainya. Pun merapikan rambutnya juga. “Ada seseorang yang harus saya cari,” jawabnya tanpa menoleh ke Dira sedikit pun.“Siapa?” tanya Dira lagi. Dia memasang raut tanyanya, penasaran. “Shena?” tanya Dira semakin penasaran. Namun, Arlan tetap diam dan pergi meninggalkan tempatnya begitu saja. “Aneh.”Kembali ke ruang teater, mereka juga sedang beristirahat dari kesibukan mereka. Para pelakon drama segera menutup naskah mereka dan menyimpannya di atas meja. “Shena, kamu mau ke masjid?” tanya Sinta. Shena yang mendapat pertanyaan pun sontak mengangguk.

  • Cinta Untuk Mas Arlan   24. Reuni Kampus

    Pukul 09.45 pagi hari, Arlan telah sampai di kampusnya yang dulu. Dia datang ke acara tersebut dengan Dira. Para alumni pun sudah banyak yang datang, tetapi hanya beberapa yang masih Arlan kenal.Mereka segera mencari tempat duduk sebelum acara dimulai. Karena datang di waktu 15 menit sebelum acara dimulai, mereka akhirnya mendapat kursi di barisan belakang.“Mereka semua satu angkatan sama kamu?” tanya Dira seraya menunjuk sekumpulan pria yang sedang bercanda seraya menggendong anak masing-masing dengan matanya.Arlan sontak menoleh ke arah yang Dira tunjuk. “Saya tidak mengenal mereka.”“Aneh. Yang lain beneran reuni sama teman-teman lamanya. Lah, kenapa kamu diam aja di sini? Dulu kamu gak punya teman, ya? Ah, maksud aku ... kamu gak punya teman selain dia?” Mengerti dengan siapa yang Dira sebut ‘dia’, Arlan hanya mengembuskan napas beratnya. “Mungkin,” jawabnya singkat.“Wah ... gawat, sih, ini,” balas Dira seraya menggelengkan kepalanya pelan, lalu berdecak kecil secara berkali-

  • Cinta Untuk Mas Arlan   23. Gladi Resik

    Waktu terus berjalan tanpa henti, semenjak penyelesaian gosip tentang Dira dan Arlan, pun dengan Shena juga. Shena akhirnya bisa kembali bekerja dengan penuh semangat seperti biasanya.Bukan hanya itu, Shena bahkan memiliki teman baru, yaitu Dira. Karena kedekatannya dengan Dira dan Arlan, para karyawan juga benar-benar menghormatinya. Mereka benar-benar merasa bersalah karena telah menuduh dan menyebut Shena sebagai wanita tidak tahu diri. Namun, semuanya telah berlalu dan Shena sudah tidak ingin membahasnya kembali.Satu hari sebelum acara reuni kampus dimulai. Berbagai macam dekorasi pun sudah terpasang di beberapa bagian. Kampus pun sontak dipenuhi oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang akan tampil di acara tersebut. Dimulai dari eskul tari, marching band, taekwondo, paskibra, dan tentunya teater juga.Pukul 19.30 malam hari, anak teater kembali berkumpul untuk melakukan gladi resik. Mereka semua berkumpul di ruang tata panggung yang akan menjadi tempat mere

  • Cinta Untuk Mas Arlan   22. Datanglah!

    Jam istirahat telah datang. Seperti biasanya, Shena duduk di bangku panjang yang ada di belakang kantor. Dia membuka tasnya dan mengambil bekal untuk dia makan. Shena tiba-tiba terdiam saat melihat kotak bekal yang dia keluarkan.“Ini, kan, bekal buat mbak Dira,” gumamnya seraya terus menatap kotak bekal tersebut. Dia mengembuskan napasnya pasrah. “Tapi, kalau aku kasih nanti mbak Dira bakal mau gak, ya?”“Mau apa?” Suara Dira yang tiba-tiba sontak membuat Shena terkejut. Dia melihat Dira dan Arlan yang berjalan ke arahnya. “Mau apa?” tanya Dira mengulangi pertanyaannya.Shena menatap Dira dengan gugup, lalu memberikan kotak bekal yang dipegangnya untuk Dira. “Saya bawakan ini untuk Bu Dira,” ucap Shena dengan nada gugup.Melihat kotak bekal yang Shena sodorkan untuknya, Dira pun hanya terdiam. “Untuk saya?” tanyanya memastikan. Setelah mendapat anggukan dari Shena, Dira pun meneriman

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status