Share

2. Salah Paham

Author: Mrs. W
last update Last Updated: 2021-12-08 21:21:00

Tanpa berpikir panjang, Sean meraih tangan perempuan itu dengan kasar hingga ia tersentak, terkejut setengah mati. Matanya yang indah membulat sempurna saat netranya bertemu tatapan Sean yang begitu tajam.

“Siapa kamu? Lepas, lepaskan aku ...” teriaknya.

“Tolong...!! Tuan lepaskan aku, anda mungkin salah orang,” gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkraman Sean pada pergelangan tangannya.

Namun semakin ia memohon, Sean semakin murka. Bahkan dengan tega Sean mencengkram pergelangan tangan gadis itu lebih kuat lagi, dapat dipastikan jika pergelangan tangan gadis itu akan membiru.

Air mata perlahan jatuh membasahi pipinya. Satu hal yang Ia tanyakan pada Tuhan.

‘Kenapa takdirku sepert ini?’

‘Aku sudah kehilangan kedua orang tuaku. Pamanku sendiri berusaha untuk menjualku dan sekarang ada pria asing yang menyeretku seperti hewan peliharaan.’

“Tuan lepaskan aku, aku mohon.” Gadis itu meringis kesakitan.

“Diam kau jalang! Jangan berani bicara lagi padaku atau kau akan mersakan akibatnya.” Sean menatap gadis itu jijik, bahkan penampilannya yang sangat terbuka membuat Sean semakin muak.

‘Hana! Kau kira wanita ini bisa menembus semua kesalahanmu?’ batin Sean. ‘Tidak! Sama sekali tidak!’

Sean membuka pintu mobil dengan kasar. Ia mendorong tubuh kurus itu masuk ke dalam mobilnya, namun karena gadis itu tak kunjung masuk, Sean kembali murka.

“Masuk!” teriak Sean.

“Aku tidak mau! Katakan dulu di mana letak kesalahanku, sampai aku diperlakukan seperti ini, Tuan? Bahkan aku sama sekali tidak mengenal Tuan!” Ia memberanikan diri untuk kembali bicara.

“Tutup mulutmu jalang!”

“Aku bukan jalang ....”

Sean tertawa sinis, “Bukan jalang! Lalu apa semua ini?” Sean melirik gadis itu dari kepala hingga ujung kaki, Sean juga menyentuh tulang selangkanya yang terbuka.

Gadis itu menepis tangan Sean dengan kasar. Namun saat gadis itu menyadari pakaian seperti apa yang saat ini melekat padanya, pada akhirnya kepalanya menunduk. Wajar saja jika pria di hadapannya ini memanggilnya dengan panggilan tidak pantas.

Sean akhirnya mendorong gadis itu masuk. Ia berjalan cepat dan masuk, mengunci semua pintu mobil secara otomatis. Mobil meninggalkan kediaman Hana dengan kecepatan tinggi, membuat gadis itu semakin gemetar ketakutan.

***

Srettt... Brughhh...

“Siapkan kembali acara pertunangan ku!” serunya dengan sorot mata yang tajam.

“Ada apa ini, Sean? Siapa dia?” Claretta melirik gadis yang saat ini sedang berusaha untuk menutupi tubuhnya. “Hana sudah pergi, Sean. Semua sudah berakhir.” Claretta berdiri dan berusaha untuk menenangkan putra sulungnya.

“Aku tidak akan bertunangan dengan Hana, tapi dengannya!” seru Sean.

Seluruh keluarga terperangah. Tatapan mata mereka langsung tertuju pada sosok wanita dengan pakaian seksi yang memeluk tubuhnya sendiri, di pojok ruangan tersebut.

Claretta mengalihkan pandangannya pada Sean, dan kembali menatap gadis yang saat ini sedang gemetar ketakutan.

“Siapa dia, Sean? Pikirkan ini baik-baik, Mami tidak mau kamu salah memilih hanya karena terbawa emosi.”

Sean semakin menunjukkan amarahnya dan Claretta hanya bisa diam melihat itu. Claretta akhirnya pasrah, karena tidak ingin kehilangan penerus keluarganya maka Claretta hanya mengangguk, setuju.

“Pelayan!”

“Pelayan...!!!” teriak Sean, hingga urat-urat lehernya menyembul.

“I-iya pak, ada yang bisa saya bantu?” pelayan itu bertanya sebari menundukkan kepalanya.

“Dandani wanita itu! Kau tahu aku tidak suka menunggu lama, bukan?”

“Baik pak, saya mengerti.”

Pelayan itu berjalan mendekati gadis yang sedang ketakutan di pojok ruangan. Claretta hanya bisa menahan napas saat Sean mengambil sebuah keputusan. Bahkan ia yakin, jika Sean sama sekali tidak mengetahui nama gadis yang ia bawa.

“Nona, mari ikut saya. Anda harus segera bersiap.”

Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat. Ia ketakutan setegah mati saat mengingat bagaimana Sean menyeretnya hingga ia berada di tempat ini. Tanpa berpikir panjang, gadis itu berlari mendekati Claretta dan meminta sebuah kebebasan.

“Nyonya! Tolong lepaskan saya, saya mohon. Saya sama sekali tidak tahu apa-apa. Tolong ijinkan saya pergi.”

Ada kejujuran dalam sorot matanya, meskipun pakaian gadis itu menunjukkan hal yang berbanding terbalik. Tapi Claretta harus tahu siapa gadis yang dibawa putranya.

Sikap keibuan Claretta muncul, ia berjongkok dan menyentuh dagu itu lembut, membuat gadis itu mendongak dan menatap Claretta dengan make yang berantakkan.

“Saya tidak tahu apa-apa, semua ini hanya salah paham,” katanya dengan lirih.

“Sean....” Claretta ingin membuat Sean berpikir dua kali sebelum semuanya terlambat.

“Cukup! Jangan ada yang membantah lagi, jika kalian masih ingin melihatku!”

‘Aku akan menyakitimu, seperti Hana menyakitiku.’

Sean mengangkat tangannya, membuat semua orang yang ada dalam ruangan mengatupkan bibirnya rapat. Tanpa bisa dicegah, Sean meninggalkan ruangan tersebut dan mengumumkan jika acara pertunangannya tetap dilanjutkan.

Wajahnya yang tenang, sama sekali tidak membuat orang-orang curiga. Karena terlalu lama menunggu, hanya segelintir tamu undangan yang masih bersedia menunggu.

**

Claretta berusaha untuk mengoek sedikit informasi, paling tidak seluruh keluarga harus tahu siapa nama gadis ini. Saat Sean benar-benar meninggalkan ruangan, Claretta lantas menyentuh tangan gadis itu.

“Jangan siksa saya nyonya, ampuni saya.”

“Hey, tenang, aku tidak akan menyiksa mu.”

Perlahan, Claretta membawa tubuh kurus itu untuk duduk di sofa, memberinya minum agar ia lebih tenang. Claretta tidak mungkin gegabah dalam menentukan segalanya.

“Siapa namamu?” tanya Claretta dengan lembut.

“Ya-yasmin, Nyonya,” jawabnya dengan menundukkan kepala.

“Apa aku boleh tahu di mana kalian bertemu? Maksudku, kamu dan putraku, Sean.”

“Paman saya berniat untuk menjual kesucian saya malam ini, Nyonya.”

DEG

“Pada Sean?” tanya Claretta dengan perasaan cemas

Yasmin menggelengkan kepalanya perlahan.

“Bukan, Nyonya,” jujur Yasmin. “Saya dijual pada pria tua, karena menurut paman saya harus balas budi karena dia sudah dibesarkannya.”

Cerita itu mengalir begitu saja, seakan Yasmin bercerita pada ibunya yang sudah tiada. Hati Claretta benar-benar seperti ditikam ratusan belati saat mendengar gadis itu bercerita.

“Yasmin! Kamu sudah besar dan sudah waktunya bagimu untuk membalas semua jasa-jasaku!” ucap sang paman.

“Baik paman, Yasmin akan melamar pekerjaan dan setiap bulan akan memberikan gaji Yasmin untuk paman.”

“Kerja? Ahahaha... Berapa banyak uang yang bisa kamu hasilkan dari pekerjaan mu itu?” Sang paman begitu merendahkan Yasmin.

Yasmin hanya bisa menunduk. Ia hanya perempuan lulusan sekolah menengah pertama dan di zaman sekarang ijazah sekolah menengah atas saja sudah jarang dilirik.

“Yasmin bisa kerja menjadi asisten rumah tangga paman, gajinya cukup besar.”

“Tidak! Aku sudah memiliki pekerjaan yang cocok untukmu dan bisa menghasilkan uang dengan cepat,” timpalnya dengan senyum yang merekah.

Yasmin hanya patuh, ia tidak pernah menyangka jika pekerjaan yang pamannya berikan untuknya adalah menjadi wanita pemuas nafsu. Tidak pernah terpikirkan dalam benaknya jika saat usianya menginjak 20 tahun, Yasmin berdiri di depan pintu kamar hotel dengan pakaian serba mini. Bahkan rok yang ia gunakan hanya bisa menutupi sejengkal paha mulusnya.

“Ingat Yasmin! Om Burhan akan membayarmu lima puluh juta, jadi puaskan dia,” pesan pamannya.

“Apa maksud paman?” Yasmin semakin tidak mengerti, jasa pijat apa yang sampai dibayar puluhan juta.

Pamannya tidak menjelaskan apa pun, setelah mengantarkan Yasmin masuk ke kamar hoteh, tugasnya selesai. Sampai akhirnya Yasmin mengerti, jika pamannya sendiri tega menukarnya dengan uang lima puluh juta.

Yasmin berontak saat pria tua itu mulai menyentuhnya. Bahkan ia berteriak dan berharap ada orang yang datang membantunya. Tapi sia-sia, tidak ada yang datang untuk menolongnya.

Dengan keberanian dan tekad yang kuat, Yasmin meraih pas bunga. Ia menghantam kepala pria itu dengan kuat dan terluka. Entah pria itu hidup ataupun mati, Yasmin sama sekali tidak peduli karena yang ada dalam benaknya hanya lari dan bersembunyi dari pamannya.

**

“Saya lari karena paman dan anak buah pria tua itu mengejar saya. Sampai akhirnya saya melihat pintu rumah itu terbuka. Saya masuk, tapi yang terjadi...” air mata kembali membasahi wajah cantik Yasmin.

DEG

‘Jadi Sean benar-benar salah paham, putraku dibutakan oleh amarahnya sendiri,’ batin Claretta.

“Sungguh nyonya, saya tidak tahu siapa pemilik rumah itu. Saya hanya bersembunyi dari kejaran paman,” jelas Yasmin sungguh-sungguh.

“Saya mohon, lepaskan saya nyonya,” Yasmin menyatukan kedua tangannya dan hampir saja ia berlutut, jika Claretta tidak sigap untuk menahannya.

“Tidak!” suara Claretta membuat semua orang terkejut, bahkan membuat Yasmin sampai kehilangan tenaganya dan langsung duduk di atas karpet lembut dengan berderai air mata.

“Pelayan! Cepat make up dia dan ganti pakaiannya dengan gaun terbaik yang kalian bawa.”

Dengan berat hati, Claretta akhirnya harus mengambil keputusan atas gadis bernama Yasmin. Jika Ia melepaskan gadis itu, maka hidupnya pun akan hancur dan Claretta tidak ingin itu terjadi. Dengan wajah datar, ia meminta semua orang untuk keluar dan menemui tamu yang tersisa untuk mengembalikkan harga diri mereka yang sudah tercoreng karena ulah Hana.

**

Acara pertunangan Sean dan Yasmin berlangsung hidmat, beberapa tamu dan karyawan yang masih bertahan ikut larut dalam kebahagiaan penuh kepalsuaan yang saat ini ada di hadapan mereka.

Untuk sesaat, tidak ada yang menyadari jika perempuan yang berdiri bersama Sean bukanlah Hana, melainkan Yasmin. Tapi dengan ancaman yang pria itu berikan, Yasmin berlagak bahagia dan tersenyum lebar dalam pelukan Sean.

“Ingat! Jangan tunjukkan wajah menjijikan itu di hadapan para tamu undangan ku, jika tidak kamu akan tahu akibatnya.”

Yasmin bergidik ngeri, ia masih ingin hidup. Tapi berhak kah ia meminta sebuah kehidupan?

Yasmin terus tersenyum, ia menahan air matanya karena rasa takut yang lebih besar. Sampai akhirnya pukul sebelas malam acara selesai, tamu undangan mulai pergi dan hanya menyisakan keluarga Anggara serta satu orang asing, Yasmin.

Saat beberapa keluarga sedang beristirahat, Yasmin berjalan mengendap, ia ingin pergi. Orang asing sepertinya tidak pantas untuk ikut bergabung dengan keluarga yang begitu berkelas seperti mereka semua. Tapi langkahnya terhenti saat suara barithon itu menggema, membuatnya terkejut.

“Mau kemana kamu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   66. Dua jam

    Sore menjelang malam, Sean menatap gedung tinggi yang dihuni oleh banyak orang. Ia merasa ragu saat hendak datang untuk menyambangi Hana di apartemennya. Sean bukan cenayang yang bisa tahu isi kepala seseorang atau membaca ekspresi wajahnya. Namun semakin lama ia diam, maka semakin besar kemungkinan jika Yasmin akan pergi dan ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.Sekarang di sini ia berada, di depan sebuah pintu yang tertutup rapat, pintu di mana dulu ia singgah dan mengahbiskan waktu bersama Hana. Sean membuang jauh kenangan itu dan langsung menekan bel.Pintu terbuka, di depan sana Hana berdiri sambil menggendong anak yang dia katakan sebagai darah daging kita. Namun hati kecil Sean tetap menolak.“Hai … maaf ya, apartemennya berantakan.”“Tidak masalah, lagi pula kau tidak akan lama, cukup di sini saja.” Sean tidak ingin masuk.“Apa tempat ini sudah seburuk itu, sampai kamu enggan untuk menginjakkan kakimu lagi?” Hana berusaha untuk menekan amarahnya sendiri. “Ayo kita menikah

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   65. Bangkit, bertahan dan buktikan

    Sean diam dalam kesendirian di ruang kerjanya, beberapa laporan yang harusnya ia periksa hanya teronggok tak tersentuh. Masalah yang baru saja datang cukup sulit untuk ia tanggung sendiri. Jika tidak melibatkan Yasmin, mungkin Sean tidak akan sekhawatir ini dan ia pasti menyelesaikan semuanya tanpa harus bergerak. “Sepertinya aku harus meminta bantuan Mami untuk menjaga Yasmin.” Sean lantas meraih ponselnya dan langsung mengirim pesan. Sean Mam, pulanglah lebih awal. Tolong jaga Yasmin untukku. Selang beberapa menit, ponselnya masih saja sepi, tidak ada balasan apa pun dari Claretta atau pun Anggara. Beberapa kali Sean hanya bisa menghela napas, hatinya sama sekali tidak tenang karena sikap Yasmin yang terlampau dingin padanya. Brakkk “Bagaimana bisa ini terjadi?” “Mami …” Sean terbelalak, jadi ini alasan Maminya tidak membalas pesan. Ternyata wanita yang masih cantik diusia tuanya itu langsung datang menemuinya. “Bisa jelaskan semuanya sama, Mami, Rev?” Claretta melepaskan kac

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   64. Sikap dingin Yasmin

    “Hana?” gumam Sean pelan.Hana yang melihat keterkejutan Sean lantas mendekat, dengan kasar ia mendorong Yasmin hingga mundur beberapa langkah.“Minggir! Pembantu sepertimu tidak pantas ada di hadapanku.”“Berhenti!” Sean mengangkat tangannya, jangankan untuk berpelukan dengan wanita itu, Sean bahkan sudah muak saat melihat wajahnya yang munafik itu.“Pergi dari rumah ini sebelum aku bersikap kasar!” tegas Sean.“Kamu tega kasar sama aku?” Hana memelas. “Kamu berubah! Apa seperti ini cara kamu menyambutku?”Sean tertawa lepas, ia seperti mendengar sebuah lelucon yang menggelikan dari Hana. Tanpa bicara, Sean mendekati Yasmin dan berdiri di samping istrinya, menunjukkan siapa yang sekarang mengisi hidupnya yang dulu telah hancur.“Kenapa tidak? Siapa Kau sampai berani mengaturku seperti itu. Kau datang ke rumahku, menghina istriku. Jadi aku sudah melakukan hal yang sepatutnya padamu.”“Yas, pergilah ke kamar, sebentar lagi aku akan menyusul.” Sean tersenyum manis, sedangkan Yasmin hany

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   63. Aku merindukamu

    Setibanya di kantor, Sean benar-benar merasa tidak tenang. Ia masih tidak menghubungi Yasmin atau pun Mila. Sean tidak pernah menyangka jika seperti inilah sifat asli dari Hana.Saat Sean kembali menghubungi Yasmin, akhrinya mereka bicara, meskipun ada kebingungan yang nyata dari anda bicara istri dari Sean.“Hati-hati …” panggilan pun berakhir, tidak berselang lama Davin masuk bersama Putra.“Bagaimana kak, apa kakak ipar sudah bisa dihubungi?”Sean mengangguk, “Sudah! Aku meminta Yasmin dan Mila untuk segera kemari.”Kekhawatiran Sean sedikit berkurang, mereka kembali duduk dan menunggu kedatangan Yasmin. Putra yang sudah kembali sebelum cutinya selesai terlihat lebih pendiam. Ia duduk dan menyibukan diri dengan ponselnya, air mukanya seketika berubah saat melihat sebuah video viral yang baru saja beberapa menit di up ke media social.‘Model ternama, Wihana Aurelya sudah memiliki bayi dan memarahi wanita lain di mall’KlikPutra membesarkan volume ponsel dan memberikan benda pipih i

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   62. Pertemuan pertama Hana dan Yasmin

    Di pusat perbelanjaan, Hana mendorong sebuah stroller di mana seorang balita mungil sedang terlelap. Wajahnya begitu lucu, dia bahkan memilih kulit yang putih dengan hidung mancung yang begitu menggemaskan.Hana memasuki sebuah restoran cepat saji, duduk sendiri sambil sesekali memperhatikan balita tersebut. Sudut bibirnya terangkat membentuk bulan sabit, kemudian memotret si pipi gembul itu.“Aku akan memulainya dari media social,” gumamnya pelan. Media social, di sana banyak sekali fans seorang Hana dan setelah sekian lama menghilang dia akan mengejutkan dunia dengan captionya kali ini.‘Baby Arvinku tersayang, sebentar lagi kita akan bertemu dengan Daddy.’KlikDalam hitungan detik, foto itu tersebar dengan cepat. Hana sengaja mematikan kolom komentar dan hanya tertawa melihat begitu banyak orang yang masih memperhatikan serta menunggu kabar darinya.‘Sean …’ lirih Hana.Hana kemudian meletakkan ponselnya dan mulai makan, dia kembali hanya untuk mendapatkan Sean, membuang jauh kisa

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   61. Dia Kembali

    Hampir menjelang makan siang kedua pasangan suami-istri itu akhirnya keluar dari kamar dan berkumpul di meja makan dengan canggung, seakan mereka baru bertemu untuk pertama kalinya. Namun itu hanya berlaku untuk Yasmin dan Mila.“Kenapa meja makan ini sepi sekali,” keluh Davin.“Hmmm …” sahut Sean sambil melirik istrinya makan sambil menundukkan kepalanya. Berbeda dengan Mila, yang masih terlihat biasa saja.“Kak Yasmin …” Mila memulainya, dia tahu jika kakak iparnya itu malu karena ketahuan sesuatu. Ah, rasanya Mila langsung berdebar saat mengingat itu.“I-ya, ada apa, Mil?”“Kalau hari ini kakak ada waktu kita shooping, ada beberapa kebutuhanku yang sudah habis. Aku pikir kita bisa pergi bersama,” jelas Mila.Yasmin melirik Sean yang ada di sampingnya, sedikit mendongak saat melihat rahang tegas suaminya dengan kulit yang glowing luar biasa. Yasmin sempat bepikir, apa yang akan terjadi jika lalat hinggap di wajah suaminya.“Kamu bisa pergi dengan Mila, tapi kalian harus di antar ole

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   60. Rasa yang luar biasa

    Pagi ini Yasmin keluar dari kamarnya dengan rambut yang tergerai, sedikit basah. Beberapa asisten rumah tangga tersenyum melihat Yasmin yang berbeda, jelas sekali jika semalam dia dan Sean melakukan sebuah penyatuan luar biasa.“Non, biar bibi saja.”“Enggak apa-apa, Bi, aku hanya buat kopi buat Tuan.”“Eh, kok sama suami panggil Tuan sih. Mas atau bebep gitu non, mirip anak-anak jaman sekarang.”Yasmin tergelak mendengar celotehan tersebut, namun dia merasa lebih nyaman memanggil Sean dengan sebutan Tuan. Ada rasa yang berbeda saat kata Tuan terucap dari bibirnya. Seperti semalam, entah berapa kali Yasmin meneriaki Sean dengan panggilan Tuan di tengan hasrat keduanya yang menggebu.“Aku mencintaimu, Yas …”“Ahhh … Tu-tuan …” inti tubuh Yasmin menegang saat Sean membelai seluruh tubuhnya dengan begitu lembut.“Sebut namaku … Berteriaklah, Yas!”“Tu-an Sean …” Yasmin semakin terbata-bata saat menyerukan nama suaminya yang sekarang sedang bermain pada titik sensitive Yasmin dengan mengg

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   59. Mengikuti jejak

    Pukul 7 malam Sean akhirnya tiba di kediamannya, wajahnya benar-benar lesu setelah seharian ini bergelut dengan berkas dan meeting dengan beberapa tamu dari luar kota. Karena Putra meminta cuti secara tiba-tiba, Sean terpaksa mengerjakan semuanya.“Hahhh … Aku lelah sekali,” Sean menjatuhkan tubuhnya di atas sofa di ruang tamu. Kakinya terasa lemas untuk sampai ke kamarnya di lantai atas. Selain pekerjaan, pikiran Sean juga terbagi pada Putra. Dia tahu dengan bai kapa yang akan terjadi pada sahabatnya jika kenangan Rachel kembali.“Tu-tuan …”Sean mendongak, dia tersenyum tipis mendapati istrinya berdiri di belakang dengan wajah polos tanpa makeup, membuatnya merasa sedikit lebih baik. Namun panggilan ‘Tuan’ membuat Sean sedikit tidak nyaman.“Yas, duduklah di sini sebentar.” Sean menepuk tempat kosong di sampingnya.Yasmin berjalan dan melakukan apa yang Sean minta. Setelah penyatuan itu, tidak ada jarak antara keduanya, namun masih terselip kecanggungan yang terkadang membuat Yasmin

  • Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti   58. Pengakuan Rangga

    Sean baru saja selesai makan siang di sebuah resto yang tidak jauh dari kantor. Matanya terus saja celingukan mencari asisten sekaligus sahabatnya yang tak kunjung datang, padahal Sean sudah mengirim pesan dan mengirim lokasi di mana dia berada. Ting “Aku sudah selesai makan siang, tapi dia baru merespon pesanku.” Sean berdecak kesal, lantas membuka pesa dari Putra. Keningnya seketika berkerut, ekspresinya juga sedikit berubah. ‘Aku akan cuti 2 hari, aku lelah dan ingin istirahat dulu.’ “Putra, lelah dan ingin istirahat?” Bahasa yang sangat dia dengar dari sosok itu. Sean merasa ada yang tidak benar dengan sahabatnya, dia segera meminta bill dan berniat untuk kembali ke kantor secepatnya. Namun saat ingin beranjak, seseorang tiba-tiba saja datang menghampirinya dan meminta Sean untuk duduk sebentar. “Tuan Sean?” tanya seseorang. “Ya, saya. Anda siapa?” Sean sedikit waspada, karena sampai sekarang orang yang sengaja ingin menabraknya belum juga ditemukan. “Saya ingin bicara dan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status