Home / Romansa / Cinta Usai Berpisah / Hanya Orang Asing

Share

Hanya Orang Asing

Author: Kardinah
last update Last Updated: 2025-05-31 22:12:43

Cinta mengepalkan kedua tangan di samping tubuhnya, dadanya naik turun menahan emosi yang membuncah. Sorot matanya tajam menusuk ke arah Abrisam yang berdiri membatu, wajahnya tanpa ekspresi, tapi sorot matanya tak bisa menyembunyikan gejolak yang berperang di dalam hatinya.

“Kamu diam?! Setelah ngomong kayak tadi, kamu cuma bisa diam?!” suara Cinta meninggi, matanya mulai berkaca-kaca, bukan karena sedih, tapi karena marah.

Abrisam menunduk. Bibirnya sempat terbuka, tapi tak ada satu kata pun keluar. Dilema melandanya.

“Aku nggak ngerti kamu, Abi,” lanjut Cinta, suaranya masih tajam. “Kenapa kamu harus nyakitin aku lagi buat nutupin egomu. Kenapa kamu nggak menghargai Aku dan Alex? Kemesraanku dengan Alex bukanlah hal yang perlu kamu usik.”

Abrisam mengangkat kepalanya perlahan. Tatapan mereka bertemu. Untuk sesaat, waktu seolah berhenti. Ada luka, ada dendam, ada rindu, dan ada cinta yang belum padam.

“Aku.., cuma nggak suka lihat kamu seperti itu sama dia,” ucap Abrisam akhirnya,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Usai Berpisah   Mengikat Kembali

    Cinta membuka jendela, membiarkan udara segar menguar bersama harum kopi yang baru di seduh.Alex sudah di dapur, menyalakan pemanggang roti sambil bersenandung kecil. Suara parau itu terasa asing bagi Cinta, tapi juga hangat, seperti memori lama yang tiba-tiba pulang.“Pagi,” sapanya pelan.Alex menoleh, tersenyum dengan mata yang belum sepenuhnya lepas dari lelah. “Pagi, Cinta. Mau kopi hitam atau teh manis?”“Teh. Aku lagi nggak kuat pahit. Hidup aku sudah pahit akhir-akhir ini.”Alex terkekeh kecil. “Untung bukan aku yang kamu maksud.”Cinta pura-pura mendengus, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. Ada sesuatu di antara mereka yang berubah sejak semalam — tak lagi ada jarak yang dingin, tak ada tatapan yang menuduh. Hanya dua manusia yang sama-sama belajar menurunkan ego dan mengulurkan hati.Saat mereka duduk berdua di meja makan, Alex meletakkan cangkir di depan Cinta dan berkata lirih,“Cinta, aku mau minta maaf lagi. Bukan karena aku harus, tapi karena aku benar-bena

  • Cinta Usai Berpisah   Hubungan Tanpa Status

    Malam turun perlahan di atas kota, menelankan cahaya oranye terakhir di ufuk barat. Dari jendela ruang tamu, Cinta menatap kosong ke arah langit yang mulai gelap, sementara lampu-lampu jalan satu per satu mulai menyala.Hari ini terasa panjang — terlalu panjang.Sejak pagi, pikirannya masih belum benar-benar tenang setelah pertemuan tak terduga dengan Abrisam. Tatapan pria itu, kalimatnya, bahkan senyum kecilnya masih menari-nari di kepalanya, membuat hatinya resah.Dia tidak menginginkan semua itu. Cinta tidak ingin kenangan lama kembali mengusik hidup yang baru saja dia tata. Tapi yang sudah terjadi, tidak bisa dihapus begitu saja.Pintu rumah berderit pelan. Suara langkah berat masuk ke ruang tamu.Alex baru pulang.Cinta menoleh perlahan. Pria itu tampak lelah, kemejanya sedikit kusut, dan wajahnya menunjukkan ekspresi letih yang entah karena pekerjaan atau… karena dirinya.“Sudah makan?” tanya Cinta pelan, mencoba terdengar biasa.“Belum,” jawab Alex datar. Dia menaruh tas

  • Cinta Usai Berpisah   Kamu Milikku!

    Udara pagi masih segar saat Cinta mengunci pintu rumahnya. Udara lembap setelah hujan semalam menempel di kulit, membuat aroma tanah basah samar tercium di udara. Dia menatap jam di pergelangan tangan — sudah pukul 06.45.“Ciara, ayo cepat, Sayang, nanti telat!” serunya dari teras.Dari dalam rumah terdengar langkah kecil dan suara ceria gadis kecil itu. “Iya, Mamaaa! Ciara udah siap kok!”Cinta tersenyum tipis, menatap mobil kecilnya di garasi, dia sudah berniat untuk langsung menyalakan mesin begitu Ciara keluar. Tapi langkahnya terhenti. Matanya menangkap sosok lelaki berdiri di depan pagar.Seseorang yang tak asing, terlalu familiar malah.Abrisam.Laki-laki itu berdiri dengan tangan di saku celana, mengenakan kemeja putih dan celana hitam rapi. Rambutnya sedikit berantakan ditiup angin pagi, tapi auranya tetap sama, tenang, karismatik, dan entah kenapa masih mampu membuat dada Cinta terasa sesak setiap kali melihatnya.“Abrisam?!” gumamnya tak percaya.Pria itu menatapnya

  • Cinta Usai Berpisah   Telepon Penyesalan

    Alex menatap layar ponselnya yang gelap. Sudah hampir satu jam dia membolak-balik ponsel dengan logo apel digigit itu, membuka kontak, menatap nama “Cinta” yang terpampang jelas di layar, tapi jari-jarinya selalu berhenti sebelum menekan tombol hijau. Ada sesuatu yang menahan—sebuah rasa takut, rasa malu, dan segunung penyesalan. Alex tahu, dia salah. Bukan salah kecil, tapi kesalahan yang bisa saja membuat segalanya hancur. Alex kehilangan kendali saat melihat Abrisam berada di rumah Cinta. Rasa cemburu membutakan logikanya. Hanya karena melihat Cinta berbicara dan duduk berdua dengan Abrisam, dia langsung meledak. Kata-kata yang seharusnya tak pernah keluar dari mulutnya, terucap dengan kasar. Tatapan marahnya menorehkan luka yang bahkan bisa dia bayangkan sendiri betapa perihnya di hati Cinta. Dan kini, saat malam hendak berganti pagi, Alex duduk sendirian di balkon apartemennya. Malam ini dia tak perlu datang ke rumah sakit. Ditemani lampu kota yang berkelip di kejauhan, t

  • Cinta Usai Berpisah    Dua Hati Yang Menyakitkan

    Abrisam senang, secara tak sengaja kalimat yang diucapkan Cinta mengisyaratkan bahwa wanita itu masih memiliki cinta untuknya. Abrisam menatap Cinta dengan sorot mata yang tak mampu dia sembunyikan lagi. Hangat, rindu, dan menyesal. Sementara Cinta, walau diam dan mencoba mengalihkan pandang, tak mampu menyembunyikan getaran di ujung bibirnya. Ada satu helaan napas panjang dari bibirnya yang membuat bahu Abrisam mengendur sedikit, seolah dia tahu, sesuatu dalam diri Cinta akhirnya menyerah pada perasaan itu juga.“Kamu nggak bisa bohong padaku, walaupun mulutmu membenciku bahkan mengutukku, tapi tatapan matamu dan tubuhmu tak mampu membohongi ku, Cinta.”Cinta mengernyit lembut. “Omong kosong!”“Aku sudah berhenti mencintaimu,” jawab Cinta lantang, berusaha melawan perasaannya.Ucapan itu membuat Abrisam membeku sejenak. Matanya berkaca. Jemarinya yang tadinya hanya bersandar di sisi sofa kini perlahan bergerak, menyentuh tangan Cinta yang sejak tadi gemetar di atas lututnya.

  • Cinta Usai Berpisah   Mendekat Bukan Menyentuh

    Abrisam, lelaki itu berlutut di depan Ciara. Mata pria itu, tajam seperti biasanya, tapi dengan Ciara tatapannya lembut dan hangat. Walaupun begitu dia tidak kehilangan tekad yang membara di baliknya. “Kalau kamu mau, Om bisa kasih semuanya ke kamu. Apa pun yang kamu suka. Boneka, taman bermain, rumah dengan anjing peliharaan, bahkan tas sekolah yang paling bagus.” Ciara hanya menatapnya. Datar. Diam. Tidak seperti biasanya. “...asal kamu mau dekat sama Om. Asal kamu percaya.” Cinta menahan napas. Kata-kata itu menusuk, tidak hanya karena maknanya, tetapi karena Abrisam mengatakannya seperti pria yang punya kuasa penuh—padahal kenyataannya, dia baru muncul setelah lima tahun membuang mereka. Ciara mengernyit. “Tapi aku bukan anak kecil yang bisa dibeli, Om.” Abrisam terdiam. Kaget, lalu tertawa pelan. “Kamu benar, Cia.” Ciara menunduk. “Kalau kamu benar-benar peduli dengan Ciara, Om tak akan menawarkan uang pada Ciara. Mama juga punya banyak uang. Iya, kan , Ma?

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status