Home / Romansa / Cinta Yang Datang Tidak Terduga / Bab 7 - Laki-laki kesepian

Share

Bab 7 - Laki-laki kesepian

Author: Skyworld 04
last update Last Updated: 2025-08-04 18:42:50

Happy Reading Semuanya!

“Om… sudah nikah?”

Bara yang sedang memasang dasi tampak menaikkan sebelah alisnya bingung mendengar perkataan dari gadis muda di depannya yang seolah tidak terjadi apapun. Bara menunggunya hingga selesai.  Setelah membersihkan dirinya dan mengganti pakaian ternyata gadis yang ditemuinya mendadak menjadi begitu cerewet. Bara memaklumi apa yang ditutupi oleh Nesya. 

“Aku punya pertanyaan—memangnya istri om kemana?” tanya Nesya lagi.

Tidak ada jawaban.

“Om ajak aku tinggal bersama buat jadi simpanan, om? Aku sih boleh aja, tapi kalau istri om marah gimana? Kalau aku keluar nanti terus saya di bullying sama istri om gimana?”

Bara menghentikan kegiatannya dan berkacak pinggang memperhatikan Nesya yang hanya memamerkan senyum tiga jari seolah meminta ampun. Sepasrah itukah. 

“Apa kamu melihat saya menggunakan cincin nikah?” Pertanyaan dari Bara barusan membuat perempuan yang sudah berganti pakaian menjadi dress casual berwarna biru hanya memasang wajah bingung.

Jengah. Bara jengah melihat kelakuannya. Kedua tangannya tampak berdiri seolah menunjukkan jika tidak ada cincin pernikahan yang melekat pada jarinya. 

“Puas? Saya belum menikah. Apa perempuan biasanya enggak pakai akal? Kalau saya memang ada istri, dia pasti mengamuk kalau tahu suaminya tidur dengan orang lain.” Kepala gadis tersebut hanya mengangguk, “Sekarang gantian saya yang tanya sama kamu. Apa ginjal kamu masih utuh sekarang?”

Tangan Nesya tampak meraba bagian perutnya,  ia bisa melihat wajah lega gadis tersebut.

“Masih,” sahut Nesya

“Itu menandakan kalau kamu baik-baik saja.” Nesya tersenyum malu, ia pada akhirnya sadar. Perempuan tersebut sekarang paham dengan yang dimaksud oleh Bara barusan.

“Tapi kalau pacar pasti ada, kan? Enggak mungkin orang ganteng dan kece enggak punya pacar. Jangan khawatir nanti aku yang bakalan jelasin ke dia terkait….” Perkataannya tampak menggantung seiring tatapan matanya mengarah pada lelaki yang kembali berkacak pinggang menatapnya lelah.

“Ah—oh—enggak punya pacar juga. Benar! Orang mapan pasti sibuk kerja dan enggak punya waktu untuk pacaran. Betul! Time is money. But, by the way… kita belum kenalan, aku Vanesya…”

Bara tersenyum simpul, “Vanesya Hana Derko, kan? Dipanggil Nesya. Lahir tanggal 30 Januari, zodiak aquarius, hobi traveling dan healing, makanan kesukaan Pizza dengan extra keju mozarella dan sekarang nganggur enggak punya tujuan.” potong Bara.

Nesya mengangguk, “Hebat! Akurat, sangat hebat om bisa nerawang aku. Om pekerjaannya cenayang? Terus om gimana? Om namanya penguntit? Kenapa bisa tahu soal aku sampai segitunya?” tanya Nesya.

“Saya Bara,” 

Nesya menaikkan sebelah alisnya bingung, “Cuman Bara? Enggak ada yang lain? Aku enggak bisa nerawang kaya om yang langsung tahu semuanya. Masa sih nama om cuman gitu aja? Kenapa namanya cuman bara? Mau jadi penambang batu bara?” 

Lelaki tersebut terlihat menaikkan sebelah alisnya, sepertinya memang standar kelucuan Nesya berada di ujung tanduk. Sepertinya dia lupa kalau wajahnya masih babak belur. 

“Saya punya sahamnya, memang kenapa kalau nama saya hanya Bara. Kamu mau jadi ibu saya buat ganti nama saya biar panjang? Umur saya jauh lebih tua dibanding kamu.” 

“Aku tahu om tua,” sahut Nesya enteng.

“Apa kata kamu barusan?” Nesya menggeleng mendengar perkataan dari Bara barusan, ia mana berani mengganti nama orang yang lebih tua darinya. 

“Ayo ikut saya, kamu harus kenal sama penghuni disini!” ajak Bara

Langkah lelaki tersebut berjalan meninggalkan kamar yang mereka tempati saat ini, tentu saja dengan Nesya yang mengekor di belakangnya. 

“Om tinggal sama orang tua?”

“Mereka sudah pergi,” sahut Bara

“Pergi kemana? Terus Adik? Kakak?”

“Saya anak tunggal,” jawab Bara.

Perempuan tersebut benar-benar terpukau dengan tempat tinggal dari lelaki yang ada di depannya itu, bagaimana bisa rumah sebesar ini hanya dihuni oleh Bara. Penghuni siapa lagi. Apakah lelaki tersebut tidak takut jika ada hantu berkeliaran di sekitarnya? 

“Penghuni yang om maksud itu hantu? Om emangnya enggak takut ada hantu?” tanya Nesya 

“No, kenapa saya harus takut? Apa kamu enggak merasa sakit sama luka kamu? Banyak bicara sekali kamu ini. Apa mau saya tambah lukanya biar kamu diam?” Nesya hanya bisa terkekeh pelan mendengar nada kesal dari Bara barusan. Sama sekali tidak terpengaruh.

Keduanya kini berjalan menuju dapur dan memperhatikan perempuan yang sedang membuat makanan. Nesya lega, setidaknya Bara tidak benar-benar sendirian.

“Bi Rina, kenalkan ini Vanesya. Panggil saja Nesya, dia akan tinggal disini dan Nesya kenalkan ini Bu Rina. Dia biasa masak, dan membersihkan rumah disini. Kalau kamu membutuhkan bantuan bisa panggil dia dan kalau saya pergi dinas, maka bibi Rina yang akan menemani kamu.” Kepala Nesya hanya menggangguk mengiyakan perkataan dari Bara barusan.

“Hallo bi, senang bertemu dengan bibi.” 

“Kalian berkenalan lah, saya harus angkat telfon.” sela Bara 

Iris mata Nesya memperhatikan lelaki yang kini meninggalkannya berdua dengan wanita paruh baya yang sedang menatapnya penuh kehangatan dan makna lain. Perempuan tersebut tidak tahu apa arti dari tatapan pekerja di hadapannya.

“Terimakasih nona sudah mau datang, tuan Bara yang malang akhirnya memiliki seorang teman. Kamu sangat cantik,” Nesya tidak menjawab, ia membiarkan perempuan di depannya terlihat mengusap wajahnya yang tanpa luka lembut. Tipikal seperti seorang ibu yang menyayangi anaknya.

“Kenapa bisa luka begini? Siapa yang melakukannya? Apa tuan Bara mengetahuinya?” tanya Rina lembut.

“Tentu, dia seperti penyelamat. Makanya dia mau mengadopsi gelandangan kaya aku.” 

Rina terlihat menariknya menuju meja makan dimana makanan sudah tersedia dan berjejer rapih. Ia tidak tahu apa yang diinginkan oleh pekerja dari Bara saat ini. Bahkan sekarang Nesya tidak mengetahui kemana perginya lelaki tersebut, kini hanya mereka berdua saja.

“Nona saya sangat senang melihat kehadiran nona disini, tuan sama sekali enggak pernah bawa orang lain selain saya dan asistennya pak Farhan. Kami khawatir sama apa yang dia rasa, dia sangat kesepian. Sewaktu ibunya meninggal dia duduk seharian tanpa makan atau minum dan membuatnya terkadang terbiasa melakukan itu. Dia hanya sarapan dan melewatkan jam makan lainnya,” Nesya hanya terdiam mendengar penuturan dari Rina saat ini, sebegitu menyedihkan kah Bara. Lalu kenapa lelaki tersebut dengan senang hati membawanya ke rumah.

“Tuan Bara selalu mengatakan kalau dia baik-baik saja, tapi sudah hampir 10 tahun. Enggak ada orang yang ada disisinya dan orang yang peduli sama dia. Tapi sekarang tuan membawa seorang gadis yang sangat cantik dan imut seperti nona, membuat perasaan saya lega. Nona adalah orang pilihan yang dipilih tuan untuk di sayangi.”

“Hah?” kaget Nesya.

Perempuan tersebut menunjuk dirinya sendiri, dirinya. Orang pilihan Bara yang dipungutnya. 

“Mulai sekarang ada yang menemani tuan Bara. Tuan akhirnya sudah mempunyai rumah untuk dia kembali,” ucap Rina membuat Nesya benar-benar terdiam.

Apakah kehadirannya membawa berkah untuk Bara dan orang disekitarnya. Bukankah Bara memungut nya karena kasihan kepadanya.

Tujuannya datang kemari mendadak berubah hanya karena lelaki yang ditemuinya saat di halte. Bara dengan senang hati memberikannya rumah tanpa bertanya apa yang terjadi padanya secara langsung atau menyalahkannya.

Ternyata Bara adalah orang yang kesepian dan sama seperti dirinya. Dia sudah tidak mempunyai orang lain sama seperti Nesya.

Dia laki-laki yang kesepian. 

To be continued...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 11 - Aku Pacarnya

    Happy reading semuanya!“Om, terima kasih sudah memberikan aku rumah dan bantu banyak hal seperti tadi. Aku merasa jadi memiliki hutang yang sangat besar. Termasuk memulihkan nama ini,”Ucapan Nesya membuat Bara hanya mengamati perempuan di sebelahnya masih sibuk menatap kartu identitas yang berada di tangannya, gadis itu mendapatkannya dengan cepat. Sekarang yang patut di pertanyakan adalah kegiatan Nesya selama ia bekerja nantinya.“Itu sudah menjadi hak kamu, saya hanya membantu sedikit. Kamu mau makan apa? Kamu belum sarapan dan sekarang sudah masuk ke jam makan siang, kamu mau makan apa?” tanya Bara“Terserah om,” sahut Nesya“Salad?”“Aku bukan kambing,&

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 10 - Identitas Kembali

    Happy Reading Semuanya!“Om… terima kasih banyak, ya!”Bara melirik sekilas perempuan di sebelahnya tampak terlihat senang dengan kartu bertuliskan namanya, kartu identitas yang seharusnya menjadi milik Nesya dan masih menjadi manusia yang hidup.Tangannya menepuk pelan kepala Nesya yang masih tersenyum lebar, kenapa melihatnya seperti ini saja sudah membuatnya menjadi sedikit lebih tenang. Bara merasakan hal lain dalam hatinya.“Kamu senang?” tanya Bara“Iya, aku senang nama ini masih bisa aku pakai. Nama aku enggak berubah, aku masih bisa kenang kedua orang tua aku.”Keduanya berjalan menuju pintu keluar setelah hampir setengah jam berada di dalam ruangan untuk mendapatkan h

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 9 - Rencana Bara

    Happy Reading Semuanya!Sedih. Hati Nesya merasakan sakit hati bercampur sedih saat melihat kertas berbentuk persegi berisi sebuah nama terpampang jelas di matanya, apakah perubahan identitasnya harus sejauh ini. Nesya merasa kali ini merasa sangat keberatan.“Om… boleh enggak?”“Apa?” tanya Bara tanpa mengalihkan perhatiannya.“Kenapa merubah identitas sampai sejauh ini? Aku merasa aneh…”Nesya tampak gelagapan sebentar, “Maksud aku, bisa enggak kalau namaku jangan diganti? Nama itu pemberian orang tuaku dan aku tahu cerita bagaimana mereka memikirkan namanya. Aku enggak mau ganti,”Bara yang sedang duduk memperhatikan dokumen di depannya tampak terdiam saat suara gadis itu gugup dan takut, matanya bera

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 8- Diobati

    Happy Reading Semuanya!Bara memperhatikan perempuan yang kini tengah memakan semangkuk sup ayam dengan lahap, lelaki tersebut sepertinya bertemu dengan anak sakti. Bahkan ketika wajah babak belurnya belum diobati, perempuan cantik itu masih bisa makan dengan lahap. Entah bagaimana bisa Nesya begitu menikmati makanan yang dikonsumsinya.“Om enggak kerja? Ini sudah jam 9. Memang om enggak takut di pecat?”“Siapa yang mau pecat atasan mereka sendiri? Saya mau datang ke kantor atau enggak itu urusan saya, bukan urusan kamu.”Matanya tidak bisa mengalihkan antara makanan dan lelaki yang kini memperhatikannya dalam.“Kenapa? Apa lihat-lihat?” sebal Nesya.Bara tidak menjawab, saat i

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 7 - Laki-laki kesepian

    Happy Reading Semuanya!“Om… sudah nikah?”Bara yang sedang memasang dasi tampak menaikkan sebelah alisnya bingung mendengar perkataan dari gadis muda di depannya yang seolah tidak terjadi apapun. Bara menunggunya hingga selesai. Setelah membersihkan dirinya dan mengganti pakaian ternyata gadis yang ditemuinya mendadak menjadi begitu cerewet. Bara memaklumi apa yang ditutupi oleh Nesya.“Aku punya pertanyaan—memangnya istri om kemana?” tanya Nesya lagi.Tidak ada jawaban.“Om ajak aku tinggal bersama buat jadi simpanan, om? Aku sih boleh aja, tapi kalau istri om marah gimana? Kalau aku keluar nanti terus saya di bullying sama istri om gimana?”Bara menghentik

  • Cinta Yang Datang Tidak Terduga   Bab 6 - Harus Bertahan

    Happy Reading Semuanya!Nesya sama sekali tidak bisa memikirkan apapun tentang kejadian semalam, ia tidak tahu apa yang sudah dilakukannya semalam sampai lelaki yang membawanya pulang tampak enggan untuk melihatnya dan pergi meninggalkannya selama 30 menit. Lelaki tersebut juga datang seolah tidak ingin menjelaskan apapun dan semua terlihat biasa saja, memang sangat aneh bagi dirinya.“Saya sudah menyiapkan sarapan untuk kamu, kamu enggak punya alergi serius sama makanan, kan?” Tangan gadis muda tersebut memegang dadanya dan menutup pembatas antara wastafel dengan bath up dimana dirinya berada sekarang ini.“Apakah orang miskin seperti aku berhak untuk punya alergi? Aku pemakan apa saja,” sahut Nesya membuat anggukan dan menutup kembali pintu kamar mandi luas tempat tinggalnya selama beberapa waktu ini.Helaan nafas terdengar berat disana. Kepalanya terasa pening, Nesya tidak bisa memikirkan apapun selain kisah hidupnya yang sangat pahit.Tatapan matanya terlihat kosong, ia tidak tah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status