Share

2. Salah Paham

Tanpa berpikir panjang, Sean meraih tangan perempuan itu dengan kasar hingga ia tersentak, terkejut setengah mati. Matanya yang indah membulat sempurna saat netranya bertemu tatapan Sean yang begitu tajam.

“Siapa kamu? Lepas, lepaskan aku ...” teriaknya.

“Tolong...!! Tuan lepaskan aku, anda mungkin salah orang,” gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan cengkraman Sean pada pergelangan tangannya.

Namun semakin ia memohon, Sean semakin murka. Bahkan dengan tega Sean mencengkram pergelangan tangan gadis itu lebih kuat lagi, dapat dipastikan jika pergelangan tangan gadis itu akan membiru.

Air mata perlahan jatuh membasahi pipinya. Satu hal yang Ia tanyakan pada Tuhan.

‘Kenapa takdirku sepert ini?’

‘Aku sudah kehilangan kedua orang tuaku. Pamanku sendiri berusaha untuk menjualku dan sekarang ada pria asing yang menyeretku seperti hewan peliharaan.’

“Tuan lepaskan aku, aku mohon.” Gadis itu meringis kesakitan.

“Diam kau jalang! Jangan berani bicara lagi padaku atau kau akan mersakan akibatnya.” Sean menatap gadis itu jijik, bahkan penampilannya yang sangat terbuka membuat Sean semakin muak.

‘Hana! Kau kira wanita ini bisa menembus semua kesalahanmu?’ batin Sean. ‘Tidak! Sama sekali tidak!’

Sean membuka pintu mobil dengan kasar. Ia mendorong tubuh kurus itu masuk ke dalam mobilnya, namun karena gadis itu tak kunjung masuk, Sean kembali murka.

“Masuk!” teriak Sean.

“Aku tidak mau! Katakan dulu di mana letak kesalahanku, sampai aku diperlakukan seperti ini, Tuan? Bahkan aku sama sekali tidak mengenal Tuan!” Ia memberanikan diri untuk kembali bicara.

“Tutup mulutmu jalang!”

“Aku bukan jalang ....”

Sean tertawa sinis, “Bukan jalang! Lalu apa semua ini?” Sean melirik gadis itu dari kepala hingga ujung kaki, Sean juga menyentuh tulang selangkanya yang terbuka.

Gadis itu menepis tangan Sean dengan kasar. Namun saat gadis itu menyadari pakaian seperti apa yang saat ini melekat padanya, pada akhirnya kepalanya menunduk. Wajar saja jika pria di hadapannya ini memanggilnya dengan panggilan tidak pantas.

Sean akhirnya mendorong gadis itu masuk. Ia berjalan cepat dan masuk, mengunci semua pintu mobil secara otomatis. Mobil meninggalkan kediaman Hana dengan kecepatan tinggi, membuat gadis itu semakin gemetar ketakutan.

***

Srettt... Brughhh...

“Siapkan kembali acara pertunangan ku!” serunya dengan sorot mata yang tajam.

“Ada apa ini, Sean? Siapa dia?” Claretta melirik gadis yang saat ini sedang berusaha untuk menutupi tubuhnya. “Hana sudah pergi, Sean. Semua sudah berakhir.” Claretta berdiri dan berusaha untuk menenangkan putra sulungnya.

“Aku tidak akan bertunangan dengan Hana, tapi dengannya!” seru Sean.

Seluruh keluarga terperangah. Tatapan mata mereka langsung tertuju pada sosok wanita dengan pakaian seksi yang memeluk tubuhnya sendiri, di pojok ruangan tersebut.

Claretta mengalihkan pandangannya pada Sean, dan kembali menatap gadis yang saat ini sedang gemetar ketakutan.

“Siapa dia, Sean? Pikirkan ini baik-baik, Mami tidak mau kamu salah memilih hanya karena terbawa emosi.”

Sean semakin menunjukkan amarahnya dan Claretta hanya bisa diam melihat itu. Claretta akhirnya pasrah, karena tidak ingin kehilangan penerus keluarganya maka Claretta hanya mengangguk, setuju.

“Pelayan!”

“Pelayan...!!!” teriak Sean, hingga urat-urat lehernya menyembul.

“I-iya pak, ada yang bisa saya bantu?” pelayan itu bertanya sebari menundukkan kepalanya.

“Dandani wanita itu! Kau tahu aku tidak suka menunggu lama, bukan?”

“Baik pak, saya mengerti.”

Pelayan itu berjalan mendekati gadis yang sedang ketakutan di pojok ruangan. Claretta hanya bisa menahan napas saat Sean mengambil sebuah keputusan. Bahkan ia yakin, jika Sean sama sekali tidak mengetahui nama gadis yang ia bawa.

“Nona, mari ikut saya. Anda harus segera bersiap.”

Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat. Ia ketakutan setegah mati saat mengingat bagaimana Sean menyeretnya hingga ia berada di tempat ini. Tanpa berpikir panjang, gadis itu berlari mendekati Claretta dan meminta sebuah kebebasan.

“Nyonya! Tolong lepaskan saya, saya mohon. Saya sama sekali tidak tahu apa-apa. Tolong ijinkan saya pergi.”

Ada kejujuran dalam sorot matanya, meskipun pakaian gadis itu menunjukkan hal yang berbanding terbalik. Tapi Claretta harus tahu siapa gadis yang dibawa putranya.

Sikap keibuan Claretta muncul, ia berjongkok dan menyentuh dagu itu lembut, membuat gadis itu mendongak dan menatap Claretta dengan make yang berantakkan.

“Saya tidak tahu apa-apa, semua ini hanya salah paham,” katanya dengan lirih.

“Sean....” Claretta ingin membuat Sean berpikir dua kali sebelum semuanya terlambat.

“Cukup! Jangan ada yang membantah lagi, jika kalian masih ingin melihatku!”

‘Aku akan menyakitimu, seperti Hana menyakitiku.’

Sean mengangkat tangannya, membuat semua orang yang ada dalam ruangan mengatupkan bibirnya rapat. Tanpa bisa dicegah, Sean meninggalkan ruangan tersebut dan mengumumkan jika acara pertunangannya tetap dilanjutkan.

Wajahnya yang tenang, sama sekali tidak membuat orang-orang curiga. Karena terlalu lama menunggu, hanya segelintir tamu undangan yang masih bersedia menunggu.

**

Claretta berusaha untuk mengoek sedikit informasi, paling tidak seluruh keluarga harus tahu siapa nama gadis ini. Saat Sean benar-benar meninggalkan ruangan, Claretta lantas menyentuh tangan gadis itu.

“Jangan siksa saya nyonya, ampuni saya.”

“Hey, tenang, aku tidak akan menyiksa mu.”

Perlahan, Claretta membawa tubuh kurus itu untuk duduk di sofa, memberinya minum agar ia lebih tenang. Claretta tidak mungkin gegabah dalam menentukan segalanya.

“Siapa namamu?” tanya Claretta dengan lembut.

“Ya-yasmin, Nyonya,” jawabnya dengan menundukkan kepala.

“Apa aku boleh tahu di mana kalian bertemu? Maksudku, kamu dan putraku, Sean.”

“Paman saya berniat untuk menjual kesucian saya malam ini, Nyonya.”

DEG

“Pada Sean?” tanya Claretta dengan perasaan cemas

Yasmin menggelengkan kepalanya perlahan.

“Bukan, Nyonya,” jujur Yasmin. “Saya dijual pada pria tua, karena menurut paman saya harus balas budi karena dia sudah dibesarkannya.”

Cerita itu mengalir begitu saja, seakan Yasmin bercerita pada ibunya yang sudah tiada. Hati Claretta benar-benar seperti ditikam ratusan belati saat mendengar gadis itu bercerita.

“Yasmin! Kamu sudah besar dan sudah waktunya bagimu untuk membalas semua jasa-jasaku!” ucap sang paman.

“Baik paman, Yasmin akan melamar pekerjaan dan setiap bulan akan memberikan gaji Yasmin untuk paman.”

“Kerja? Ahahaha... Berapa banyak uang yang bisa kamu hasilkan dari pekerjaan mu itu?” Sang paman begitu merendahkan Yasmin.

Yasmin hanya bisa menunduk. Ia hanya perempuan lulusan sekolah menengah pertama dan di zaman sekarang ijazah sekolah menengah atas saja sudah jarang dilirik.

“Yasmin bisa kerja menjadi asisten rumah tangga paman, gajinya cukup besar.”

“Tidak! Aku sudah memiliki pekerjaan yang cocok untukmu dan bisa menghasilkan uang dengan cepat,” timpalnya dengan senyum yang merekah.

Yasmin hanya patuh, ia tidak pernah menyangka jika pekerjaan yang pamannya berikan untuknya adalah menjadi wanita pemuas nafsu. Tidak pernah terpikirkan dalam benaknya jika saat usianya menginjak 20 tahun, Yasmin berdiri di depan pintu kamar hotel dengan pakaian serba mini. Bahkan rok yang ia gunakan hanya bisa menutupi sejengkal paha mulusnya.

“Ingat Yasmin! Om Burhan akan membayarmu lima puluh juta, jadi puaskan dia,” pesan pamannya.

“Apa maksud paman?” Yasmin semakin tidak mengerti, jasa pijat apa yang sampai dibayar puluhan juta.

Pamannya tidak menjelaskan apa pun, setelah mengantarkan Yasmin masuk ke kamar hoteh, tugasnya selesai. Sampai akhirnya Yasmin mengerti, jika pamannya sendiri tega menukarnya dengan uang lima puluh juta.

Yasmin berontak saat pria tua itu mulai menyentuhnya. Bahkan ia berteriak dan berharap ada orang yang datang membantunya. Tapi sia-sia, tidak ada yang datang untuk menolongnya.

Dengan keberanian dan tekad yang kuat, Yasmin meraih pas bunga. Ia menghantam kepala pria itu dengan kuat dan terluka. Entah pria itu hidup ataupun mati, Yasmin sama sekali tidak peduli karena yang ada dalam benaknya hanya lari dan bersembunyi dari pamannya.

**

“Saya lari karena paman dan anak buah pria tua itu mengejar saya. Sampai akhirnya saya melihat pintu rumah itu terbuka. Saya masuk, tapi yang terjadi...” air mata kembali membasahi wajah cantik Yasmin.

DEG

‘Jadi Sean benar-benar salah paham, putraku dibutakan oleh amarahnya sendiri,’ batin Claretta.

“Sungguh nyonya, saya tidak tahu siapa pemilik rumah itu. Saya hanya bersembunyi dari kejaran paman,” jelas Yasmin sungguh-sungguh.

“Saya mohon, lepaskan saya nyonya,” Yasmin menyatukan kedua tangannya dan hampir saja ia berlutut, jika Claretta tidak sigap untuk menahannya.

“Tidak!” suara Claretta membuat semua orang terkejut, bahkan membuat Yasmin sampai kehilangan tenaganya dan langsung duduk di atas karpet lembut dengan berderai air mata.

“Pelayan! Cepat make up dia dan ganti pakaiannya dengan gaun terbaik yang kalian bawa.”

Dengan berat hati, Claretta akhirnya harus mengambil keputusan atas gadis bernama Yasmin. Jika Ia melepaskan gadis itu, maka hidupnya pun akan hancur dan Claretta tidak ingin itu terjadi. Dengan wajah datar, ia meminta semua orang untuk keluar dan menemui tamu yang tersisa untuk mengembalikkan harga diri mereka yang sudah tercoreng karena ulah Hana.

**

Acara pertunangan Sean dan Yasmin berlangsung hidmat, beberapa tamu dan karyawan yang masih bertahan ikut larut dalam kebahagiaan penuh kepalsuaan yang saat ini ada di hadapan mereka.

Untuk sesaat, tidak ada yang menyadari jika perempuan yang berdiri bersama Sean bukanlah Hana, melainkan Yasmin. Tapi dengan ancaman yang pria itu berikan, Yasmin berlagak bahagia dan tersenyum lebar dalam pelukan Sean.

“Ingat! Jangan tunjukkan wajah menjijikan itu di hadapan para tamu undangan ku, jika tidak kamu akan tahu akibatnya.”

Yasmin bergidik ngeri, ia masih ingin hidup. Tapi berhak kah ia meminta sebuah kehidupan?

Yasmin terus tersenyum, ia menahan air matanya karena rasa takut yang lebih besar. Sampai akhirnya pukul sebelas malam acara selesai, tamu undangan mulai pergi dan hanya menyisakan keluarga Anggara serta satu orang asing, Yasmin.

Saat beberapa keluarga sedang beristirahat, Yasmin berjalan mengendap, ia ingin pergi. Orang asing sepertinya tidak pantas untuk ikut bergabung dengan keluarga yang begitu berkelas seperti mereka semua. Tapi langkahnya terhenti saat suara barithon itu menggema, membuatnya terkejut.

“Mau kemana kamu?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status