{Gus tolong kamu kasih tau Reyhan dan tanyakan padanya. Apa mungkin jika aku tidak tulus mencintainya,aku akan bertahan dan menerima baik buruknya dia. Kenapa dia tetap tidak bisa menghargai perasaanku selama ini?
Aku rela memberikan segala yang terpenting dalam hidupku untuknya, tapi kenapa tetap saja dia tidak bisa melihat isi hatiku yang dalam.
Gus katakan padanya jika aku akan menyimpan namanya dihatiku untuk selamanya.}
"Kenapa nggak bales?" tanya Reyhan.
"Aku bingung, dan nggak tau harus bales apa, makanya aku milih supaya kamu baca aja langsung."
Reyhan mematikan ponsel Agus dan mengembalikannya tanpa perduli dengan pesan Freya. "Nih."
"Udah? gitu aja ekspresi kamu habis ngebaca pesan Freya?" tanya Ali heran.
"Terus aku harus gimana? guling-guling di parkiran ini sambil teriak kaya orang gila gitu?" jawab Reyhan.
"Pppfffffttttt kayanya lucu juga kalo kamu ngelakuin hal itu Rey," celetuk Agus.
PLAAAAAKKKK...! Reyhan memberikan hadiah di kepala Agus dengan lambaian tangannya. "Dari dulu aku nggak ada rasa apa-apa sama Freya, tapi dia yang selalu ngedeketin aku dan memberikan apa yang aku mau darinya. Dan aku juga nggak pernah maksa Freya buat ngasih tubuhnya. Kalian juga tau kan kalo Freya sendiri yang suka rela datang meski tau kalau aku itu bajingan. Terus sekarang kenapa harus aku yang ngerasa bersalah dan kehilangan? dia sendiri yang pergi dia juga yang ribut di tambah kalian malah memihak dia," ucap Reyhan menatap kedua temannya.
"Sorry Rey, tapi kita nggak mihak siapapun, ya kan Al?" tanya Agus sambil menyenggol lengan Ali dengan lengannya.
"Yupzzzz. Kita cuma mau ngingetin kami aja, takut kamu nyesel nantinya."
"Udah deh, aku nggak mau ngebahas tentang Freya," ucap Reyhan yang langsung melangkahkan kakinya di susul kedua temannya.
"Kelas kita akan kedatangan mahasiswa baru," ucap pak Ari dosen kelas siang ini. Pak Ari melambaikan tangan kearah pintu, dan seorang gadis pun masuk kedalam kelas melangkah menuju pak Ari. Gadis manis berwajah imut, rambut panjang terikat rapi dan tubuh yang semampai indah, penampilan yang sederhana namun mampu menyihir para mata yang melihatnya.
"Gila manis bener nih cewe, cantik bak bidadari," ucap Agus pada Reyhan yang duduk di depannya.
"Ingat sepertinya dia nggak pantas jadi mangsa serigala kaya kalian," celetuk Ali di sebelah mereka.
Agus menyipitkan matanya pada Ali, namun Ali hanya tersenyum melihat Agus. Sedangkan Reyhan hanya melihat gadis tersebut dengan tatapan datar.
"Namanya Keyren Dwi Aprilia, dia mahasiswi pindahan dari Jogja. Baiklah Key, silahkan duduk di salah satu kursi kosong itu," ucap pak Ari.
Keyren melihat ada dua kursi kosong yang bisa ia duduki, satu di sebelah Reyhan dan yang satunya lagi ada di paling pojok belakangan. Reyhan menatap Keyren dengan senyuman yang tak dapat di artikan.
"Aku yakin cewe baru itu akan memilih untuk duduk di sebelah kamu," ucap Agus lirih pada Reyhan yang duduk di depannya.
Benar saja Keyren melangkah ke arah Reyhan, namun saat ia tiba di kursi sebelah Reyhan Keyren tak menghentikan langkahnya, ia memilih kursi yang berada di pojok belakang.
Reyhan melirik Keyren. Sedangkan Agus dan Ali menahan tawanya, karena ini kali pertamanya melihat seorang Reyhan tidak di lirik sedikitpun oleh seorang cewek. Bahkan sampai kelas selesai, Reyhan masih belum terima dengan keacuhan mahasiswi baru itu.
Mereka melangkah menuju parkiran mobil. "Nongkrong dimana kita hari ini?" tanya Agus pada kedua sahabatnya.
"Kalian pergi berdua saja, aku mau langsung ke rumah om Bram," jawab Reyhan.
"Ada acara apa kesana Rey," tanya Ali.
"Iya tumben amat kamu kesana."
Reyhan hanya mengangkat kedua bahunya menjawab pertanyaan kedua sahabatnya.
"Eh, itu anak baru di kelas kita mau lewat," ucap Agus. Reyhan dan Ali pun menoleh ke arah yang di tunjuk Agus. Reyhan menyunggingkan senyuman dan melangkah menghampiri anak baru yang tak lain adalah Keyren.
"Eeeeiiitttssss! Kenapa jalan sendiri nona manis," ucap Reyhan menghalangi jalan Keyren dengan tangannya.
Keyren melirik kearah Reyhan lalu menurunkan lengan Reyhan yang berada persis di depan mukanya. Tidak jauh dari mereka Agus dan Ali tengah menonton aksi mereka. Sementara Keyren menatap Reyhan tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Kalo tidak salah namamu Keyren bukan? hmmmm... Keyren, kamu tau selama aku berada di kampus ini, cuma kamu cewe yang menyia-nyiakan kesempatan untuk duduk di kursi sebelahku. Apa kamu tau saat kamu melewatinya? itu sungguh membuatku bertanya-tanya, alasan apa yang membuatmu memilih duduk di pojokan sedangkan ada tempat istimewa untukmu?" ucap Reyhan.
"Lalu...?" ucap Keyren sambil menatap Reyhan, "apa menurutmu jika bisa duduk di sebelahmu itu adalah sebuah keistimewaan? dimana letak istimewanya?" imbuhnya dengan tenang.
"Aahhh kamu bicara seperti itu karena kamu tidak tau siapa aku bukan? dengar semua orang di sini mengenalku bahkan banyak cewek yang berebut mendapatkan kesempatan un...,"
"Aku tidak peduli!" ucap Keyren memotong ucapan Reyhan.
Reyhan menyipit matanya, ia tidak menyangka cewek yang ada di depannya berani memotong ucapannya. Dan ini untuk pertama kalinya ada cewe yang sama sekali tidak diam saat berbicara dengannya.
"Mungkin kamu pria impian para cewe di sini, tapi tidak untukku. Tujuanku di kampus ini untuk belajar bukan untuk berebut perhatian dari cowok sepertimu. Maaf aku tidak punya waktu untuk melayanimu," ucap Keyren sambil melangkahkan kakinya.
"Jaga ucapanmu sebelum tergila-gila padaku Key," ucap Reyhan. Keyren menggelengkan kepalanya dan terus melangkah pergi. Ali dan Agus menghampiri Reyhan yang tengah menahan rasa kesalnya.
"Rey!" ucap Agus menepuk pundak Reyhan. "Aku tau ini pertama kalinya loe di acuhkan seorang cewe. Aku ngga nyangka ada cewe yang sama sekali nggak tertarik dengan seorang cowok primadona kampus. Reyhan Gavelin Atmaja, ternyata ada juga yang menganggapmu angin lewat. Ini adalah rekor pertama, Pfffftttttt!" ledek Agus.
"Sialan kamu Gus. Aku akan tunjukin siapa itu Reyhan pada gadis sombong itu." Reyhan menatap kepergian Keyren, dan menyunggingkan senyuman. "Aku suka tantangan, dan cewe itu sudah membuktikan aku merasa tertantang," imbuhnya.
"Gimana kalo kita taruhan. Kalo kamu bisa dapetin tuh cewe, aku bakal kasih mobil kesayangan aku sama kamu," ucap Agus.
"Gus itu kan barang antik yang kamu dapatkan susah payah," ucap Ali yang kaget dengan tawaran Agus.
"Aku sudah bosan Al. Lagian jika aku kalah mobil itu jadi milik Reyhan yang bisa aku pinjam kapanpun," jawab Agus, "Gimana Rey kamu mau nggak?" tanya Agus kembali.
"Al apa kamu sudah mendapat jawaban siapa yang mencelakakan orangtuaku?" "Aku sudah memaksanya untuk bicara, tapi dia malah memilih untuk menghabisi nyawanya." "Hmmmm aku rasa mulai sekarang kita harus lebih hati-hati, ada musuh yang tak kita ketahui ada di dekat kita sekarang." Reyhan yakin ada orang yang mengharapkan orangtuanya celaka, namun ia belum tau siapa dan untuk apa tujuannya. Hari pertama kerja untuk Keyren, dan juga hari pertama setelah dua tahun Reyhan tak bertemu dengannya. Keyren benar-benar tidak tau siapa sebenarnya direktur perusahaan tempat dia bekerja, yang ia tau pemiliknya bernama Gavelin Atmaja. "Hai, karyawan baru ya?" sapa seorang perempuan padanya. Keyren mengangguk untuk menjawab pertanyaan pria tersebut. "Kenalkan aku Mila," ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Keyren. "Aku Keyren." Keyren menatap keruangan direktur. "Apa bos kita selalu telat masuk kerja? aku belum melihatnya datang." "Di
Reyhan datang ke kontrakan Keyren mencoba menemuinya ia berharap Keyren mau mendengarkan penjelasannya dan memberikan kesempatan Reyhan untuk memperbaiki kesalahannya. Keyren mendengar ketokan pintu beberapa kali, namun ia hanya mengintip dari balik korden yang menutupinya jendela kontrakannya, ia melihat Reyhan yang berdiri di depan pintu, namun Keyren justru berbaring di atas ranjangnya sambil menutup telinganya dengan bantal. "Key keluarlah, aku tau kamu ada di dalam. Aku hanya ingin minta maaf dan ingin menjelaskan semuanya padamu," ucap Reyhan mencoba memanggil Keyren, namun tetap saja tidak ada Jawaban dari dalam. Reyhan pun akhirnya kembali pulang dengan rasa kecewa pada dirinya sendiri. *** "Key!" panggil Reyhan saat melihat Keyren yang berada tak jauh darinya. Semenjak pemakaman Agus, Keyren selalu menghindar dari Reyhan, bahkan di hari terakhir mereka di kampus hari ini, Keyren masih sangat acuh.
Reyhan menyeka ujung matanya lalu membasuh mukanya.Bukan karena cengeng tapi kali ini dia benar-benar merasa rapuh, ia harus melihat sahabatnya terbaring tak berdaya di saat bersamaan dengan suasana hatinya yang memilukan karena masalah keluarga dan hubungannya dengan Keyren. Jika kalian memiliki seorang sahabat yang selalu ada dalam keadaan susah senang pasti kalian bisa merasakan apa yang saat ini Reyhan rasakan.Setelah hatinya merasa sedikit tenang ia pun keluar dari kamar mandi, bersamaan saat dia membuka pintu orang tua Agus pun masuk ke ruangan tersebut. "Rey kamu masih di sini nak?" tanya ibu Agus.Reyhan tersenyum dan menjawab ibu Agus, "Iya Tante, lagian Reyhan juga nggak ada hal lain yang harus di lakukan."Ayah Agus menghampiri Reyhan dan memegang pundaknya, "Terimakasih banyak untuk semuanya ya nak Reyhan," ucapnya, "kami sudah ada di sini menemani Agus, pulang dan istirahatlah kamu juga harus menjaga kesehatanmu," imbuhnya."Baik om, R
Reyhan dan Ali melangkah perlahan mendekati seorang wanita yang tengah menangis di pelukan suaminya. "Tante bagaimana keadaan Agus?" tanya Reyhan. Wanita itu menatap teman baik anaknya, "Dia kritis karena penyakit komplikasi yang di deritanya Rey," jawabnya. "Tapi bukankah Agus hanya demam biasa," tanya Ali. Ibu Agus menggelengkan kepalanya dan membenamkan kembali wajahnya pad dada suaminya, Reyhan dan Ali menatap ke arah ayah Agus yang terlihat jelas tengah menahan buliran bening di ujung matanya. "Apa kalian tidak tau penyakit yang di deritanya?" tanya ayah Agus. "Agus tidak pernah cerita om, dia hanya bilang demam biasa kemarin," jawab Reyhan. "Itu karena dia takut kalian menjauhinya." Reyhan dan Ali saling menatap, "maksud om bagaimana?" tanya Reyhan penuh rasa kebingungan. "Agus menderita serangan jantung dan terinfeksi HIV, penyakit itu sudah lama di deritanya tapi tadi pagi dia tiba-tiba pingsan dan kami
Reyhan melihat mobil ibunya yang sudah terparkir di garasi. Ini hal yang tak biasa bagi Reyhan jam segini melihat ibunya ada di rumah. Ia masuk ke dalam dan mendapati ibunya yang duduk di sofa ruang tamu bersama mbok Darmi. "Kamu sudah pulang Rey?" ucap Andini. "Seperti yang ibu lihat," jawab Reyhan datar. Mbok Darmi langsung berpamitan dan berjalan ke arah dapur, "saya akan menyiapkan makan malam dulu ndoro, permisi," ucapnya. "Rey, mamah ingin bicara sama kamu," Reyhan melangkahkan kakinya dengan rasa malas ke arah ruang tamu, lalu duduk di sofa yang menghadap ke ibunya. "Katakanlah apa yang ingin mamah bicarakan!" "Rey, mamah ingin kamu mendengar penjelasan mamah tentang papah kamu," ucap Andini, "Dion memang bukan ayah kandungmu, tapi percayalah jika dia menyayangimu." "Jadi mamah hanya akan membicarakan masalah ini?" tanya Reyhan yang langsung di jawab anggukan oleh ibunya, "Mah..., Reyhan nggak peduli lagi, Reyhan sud
"Aku tau kamu ayah kandungku, tapi apa kamu tau jika saat ini aku sudah tidak memperdulikannya? aku tidak butuh seorang ayah yang sudah meninggalkan tanggung jawabnya," ucap Reyhan yang langsung membalikkan badannya dan melangkah ke arah mobilnya. "Tapi apa kamu juga tidak peduli dengan alasan kenapa aku melakukannya Rey, jika saja aku tetap menikahi ibumu mungkin saat ini aku tidak bisa melihat kembali orang yang aku cintai, dan tak bisa melihatmu tumbuh dewasa seperti ini," ucap Kevin mencoba membujuk Reyhan. "Simpan saja alasan konyolmu itu!"Reyhan membuka pintu mobilnya, ia masuk kedalam mobil dan langsung menyalakan mesin mobil meninggalkan Kevin, sementara Kevin hanya menghela nafasnya. Reyhan mengendarai mobilnya penuh dengan rasa gundah. Marah, benci, dan sakit terasa berkumpul semua menjadi satu dalam hatinya. Chiitttt! Suara rem yang terinjak secara dadakan, detak jantung Reyhan berdetak