Share

Pembunuh?!

Author: Kardinah
last update Last Updated: 2025-05-27 21:37:59

Sebuah panggilan yang sejak tadi Cinta tunggu-tunggu. Alex muncul dengan senyuman termanisnya, masih mengenakan jas dokternya dengan kancing bagian atas terbuka dan nametag-nya yang bertuliskan Dr. Alex tergantung sedikit miring di saku dada. Ciara bangkit dari duduknya menyongsong dan memeluk Alex.

“Maaf… Aku terlambat,” ucapnya pelan ketika tiba di meja mereka. Suaranya serak, mungkin karena lelah, atau mungkin karena penuh penyesalan.

“Cia, biarkan ayah Alex duduk dulu.”

Ciara menurut, setelah Alex duduk. Dia menggenggam tangan Alex erat. Baru saja dia hendak membuka mulut Cinta menatapnya sembari menggelengkan kepala.

“Ayah, Cia mau cerita sesuatu…” ujarnya serius.

“Cia-.” Cinta berusaha mencegah Ciara mengatakan banyak hal. Namun gadis kecil yang tak terima dengan perlakuan Rania pada mamanya mengabaikan ucapan Cinta.

Cinta hanya bisa menghela nafas sembari menatap Alex yang gemas dengan tingkah Ciara. Baru kali ini Ciara tak bisa dicegahnya.

Alex melepas jas dokternya d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Usai Berpisah   Pembunuh?!

    Sebuah panggilan yang sejak tadi Cinta tunggu-tunggu. Alex muncul dengan senyuman termanisnya, masih mengenakan jas dokternya dengan kancing bagian atas terbuka dan nametag-nya yang bertuliskan Dr. Alex tergantung sedikit miring di saku dada. Ciara bangkit dari duduknya menyongsong dan memeluk Alex. “Maaf… Aku terlambat,” ucapnya pelan ketika tiba di meja mereka. Suaranya serak, mungkin karena lelah, atau mungkin karena penuh penyesalan.“Cia, biarkan ayah Alex duduk dulu.”Ciara menurut, setelah Alex duduk. Dia menggenggam tangan Alex erat. Baru saja dia hendak membuka mulut Cinta menatapnya sembari menggelengkan kepala.“Ayah, Cia mau cerita sesuatu…” ujarnya serius.“Cia-.” Cinta berusaha mencegah Ciara mengatakan banyak hal. Namun gadis kecil yang tak terima dengan perlakuan Rania pada mamanya mengabaikan ucapan Cinta.Cinta hanya bisa menghela nafas sembari menatap Alex yang gemas dengan tingkah Ciara. Baru kali ini Ciara tak bisa dicegahnya.Alex melepas jas dokternya d

  • Cinta Usai Berpisah   Perempuan Bergelar Istri

    “Tapi, aku hanya ingin mengenalnya, tak lebih, dia lucu dan menggemaskan . Memang apa salahnya? Atau memang benar dia anakku?” Cinta menghela nafas, rasanya percuma berdebat dengan lelaki di depannya. Lebih baik dia pulang bersama Ciara yang sepertinya sudah bosan menunggunya. Cinta kembali menatapnya tajam, sorot matanya penuh luka lama yang belum pernah benar-benar sembuh. “Kalau kamu benar-benar peduli denganku” lanjutnya dengan suara bergetar menahan emosi, “Biarkan aku hidup damai, tanpa perlu dekat denganmu. Kamu cuma masa lalu yang sudah aku hapus.” “Mulutmu mungkin bisa membohongiku, tapi sorot matamu tak bisa membohongiku begitu saja.” Abrisam mengepalkan tangan di sisi tubuhnya. Setiap kata yang terlontar dari mulut Cinta seperti pisau yang mengguratkan penyesalan baru di hatinya. Cinta memutar tubuhnya, berbalik dan berjalan menjauh menuju putrinya. Ciara, dengan kepolosan yang tak ternoda oleh masa lalu kedua orang dewasa itu, melambaikan tangan kecilnya pada Ab

  • Cinta Usai Berpisah   Ketakutan Cinta

    Sore hari sekembalinya Alex ke rumah sakit, Ciara yang mulai merasa bosan mengajak mamanya pergi ke taman bermain. “Mama, bolehkah Cia pergi ke taman bermain sebentar?” Cinta tak menjawab, dia tampak berpikir. Sejujurnya, setelah pertemuannya dengan Abrisam, dia merasa lebih aman berada di rumahnya ketimbang berkeliaran di luar. “Sebentar saja, Ma,” rajuk Ciara. “Baiklah,” kata Cinta pada akhirnya sembari tersenyum tipis. “Tapi hanya sebentar, ya? Dan Ciara harus hati-hati.” Ciara mengangguk cepat, wajahnya seketika langsung cerah. Ia meraih tangan mamanya dan menariknya keluar dari rumah seraya bersenandung kecil. Berjalan beriringan menuju taman yang tak jauh dari rumah. Ada beberapa ayunan, perosotan kecil, dan satu arena pasir tempat anak-anak membuat istana. Udara sore yang terasa sejuk, dan angin sepoi membawa aroma rerumputan basah. Begitu sampai, Ciara langsung berlari kecil ke arah ayunan. Cinta mengikuti dari belakang dan memilih duduk di bangku panjang sambil m

  • Cinta Usai Berpisah   Setelah Pertemuan Pertama

    Cinta menoleh dan menggeleng pelan. Ia segera merengkuh tubuh mungil Ciara ke dalam pelukannya. Aroma shampoo rasa buah masih menempel di rambut si kecil, menyusup ke dalam napasnya yang mulai tak teratur.“Tidak, Sayang. Mama tidak sedih karena kamu. Kamu adalah anugerah terindah Mama,” ucap Cinta dengan suara bergetar, mencoba mengendapkan badai yang mengamuk di dalam dadanya.Namun Ciara tetap memeluk lebih erat. “Tapi Mama menangis...”Ya, Cinta memang menangis. Entah sejak kapan air matanya mulai mengalir tanpa suara. Ia tidak tahu harus menjawab apa saat tatapan polos itu menembus sisi terdalam dirinya. Cinta bisa membohongi dunia, menyembunyikan luka, berpura-pura kuat. Tapi tidak pada Ciara. Ciara, bagian dari jiwanya yang dulu diselamatkan dari dunia yang kelam.Sinar lampu temaram masih menyisakan siluet Abrisam yang berdiri kaku di dekat jendela. Ada keheningan yang tak biasa, seperti gemuruh petir yang menggantung di ujung langit, menunggu waktu untuk meledak.Cinta ta

  • Cinta Usai Berpisah   Bukan Anakmu

    Aneh... Itu satu-satunya kata yang bisa Abrisam bisikkan dalam benaknya ketika tubuh Ciara dan Cinta lenyap dari pandangan. Tapi bukan keanehan yang biasa. Bukan sekadar kebetulan. Ini adalah jenis keanehan yang menghantui. Abrisam mencoba mencari sisa napas yang tertinggal setelah badai emosi barusan. “Dia bukan anakmu,” kata-kata itu menggema seperti gema dalam lorong kosong di kepalanya. Tapi benarkah? Langkahnya berat saat ia mulai berjalan menjauh, namun pikirannya tetap tertambat di sana—pada Ciara, pada Cinta, pada semua yang dilepaskannya bertahun-tahun lalu. “Apa yang telah aku tinggalkan?” Hari-hari setelah pertemuan itu jadi kabur. Abrisam tak bisa tidur. Wajah Ciara muncul di setiap bayang kaca, setiap suara tawa anak-anak di jalan seolah milik gadis itu. Matanya. Lesung pipinya. Cara dia menggenggam tangan Abrisam dengan percaya. Itu bukan hal yang bisa dibuat-buat. Itu... darahnya, dia yakin itu. Namun, Cinta—wanita yang dulu begitu lemah lembut dala

  • Cinta Usai Berpisah   Tersesat

    “Aduh!” seruan lirih seorang gadis kecil menggema, bersamaan dengan tubuh mungilnya yang terhuyung dan jatuh ke tanah. Abrisam, yang tengah terburu-buru, mendadak tersentak. Ia menunduk dengan cemas, mengulurkan tangan dengan penuh penyesalan. “Maaf... Aku tak sengaja. Kamu baik-baik saja?” Saat gadis kecil itu mendongak, sepasang mata mereka saling bersitatap. Abrisam terhenyak. Wajah mungil itu... begitu serupa dengannya. Terlalu mirip. Rambut hitam lurus menjuntai lembut, kulit seputih pualam, dan lesung pipi di sisi kiri—semua itu bagai refleksi dirinya dalam wujud yang lebih kecil. Gadis kecil itu berkedip beberapa kali, lalu dengan ragu menerima tangan Abrisam. “Aku tidak apa-apa, Om. Hanya sedikit kaget.” Abrisam membantunya berdiri, masih diselimuti keterkejutan yang menggumpal di dadanya. Abrisam seperti mesin pemindai, menatap gadis itu dari atas ke bawah berulang. “Siapa namamu? Apa kamu sendirian di sini?” tanya Abrisam penasaran. Abrisam menoleh ke kanan dan ke k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status