Share

5. Perpisahan

Author: taa_fn28
last update Last Updated: 2023-05-17 17:19:53

“Loh, Arlan, kamu gak ke kantor?” 

Mendengar suara Kinara, Arlan sontak menoleh. “Hari ini aku kerja di rumah aja,” jawabnya seraya menatap layar laptopnya kembali.

“Mumpung kamu di sini, tolong antar Shena pulang, ya.”

Arlan sontak menghentikan aktivitasnya, matanya beralih menatap Kinara kembali. “Pulang?” Kinara mengangguk cepat sebagai jawaban. “Ke kampung?” tanya Arlan lagi dan diangguki oleh Kinara. “Dia bisa pulang sendiri, ‘kan? Kasih aja uang buat ongkosnya.”

“Gak bisa gitu dong. Kamu kan calon suaminya, kamu yang antar dong. Sekalian pendekatan sama ayahnya, alias calon mertua kamu.” Kinara terkekeh kecil di akhir kalimatnya.

“Aku udah bilang kalau aku gak mau dijodohkan sama dia, kenapa Mama terus maksa gitu?” tanya Arlan, “sebenarnya apa alasan Mama terus bersikeras agar perjodohan tetap berlanjut?”

“Mama berhutang nyawa dengannya,” jawab Kinara. Arlan memasang raut tanyanya. “Pak Niko. Lagipula, setelah mama mengenal Shena, entah kenapa mama langsung kagum sama dia. Perhatian, penyayang, penyabar, rajin, pintar, tentunya cantik juga, dan masih banyak lagi keunggulan yang dia miliki. 

“Ingat, Arlan, mencari seorang istri jangan cuma cari yang cantiknya aja. Namun, juga harus punya kelebihan yang lainnya, yaitu mengurus rumah dan mengurus suami. Kalau cuma cantik tapi gak bisa urus kedua poin utama itu, percuma kamu jadiin dia istri. Dan mama lihat semua kemampuan itu ada di Shena.

“Pilihan mama gak akan salah. Ini juga demi kebaikan kamu, biar kamu gak salah pilih calon istri.”

Embusan napas berat terdengar dari Arlan. Dia menutup laptopnya dan menatap Kinara dengan teduh. “Tapi, aku gak cinta, Ma.”

“Bukan ‘gak’, tapi ‘belum’,” balas Kinara meralat ucapan Arlan. Arlan pun lagi-lagi hanya bisa mengembuskan napas lelahnya. “Setelah kamu benar-benar mengenalnya, kamu baru akan sadar seberapa berartinya Shena di hidup kamu.”

“Ma.” Merasa terpanggil, Kinara sontak menoleh ke sumber suara. Shena baru saja keluar dari kamar dengan tas gendong di belakangnya, dia berjalan ke arah Kinara dengan senyum simpulnya. “Ma, aku pamit pulang dulu, ya.”

“Shena, pulang sama Arlan, ya,” ucap Kinara. Shena sontak menoleh ke arah Arlan yang juga sedang menatap ke arahnya.

Shena menunjukkan senyumnya untuk Arlan. “Memangnya Mas Arlan mau antar aku pulang? Ke kampung, loh.”

Mendapat pertanyaan dari Shena, Arlan memasang tatapan tajamnya. “Saya sibuk.”

Kekehan kecil terdengar di telinga Arlan. “Yaudah, Ma, aku pergi dulu, ya.” Shena mencium punggung tangan Kinara sebagai tanda hormat sekaligus berpamitan. “Mas Arlan, semangat, ya, kerjanya. Jangan lupa istirahat. Aku pergi dulu.”

Tidak ada jawaban dari Arlan. Dia hanya terus fokus ke laptopnya, berpura-pura tidak mendengar apa yang Shena ucapkan untuknya. 

Tidak mendapat respons apa pun dari Arlan, Shena hanya bisa mengembuskan napas pasrah dan kembali menunjukkan senyumnya di depan Kinara. Kinara mengantar Shena sampai di depan rumah untuk menemui pak Eno. 

“Pak Eno, tolong antar Shena ke rumahnya, ya,” pinta Kinara, “sudah tau rumahnya, ‘kan?”

Pak Eno mengangguk dengan cepat. “Ibu tenang saja, saya masih ingat, kok. Ayo, Neng!”

“Iya, Pak,” balas Shena, “Bu, makasih banyak, ya, udah izinin aku menginap di sini. Aku pulang dulu.”

“Iya, Sayang.” Kinara mengecup kening Shena cukup lama. “Pak Eno, hati-hati, ya!”

“Siap, Bu!” seru pak Eno seraya menunjukkan ibu jarinya.

“Tunggu!” seru Arlan. Semuanya sontak menoleh ke sumber suara. Arlan berjalan mendekat ke mobil dan menemui pak Eno. “Pak, biar saya yang antar dia.”

“Pak Arlan yakin?” tanya pak Eno dengan raut ragunya. Arlan tidak menjawabnya, dia hanya terus memberi kode agar pak Eno segera turun. “Baik, Pak Arlan.”

Setelah pak Eno turun dari mobil, Arlan pun segera masuk. “Cepat masuk!”

Shena yang mengerti bahwa perintah Arlan itu ditujukan untuknya, Shena pun dengan cepat masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku depan samping Arlan.

“Sering-sering main ke sini, ya!” seru Kinara seraya melambaikan tangannya ke arahnya Shena. Shena pun mengangguk sebagai jawaban dan membalas lambaian tangan Kinara dengan lambaian juga.

Arlan mulai melajukan mobilnya. Sepi, tidak ada suara selain suara mesin dan kendaraan lain di perjalanan panjang mereka. Shena hanya terus melihat jalanan dari kaca mobil di sampingnya. 

“Pimpin jalannya,” ujar Arlan. Shena yang awalnya hanya fokus ke jalanan, sontak menoleh ke arah Arlan dengan raut terkejutnya. “Pimpin jalannya.”

“Oh, iya. Mas Arlan tau gedung besar yang terbengkalai di kota ini?” tanya Shena. Arlan hanya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari depan. “Nah, lurus sedikit, nanti belok ke kiri. Nanti aku kasih tau belokan yang mananya.”

Suasana kembali hening. Shena yang tidak tahan dengan keheningan yang melandanya, dia memberanikan diri untuk membuka mulutnya kembali. 

“Aku boleh tanya satu hal?” tanya Shena. Namun, Arlan tidak kunjung menanggapinya. “Tipe perempuan yang mau Mas Arlan jadikan istri itu yang seperti apa?”

Tidak langsung menjawab, Arlan melirik ke arah Shena sekilas. “Yang terpenting bukan sepertimu. Kamu bukan tipe saya.”

Bukannya marah, Shena justru tertawa kecil untuk menanggapi jawaban dari Arlan. “Dulu juga aku pernah seperti itu, tapi sekarang malah berbalik.”

Arlan lagi-lagi hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus ke depan. Mobil terus melaju, melewati jalanan yang cukup lengang. Wajah Shena seketika berubah terkejut ketika Arlan mengubah jalurnya.

“Mas, kenapa ke sini?” tanya Shena.

“Saya akan bawa kamu ke terminal, jangan terlalu berharap kalau saya akan benar-benar bawa kamu pulang sampai rumah. Jalanan kampung tidak ada yang bagus.”

Mendengar jawaban dari Arlan, Shena hanya bisa mengembuskan napasnya pasrah. Lalu, kembali menunjukkan senyumnya dan mengangguk mengerti. 

“Benar juga, Mas Arlan juga kan masih ada pekerjaan di kantor,” ucap Shena seraya memeluk tasnya lebih kuat.

Mobil mereka masih melaju. Sampai di terminal bus, Arlan menghentikan mobilnya. Mereka berdua turun dari mobil. Shena berjalan mendekat ke arah Arlan dengan senyum simpulnya. 

“Makasih, ya, udah antar aku sampai terminal,” ucap Shena dengan nada tulusnya. “Yaudah, kalau gitu aku mau ke sana dulu. Aku harus punya tiket buat bisa pulang, jadi harus beli cepat-cepat biar gak kehabisan.”

“Ambil ini.” Arlan menyodorkan beberapa lembar uang lima puluh ribu kepada Shena. Shena yang mendapat sodoran uang dari Arlan pun sontak memasang raut bingungnya. “Ambil!”

“Oh, gak papa, Mas. Makasih bantuannya, uangku masih cukup, kok.”

Arlan hanya diam dan mengangkat bahunya tidak peduli. “Yaudah kalau gak mau.”

“Eh, tunggu-tunggu!” sergah Shena cepat. Arlan yang awalnya ingin mengantongi kembai uang tadi sontak terhenti. “Oke, sebenarnya aku butuh uang itu.”

Mendengar kejujuran Shena, Arlan sontak terdiam dengan raut bingungnya. Lalu, memberikan uang tadi untuk Shena. “Ambil.”

Tanpa ragu, Shena mengangguk dan menerima uang pemberian Arlan tadi. Dia kembali menunjukkan senyum cerianya. “Terima kasih banyak, ya, Mas Arlan. Mas Arlan benar-benar orang yang baik,” ucapnya dengan mata berbinar. “Mas, aku harus cepat-cepat beli tiketnya sebelum habis. Sekali lagi makasih banyak karena udah antar aku ke sini dan makasih juga bantuannya.”

Setelah mendapat anggukan dari Arlan, Shena pun dengan cepat berlari ke arah loket untuk membeli tiket bus yang menuju ke kampungnya.

Arlan menggelengkan kepalanya pelan ketika melihat Shena yang berlari kegirangan karena bantuannya. Senyum kecil nampak di bibirnya. “Bantuan apanya? Memalukan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Untuk Mas Arlan   27. Pertunjukan Selesai

    “Selamat malam, Semuanya,” sapa Agas dengan suara tegas, tetapi tetap terdengar lembut. Dia bersikap layaknya seorang pangeran sungguhan. “Selamat datang dalam acara pesta dansa istana kerajaan.”Adegan kembali berlanjut hingga akhirnya Shena kembali muncul dengan anggunnya. Para penonton benar- benar dibuat terkagum dengan kemunculan Shena yang sangat berbeda. Gaun bak seorang putri kerajaan, sepatu kaca yang cantik, rambut yang terurai indah, dan sikap anggun yang Shena peragakan. Shena benar-benar terlihat seperti seorang putri kerajaan.Arlan semakin tidak bisa mengendalikan emosinya. Dia bertopang dagu pada pahanya seraya masih terus melihat adegan keduanya. Dira terkekeh kecil saat menyadari perubahan raut Arlan pada adegan dansa Cinderella dan Pangeran.“Rileks saja, jangan gugup,” bisik Agas di sela adegan keduanya.Mendengar bisikan seperti itu dari Agas, Shena sontak mengangguk pelan. Dia memejamkan matanya sejenak, lalu menarik dan membuang napasnya untuk berusaha tenang. S

  • Cinta Untuk Mas Arlan   26. Pertunjukan Teater

    26. Pertunjukan TeaterPukul 14.45 waktu siang hari. Panggung teater telah bersih, semua properti yang dibutuhkan pun sudah tersedia di atas panggung. Kini hanya tinggal menunggu waktu saja sampai mereka semua tampil di atas panggung.Sebenarnya acara sedang diistirahatkan dulu hingga jam tiga sore lebih lima belas menit. Namun, karena persiapan yang dilakukan oleh anggota teater sangat banyak, mereka semua rela tidak beristirahat dulu hingga pertunjukan berakhir.“Shena, ini kostum pertamamu. Segera ganti dan bersiap untuk riasan sederhananya,” ucap salah satu divisi penata busana seraya memberikan kostum tersebut kepada Shena.Shena sontak menoleh dan mengangguk. “Baik,” jawabnya. Dia mengambil kostum tersebut dan segera bergegas menuju ruang ganti. Setelah selesai, Shena kembali ke posisi untuk dirias.Namun, kedatangan Doni dan temannya membuat aktifitas meriasnya terhenti sejenak. Shena menatap pria yang berdiri di samping Doni dengan tatapan bingung.“Shena, kenalin, ini Kenzo.

  • Cinta Untuk Mas Arlan   25. Tina

    Acara reuni masih terus berjalan. Satu per satu dari susunan acara mulai terealisasi. Pukul 12.00 siang hari acara dihentikan sejenak untuk beristirahat. Para tamu dalam reuni acara kampus tersebut mengambil beberapa camilan dari stand makanan yang sudah disiapkan oleh panitia acara.“Kamu mau ke mana?” tanya Dira saat melihat Arlan yang bangun dari kursinya.Arlan tidak langsung menjawab, dia merapikan setelan jas biru dongker yang dipakainya. Pun merapikan rambutnya juga. “Ada seseorang yang harus saya cari,” jawabnya tanpa menoleh ke Dira sedikit pun.“Siapa?” tanya Dira lagi. Dia memasang raut tanyanya, penasaran. “Shena?” tanya Dira semakin penasaran. Namun, Arlan tetap diam dan pergi meninggalkan tempatnya begitu saja. “Aneh.”Kembali ke ruang teater, mereka juga sedang beristirahat dari kesibukan mereka. Para pelakon drama segera menutup naskah mereka dan menyimpannya di atas meja. “Shena, kamu mau ke masjid?” tanya Sinta. Shena yang mendapat pertanyaan pun sontak mengangguk.

  • Cinta Untuk Mas Arlan   24. Reuni Kampus

    Pukul 09.45 pagi hari, Arlan telah sampai di kampusnya yang dulu. Dia datang ke acara tersebut dengan Dira. Para alumni pun sudah banyak yang datang, tetapi hanya beberapa yang masih Arlan kenal.Mereka segera mencari tempat duduk sebelum acara dimulai. Karena datang di waktu 15 menit sebelum acara dimulai, mereka akhirnya mendapat kursi di barisan belakang.“Mereka semua satu angkatan sama kamu?” tanya Dira seraya menunjuk sekumpulan pria yang sedang bercanda seraya menggendong anak masing-masing dengan matanya.Arlan sontak menoleh ke arah yang Dira tunjuk. “Saya tidak mengenal mereka.”“Aneh. Yang lain beneran reuni sama teman-teman lamanya. Lah, kenapa kamu diam aja di sini? Dulu kamu gak punya teman, ya? Ah, maksud aku ... kamu gak punya teman selain dia?” Mengerti dengan siapa yang Dira sebut ‘dia’, Arlan hanya mengembuskan napas beratnya. “Mungkin,” jawabnya singkat.“Wah ... gawat, sih, ini,” balas Dira seraya menggelengkan kepalanya pelan, lalu berdecak kecil secara berkali-

  • Cinta Untuk Mas Arlan   23. Gladi Resik

    Waktu terus berjalan tanpa henti, semenjak penyelesaian gosip tentang Dira dan Arlan, pun dengan Shena juga. Shena akhirnya bisa kembali bekerja dengan penuh semangat seperti biasanya.Bukan hanya itu, Shena bahkan memiliki teman baru, yaitu Dira. Karena kedekatannya dengan Dira dan Arlan, para karyawan juga benar-benar menghormatinya. Mereka benar-benar merasa bersalah karena telah menuduh dan menyebut Shena sebagai wanita tidak tahu diri. Namun, semuanya telah berlalu dan Shena sudah tidak ingin membahasnya kembali.Satu hari sebelum acara reuni kampus dimulai. Berbagai macam dekorasi pun sudah terpasang di beberapa bagian. Kampus pun sontak dipenuhi oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang akan tampil di acara tersebut. Dimulai dari eskul tari, marching band, taekwondo, paskibra, dan tentunya teater juga.Pukul 19.30 malam hari, anak teater kembali berkumpul untuk melakukan gladi resik. Mereka semua berkumpul di ruang tata panggung yang akan menjadi tempat mere

  • Cinta Untuk Mas Arlan   22. Datanglah!

    Jam istirahat telah datang. Seperti biasanya, Shena duduk di bangku panjang yang ada di belakang kantor. Dia membuka tasnya dan mengambil bekal untuk dia makan. Shena tiba-tiba terdiam saat melihat kotak bekal yang dia keluarkan.“Ini, kan, bekal buat mbak Dira,” gumamnya seraya terus menatap kotak bekal tersebut. Dia mengembuskan napasnya pasrah. “Tapi, kalau aku kasih nanti mbak Dira bakal mau gak, ya?”“Mau apa?” Suara Dira yang tiba-tiba sontak membuat Shena terkejut. Dia melihat Dira dan Arlan yang berjalan ke arahnya. “Mau apa?” tanya Dira mengulangi pertanyaannya.Shena menatap Dira dengan gugup, lalu memberikan kotak bekal yang dipegangnya untuk Dira. “Saya bawakan ini untuk Bu Dira,” ucap Shena dengan nada gugup.Melihat kotak bekal yang Shena sodorkan untuknya, Dira pun hanya terdiam. “Untuk saya?” tanyanya memastikan. Setelah mendapat anggukan dari Shena, Dira pun meneriman

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status