Kamu menolak keras perjodohan kita, karena aku memang hanyalah seorang gadis kampung dan bukan seorang wanita yang kamu idamkan. Namun, telah kuberikan cintaku untukmu, sekarang izinkan aku untuk menjemput cinta darimu.
ดูเพิ่มเติม“Kamu ini bagaimana, sih, hah?! Ditugaskan untuk membuat laporan seperti ini saja tidak becus! Kamu niat kerja di sini tidak, sih?!”
Kalimat dengan nada tinggi terus terdengar dari salah satu ruang kantor. Arlan Mazkuel—sang CEO Mazkuel Company—tidak hentinya menatap salah satu karyawan yang membuatnya marah.
“Kamu lihat ini!” Arlan menunjukkan hasil laporan di tangannya kepada sang karyawan. Karyawan itu hanya diam, menunduk dan sesekali melihat laporan yang dia buat. “Berantakan!” lanjut Arlan.
“Maaf, Pak, saya—”
“Maaf-maaf, kamu pikir kesalahan kamu ini bukan kesalahan yang fatal? Jelas ini sangat fatal! Jumlah material ini, jumlah pengeluaran, lalu hal lainnya juga, banyak sekali yang salah! Kamu mau buat perusahaan saya rugi besar dan menjadi bangkrut?!”
Arlan memotong ucapan sang karyawan dengan cepat. Dia menunjuk ke beberapa hal yang menurutnya masih salah dari laporan tersebut.
Sang karyawan hanya merespons dengan gelengan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Arlan tentang apakah dia ingin membuat ‘perusahaan bangkrut’ tadi.
“Untung saya lihat dulu hasil laporan yang kamu buat ini. Kalau tidak, semuanya akan hancur!” Arlan menghentikan kalimatnya sejenak ketika mendengar ponselnya yang ada di atas meja kerja tiba-tiba bergetar.
Arlan mengambil ponsel miliknya dan melihat siapa yang menghubunginya. Nama ‘Mama’ tertulis jelas di layar ponsel dan decakan kecil mulai terdengar. Dia memberikan hasil laporan tadi kepada karyawannya dengan kasar. “Saya tidak mau tahu, pokoknya laporan ini harus kamu perbaiki secepatnya! Pergi sana!”
“Baik, Pak. Permisi,” ucap sang karyawan dengan sopan dan berjalan keluar dari ruang kerja Arlan.
Setelah sang karyawan pergi, Arlan cepat-cepat menerima panggilan tersebut. “Halo, Ma,” sapa Arlan lebih dulu.
“Kok, lama banget angkatnya, kenapa?” tanya Kinara—Mama Arlan—dari seberang telepon.
“Tadi ada masalah sedikit, tapi sekarang udah selesai, kok. Ada apa Mama telepon aku?”
“Kamu bisa pulang ke rumah dulu sebentar gak? Ada hal yang mau Mama omongin ke kamu.”
“Soal apa? Sebentar lagi aku ada meeting, Ma.”
“Kok, gitu, sih? Jadi, meeting kamu itu lebih penting daripada mama?” tanya Kinara dengan nada sedihnya.
“Bukan gitu, Ma, tapi---“
“Udah, kamu ke sini secepatnya, ya? Mama tunggu.”
Panggilan terputus, Kinara memutuskannya secara sepihak, membuat Arlan berdecak kesal. Dia terdiam sejenak, memikirkan tentang apa yang ingin Kinara bicarakan dengannya. Namun, setelah itu, dia mengembuskan napas beratnya dan segera pergi untuk kembali ke rumah.
Arlan segera melaju dengan mobil miliknya. Jalanan yang lancar tanpa macet membuat mobil Arlan terus melaju dengan mudah.
15 menit telah berlalu, Arlan menghentikan mobil miliknya di depan rumah. Dia keluar dari mobil dan berjalan hendak memasuki rumahnya. Namun, langkahnya terhenti sejenak ketika berada di depan salah satu penjaga rumahnya.
Arlan memberikan kunci mobil miliknya kepada penjaga tersebut dan memberi perintah, “Parkirkan mobil saya!”
Penjaga tersebut sontak mengangguk patuh. “Baik, Tuan,” jawabnya.
Arlan melanjutkan kembali langkahnya untuk masuk rumah. Raut wajahnya seketika berubah menjadi bingung saat menemukan dua orang lain yang duduk di sofa rumahnya.
“Arlan,” panggil Kinara dengan senyum lebarnya.
Merasa dirinya terpanggil, Arlan mempercepat langkahnya dan ikut duduk di samping Kinara. Tatapannya tertuju kepada seorang gadis yang duduk di depannya seraya terus menunduk.
“Ma, sebenarnya ada apa ini?” tanya Arlan memberanikan diri. Dia menatap dua orang asing di depannya secara bergantian. “Siapa mereka?”
Tidak langsung menjawab pertanyaan dari Arlan, Kinara justru hanya menunjukkan senyumnya.
“Pria ini namanya Niko,” ucap Kinara. Niko sontak tersenyum dan menyodorkan tangannya kepada Arlan. “Beliau ini adalah teman masa kecil mama,” lanjutnya. Arlan pun menerima sodoran tangan Niko dan berusaha untuk tetap sopan.
“Salam kenal, Nak Arlan,” ucap Niko dengan nada sopan. Arlan pun hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
“Dan yang di sebelah pak Niko itu adalah anaknya. Namanya Shena,” lanjut Kinara seraya menatap Shena dengan hangat. Shena pun hanya bisa tersenyum dan mengangguk sopan.
Tatapan Arlan sontak beralih ke arah Shena. Shena yang merasa dirinya terus ditatap oleh seseorang, sontak mengangkat kepalanya dan matanya bertemu dengan mata Arlan. Karena terkejut, Shena kembali menunduk untuk menghindari tatapan dari Arlan.
“Mama mengundang mereka untuk datang ke sini. Tidak disangka, mereka mau datang jauh-jauh dari kampung, loh. Jujur, mama seneng banget karena bisa ketemu lagi sama teman lama mama.”
Arlan menatap Kinara yang juga menatapnya dengan penuh binar, lalu mengembuskan napasnya pelan. “Lalu, apa yang mau Mama bicarakan sama aku? Dan kenapa harus ada mereka di sini?”
“Jaga sikap dan omongan kamu, mereka itu tamu mama. Kamu yang sopan dong.” Mendapat teguran dari Kinara, Arlan kembali diam dan tidak menjawab. “Kamu tahu, Arlan? Dulu, mama dan pak Niko ini punya sebuah perjanjian.”
“Perjanjian?” Arlan kembali menunjukkan raut bingungnya. “Maksud Mama apa?”
“Jadi, begini, Nak Arlan, dulu kami saling berjanji kalau di antara kami ada yang memiliki seorang anak perempuan dan laki-laki, kami akan menjodohkan keduanya,” ucap Niko berusaha menjelaskan.
Mendengar penjelasan singkat Niko, Arlan semakin dibuat bingung. Dia terus menatap Kinara untuk meminta penjelasan kembali. Dia berharap agar apa yang dipikirkan tidak terjadi secara nyata.
“Sekarang, kan, usia kamu sudah matang untuk menikah, tapi sekalipun kamu tidak pernah mengenalkan seorang perempuan ke mama. Mama juga mau punya cucu, Arlan.”
Gelengan kepala terus Arlan tunjukkan. “Bukan ‘tidak pernah’, Ma, tapi ‘belum’.”
“Belum, ya?” tanya Kinara, “lalu kapan? Mama mau agar kamu cepat menikah, Arlan. Memangnya apa lagi yang mau kamu kejar? Kuliah sudah selesai, pekerjaan sudah ada, jabatan sudah tinggi, pendapatan sudah mencukupi, apa lagi yang kurang? Cuma satu, Arlan. Istri. Kamu sudah dewasa, sudah saatnya kamu membina keluarga kamu sendiri, bukan terus-terusan tinggal di sini dan mama terus yang urus kamu.”
Tampak sekali raut kesal di wajah Arlan. “Ma, selama ini aku selalu turutin semua yang Mama mau. Itu semua aku lakuin untuk kebahagiaan Mama dan melaksanakan amanah yang papa berikan buatku di napas terakhirnya. Namun, untuk keinginan Mama yang satu ini, aku gak bisa wujudkan, Ma.”
“Kamu tidak mau buat mama kecewa, ‘kan?” tanya Kinara, “Arlan, kamu adalah anak mama satu-satunya. Mama cuma mau berikan yang terbaik dan kebahagiaan buat kamu.”
“Gak, Ma, bukan kebahagiaan aku, tapi kebahagiaan Mama,” jawab Arlan dengan tegas. “Aku gak bisa, Ma,” lanjutnya. Arlan menatap Niko dan Shena bergantian. “Pak Niko, sebaiknya Anda dan putri Anda segera pergi dari sini. Silakan.”
“Arlan!” ucap Kinara dengan marah. “Mama gak suka, ya, kalau kamu berontak begini. Mama gak mau tahu, pokoknya Mama akan tetap jodohkan kamu dengan Shena. Titik!”
“Selamat malam, Semuanya,” sapa Agas dengan suara tegas, tetapi tetap terdengar lembut. Dia bersikap layaknya seorang pangeran sungguhan. “Selamat datang dalam acara pesta dansa istana kerajaan.”Adegan kembali berlanjut hingga akhirnya Shena kembali muncul dengan anggunnya. Para penonton benar- benar dibuat terkagum dengan kemunculan Shena yang sangat berbeda. Gaun bak seorang putri kerajaan, sepatu kaca yang cantik, rambut yang terurai indah, dan sikap anggun yang Shena peragakan. Shena benar-benar terlihat seperti seorang putri kerajaan.Arlan semakin tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia bertopang dagu pada pahanya seraya masih terus melihat adegan keduanya. Dira terkekeh kecil saat menyadari perubahan raut Arlan pada adegan dansa Cinderella dan Pangeran.“Rileks saja, jangan gugup,” bisik Agas di sela adegan keduanya.Mendengar bisikan seperti itu dari Agas, Shena sontak mengangguk pelan. Dia memejamkan matanya sejenak, lalu menarik dan membuang napasnya untuk berusaha tenang. S
26. Pertunjukan TeaterPukul 14.45 waktu siang hari. Panggung teater telah bersih, semua properti yang dibutuhkan pun sudah tersedia di atas panggung. Kini hanya tinggal menunggu waktu saja sampai mereka semua tampil di atas panggung.Sebenarnya acara sedang diistirahatkan dulu hingga jam tiga sore lebih lima belas menit. Namun, karena persiapan yang dilakukan oleh anggota teater sangat banyak, mereka semua rela tidak beristirahat dulu hingga pertunjukan berakhir.“Shena, ini kostum pertamamu. Segera ganti dan bersiap untuk riasan sederhananya,” ucap salah satu divisi penata busana seraya memberikan kostum tersebut kepada Shena.Shena sontak menoleh dan mengangguk. “Baik,” jawabnya. Dia mengambil kostum tersebut dan segera bergegas menuju ruang ganti. Setelah selesai, Shena kembali ke posisi untuk dirias.Namun, kedatangan Doni dan temannya membuat aktifitas meriasnya terhenti sejenak. Shena menatap pria yang berdiri di samping Doni dengan tatapan bingung.“Shena, kenalin, ini Kenzo.
Acara reuni masih terus berjalan. Satu per satu dari susunan acara mulai terealisasi. Pukul 12.00 siang hari acara dihentikan sejenak untuk beristirahat. Para tamu dalam reuni acara kampus tersebut mengambil beberapa camilan dari stand makanan yang sudah disiapkan oleh panitia acara.“Kamu mau ke mana?” tanya Dira saat melihat Arlan yang bangun dari kursinya.Arlan tidak langsung menjawab, dia merapikan setelan jas biru dongker yang dipakainya. Pun merapikan rambutnya juga. “Ada seseorang yang harus saya cari,” jawabnya tanpa menoleh ke Dira sedikit pun.“Siapa?” tanya Dira lagi. Dia memasang raut tanyanya, penasaran. “Shena?” tanya Dira semakin penasaran. Namun, Arlan tetap diam dan pergi meninggalkan tempatnya begitu saja. “Aneh.”Kembali ke ruang teater, mereka juga sedang beristirahat dari kesibukan mereka. Para pelakon drama segera menutup naskah mereka dan menyimpannya di atas meja. “Shena, kamu mau ke masjid?” tanya Sinta. Shena yang mendapat pertanyaan pun sontak mengangguk.
Pukul 09.45 pagi hari, Arlan telah sampai di kampusnya yang dulu. Dia datang ke acara tersebut dengan Dira. Para alumni pun sudah banyak yang datang, tetapi hanya beberapa yang masih Arlan kenal.Mereka segera mencari tempat duduk sebelum acara dimulai. Karena datang di waktu 15 menit sebelum acara dimulai, mereka akhirnya mendapat kursi di barisan belakang.“Mereka semua satu angkatan sama kamu?” tanya Dira seraya menunjuk sekumpulan pria yang sedang bercanda seraya menggendong anak masing-masing dengan matanya.Arlan sontak menoleh ke arah yang Dira tunjuk. “Saya tidak mengenal mereka.”“Aneh. Yang lain beneran reuni sama teman-teman lamanya. Lah, kenapa kamu diam aja di sini? Dulu kamu gak punya teman, ya? Ah, maksud aku ... kamu gak punya teman selain dia?” Mengerti dengan siapa yang Dira sebut ‘dia’, Arlan hanya mengembuskan napas beratnya. “Mungkin,” jawabnya singkat.“Wah ... gawat, sih, ini,” balas Dira seraya menggelengkan kepalanya pelan, lalu berdecak kecil secara berkali-
Waktu terus berjalan tanpa henti, semenjak penyelesaian gosip tentang Dira dan Arlan, pun dengan Shena juga. Shena akhirnya bisa kembali bekerja dengan penuh semangat seperti biasanya.Bukan hanya itu, Shena bahkan memiliki teman baru, yaitu Dira. Karena kedekatannya dengan Dira dan Arlan, para karyawan juga benar-benar menghormatinya. Mereka benar-benar merasa bersalah karena telah menuduh dan menyebut Shena sebagai wanita tidak tahu diri. Namun, semuanya telah berlalu dan Shena sudah tidak ingin membahasnya kembali.Satu hari sebelum acara reuni kampus dimulai. Berbagai macam dekorasi pun sudah terpasang di beberapa bagian. Kampus pun sontak dipenuhi oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang akan tampil di acara tersebut. Dimulai dari eskul tari, marching band, taekwondo, paskibra, dan tentunya teater juga.Pukul 19.30 malam hari, anak teater kembali berkumpul untuk melakukan gladi resik. Mereka semua berkumpul di ruang tata panggung yang akan menjadi tempat mere
Jam istirahat telah datang. Seperti biasanya, Shena duduk di bangku panjang yang ada di belakang kantor. Dia membuka tasnya dan mengambil bekal untuk dia makan. Shena tiba-tiba terdiam saat melihat kotak bekal yang dia keluarkan.“Ini, kan, bekal buat mbak Dira,” gumamnya seraya terus menatap kotak bekal tersebut. Dia mengembuskan napasnya pasrah. “Tapi, kalau aku kasih nanti mbak Dira bakal mau gak, ya?”“Mau apa?” Suara Dira yang tiba-tiba sontak membuat Shena terkejut. Dia melihat Dira dan Arlan yang berjalan ke arahnya. “Mau apa?” tanya Dira mengulangi pertanyaannya.Shena menatap Dira dengan gugup, lalu memberikan kotak bekal yang dipegangnya untuk Dira. “Saya bawakan ini untuk Bu Dira,” ucap Shena dengan nada gugup.Melihat kotak bekal yang Shena sodorkan untuknya, Dira pun hanya terdiam. “Untuk saya?” tanyanya memastikan. Setelah mendapat anggukan dari Shena, Dira pun meneriman
Esokan harinya, Shena bangun jam lima pagi. Dia segera bangun dan melaksanakan salat subuh, lalu mencuci baju. Setelah selesai mencuci baju di jam setengah enam pagi, Shena mulai menggoreng risol-risol yang dibuatnya bersama Dira sore kemarin. Sekalian memasak untuk sarapan dan membawakan bekal untuk Arlan.Jam tujuh, semuanya telah selesai. Shena bergegas untuk mandi, sarapan, dan bersiap berangkat kerja. Seperti biasanya, Shena menunggu tukang ojek online di depan kosan. Setelah ojek datang, Shena segera naik, lalu melaju menuju ke kantor Arlan.Shena membawa wadah kotak yang berisi risol tersebut di pangkuannya. Tidak seperti yang dia harapkan, jalanan hari itu cukup padat hingga membuatnya merasa sedikit cemas karena takut terlambat.Namun, keberuntungan masih berpihak ke Shena. Dia berhasil datang pada pukul 07.50 waktu pagi hari, itu artinya dia berhasil datang sepuluh menit sebelum jam kerjanya dimulai. Setelah membayarkan ongkosnya, Shena segera bergegas masuk ke kantor. Namun
“Arlan!” seru Dira memanggil seraya membuka pintu ruang Arlan. Arlan yang mendengar seruan tersebut sontak memasang raut terkejutnya. “Aku punya berita besar buat kamu!”“Harus berapa kali saya bilang sama kamu buat ketuk pintu dulu sebelum masuk,” ucap Arlan menahan kekesalannya. “Ada apa?”Mendengar nada kesal dari Arlan, Dira hanya menunjukkan cengengesannya tanpa meminta maaf. Dia menutup kembali pintu tersebut dan menghampiri meja kerja Arlan, lalu duduk di bangku yang ada di depan meja Arlan.Dira melihat ke tas serut yang dikenalnya. “Loh, bukannya dia lagi libur, ya? Kok, bisa dapat gitu?”Mengerti dengan ke mana arah tatapan Dira, Arlan mengangguk. “Dia mengutus tukang ojek, lalu dititipkan ke satpam di depan seperti biasanya.”“Dia perhatian banget, ya. Kemarin malam juga dia nolongin aku dari penjahat.”Mendengar itu, Arlan sontak menoleh. &l
Satu minggu telah berlalu. Namun, gosip kedekatan Arlan dan Dira masih saja belum hilang. Shena yang terus-terusan mendapat omongan tidak enak dari para karyawan pun hanya bisa tutup telinga dan berpura-pura untuk tidak peduli. Meskipun gosip tentangnya yang semakin hari semakin memanas, Shena tetap tidak bisa melawannya. Terus berusaha menghindari Arlan agar gosip tersebut tidak semakin menyebar hingga keluar benar-benar melelahkan baginya. Karena gosip tersebut, semangat kerja Shena pun perlahan menghilang. Mendengar hal buruk tentangnya dari orang lain, mendengar orang-orang yang mendukung hubungan Arlan dan Dira, lalu melihat secara langsung dari kedekatan antara keduanya. Shena hanya bisa mengembuskan napasnya pasrah berkali-kali setiap mendengar para karyawan yang membicarakannya secara terang-terangan. Tidak ingin terjadi keributan, Shena bergegas pergi ke ruang lainnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Arlan dan Dira yang sedang berjalan berdampingan untuk masuk ke k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น