bab 5

"Terima kasih bang." Ucap Nayla kepada ojol.

Nayla tidak menyadari ada yang melihat nya tidak suka berbicara dengan ojol.

Nayla melihat jam yang melingkar ditangan nya.

"Astaga ! ternyata aku sudah terlambat. Sebaiknya aku lewat lift yang ada di lantai dasar saja, agar lebih cepat." Gumam Nayla bergegas kearah lift.

Biasanya ia lewat melalui lantai satu.

berhubung terlambat jadi terpaksa Nayla melalui lift di lantai dasar.

Akibat terlalu terburu buru Nayla tidak menyadari ada seseorang yang mengikutinya. 

Tinngg...suara pintu lift terbuka.

Belum sempat melangkah masuk, ada yang menarik pergelangan tangan nya dan membawa nya menuju ke mobil.

"hei, siapa kamu ? lepaskan ! berani sekali kamu !" bentak Nayla, sambil berusaha melepaskan tangannya.

"lepaskan ! aku akan berteriak sekencang mungkin, agar satpam datang untuk menghajar mu." Ancam Nayla geram.

Bukan nya takut dengan ancaman Nayla, ia malah mengeratkan cengkeraman dipergelangan tangannya. 

"Aww, sakit ! kamu siapa sih ? jangan kasar sama perempuan, jangan beraninya sama perempuan saja !" jerit Nayla. Orang tersebut sedikit melonggarkan cengkeramannya. saat ini Nayla tidak bisa melihat wajah orang tersebut, sebab ia memakai topi sedikit menutupi wajah nya.

Setelah sampai di mobil. Orang tersebut membuka pintu mobil, memaksa Nayla masuk ke dalam mobilnya.

lalu ia masuk duduk, dan melepaskan topinya.

Nayla mengerutkan dahinya melihat orang tersebut.

"ini sepertinya anak pak bos yang ada di ruangan kemarin. Kenapa wajahnya sangat mirip dengan nya,” Batin Nayla

"Nayla !” panggil orang tersebut, sambil memandang wajah Nayla.

 Deg...

"panggilan itu ! nada yang sama seperti dia memanggil ku waktu dulu. Apakah memang dia orang yang sama ? Batin Nayla. Pikiran Nayla bertanya tanya.

"Indra !" Ucap Nayla lirih.

"Iya ! ini aku, apa kamu sudah mengenali suara ku ?" Ujar Indra pelan ia masih menahan amarah nya, ia cemburu melihat ungkapan Doni kepadanya kemarin. Doni mengatakan bahwa Nayla adalah tunangannya.

Flashback on.

Ketika Indra ingin kembali ke ruangan, ia berpas-pasan dengan doni. saat itu Doni keluar dari lift hendak menuju parkiran.

"hei, kamu yang namanya Doni kan ?" 

Doni mengangguk,  "Iya, saya Doni ! ada apa pak ? tanya Doni balik.

"Apa kamu kenal dengan perempuan yang mengantarkan kopi ke ruangan ku tadi ?" Tanya Indra.

"Oh itu ! kenal pak, Nama nya Nayla ! dia karyawan lama disini ! bagian cleaning service sekaligus tunangan saya ! " Ucap Doni.

"Ada apa pak ?"

"hah, tidak ! cuma dia sangat mirip seseorang ! mungkin hanya mirip, terima kasih. Saya akan kembali ke ruangan."Ujar Indra sambil menepuk pelan bahu doni.

"Iya pak !" Sahut Doni. kemudian ia berjalan menuju mobil nya dengan tersenyum licik.

Flashback off

Indra menjalankan mobil nya keluar parkiran. Saat ini emosi Indra sudah di ubun-ubun Beruntung masih bisa mengontrolnya ia tidak mau membuat Nayla ketakutan.

"Indra ! kita mau ke mana ? aku harus bekerja, ini sudah sangat terlambat." Protes Nayla. 

"tidak usah bekerja ! disini aku bosnya! karyawan harus patuh kepada bos nya." celetuk Indra.

"Indra ! kalau kamu tidak mau berhenti aku akan loncat." Ancam Nayla.

"Loncat saja, ingat ! bunuh diri itu dosa." Ucap Indra semakin menambah kecepatan mobilnya.

"Huh." Ia kembali duduk seperti semula.

"mengancam pun percuma, dia malah semakin menambah kecepatannya dasar egois." Batin Nayla  fokus melihat kearah jalanan sambil melipat tangan nya. Ia pun tidak tahu ke mana Indra membawanya.

"Apakah akan mati kalau lompat dari mobil ? tidak ! kalau pun tidak mati pasti akan luka-luka parah. Jalanan nya juga cukup mengerikan" pikiran Nayla bertanya, kemudian menggelengkan kepalanya.

"kenapa ?  tidak jadi loncat ?" ujar Indra. Ia tau Nayla tidak mungkin berani melakukannya, apalagi ia sengaja menambah kecepatannya mobilnya.

"Siapa pun disana, tolong aku !” Jerit batin Nayla sambil memejamkan matanya.

Indra melihat Nayla pasrah ia tersenyum puas, baginya Nayla sangat lucu.

Ddrrrttt.

getar ponsel Nayla dari dalam tas menandakan panggilan masuk. Nayla mengambil ponsel nya, Indra melirik terlihat sangat jelas nama kak Doni dilayar ponsel Nayla. Indra langsung panas melihat nama itu.

Belum sempat mengangkat panggilan tersebut, ponsel nya langsung di ambil oleh Indra dan memasukkan nya di saku celananya.

Nayla berdecap. " Kembalikan ! kamu tidak berhak menyimpan ponsel ku." Ucap Nayla sambil mengulurkan telapak tangannya.

"Ambil saja ! tapi, hati-hati ! jangan sampai kamu menyentuh sesuatu di dalam sakuku." seru Indra.

Nayla berdecap kesal, ia menyerah dan kembali ke posisinya menghadap jendela.

"Egois” batin Nayla.

"Tadi kamu bicara apa ? aku tidak berhak ! jadi, siapa yang berhak ? tunangan mu." Ujar Indra.

Nayla mengerutkan keningnya, menoleh melihat Indra dengan tatapan bingung.

"Apa maksudmu ? aku tidak mengerti." Tanya Nayla balik.

"wow ! sandiwara mu cukup bagus" pekik Indra.

"Terserah kamu ! aku memang  tidak mengerti apa yang kamu maksud." Ketus Nayla.

Di kantor.

Saat Mita sedang membersihkan ruangan, ia di kaget kan dengan kedatangan pak Doni secara tiba-tiba.

"Mita !" panggil pak Doni.

"Astaga pak ! bapak membuat saya terkejut pak.." ucap Mita sambil mengelus dadanya.

ada apa pak ?" 

"Maaf Mita, saya membuat mu terkejut ! Apakah hari ini Nayla tidak masuk kerja ? saya tidak melihat nya dari tadi ?" Tanya Doni pada Mita.

"Saya kurang tahu pak ! saya sudah kirim pesan. Tapi, belum ada balasan pak !" Sahut Mita.

"Saya juga sudah telepon ! tidak diangkat juga!" ucap pak Doni.

"mungkin saja dia sibuk pak untuk mengurus ayahnya dirumah, kemarin Nayla cerita ayahnya sedang sakit pak ! mungkin belum sempat meminta izin tidak masuk kerja.." 

"Baiklah ! kamu lanjut bekerja, saya juga akan kembali ke ruangan." pamit pak Doni.

"Kamu ke mana Nayla ?" gumam Mita. Kemudian ia lanjut bekerja.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit, mereka tiba di parkiran apartemen.

"Kita ke apartemen ? kenapa kamu membawaku kesini ?” tanya Nayla bingung.

"Jangan banyak tanya, ayo masuk ! aku berjanji tidak melakukan yang aneh-aneh. Tapi." Indra menggantungkan kata katanya. dia menatap Nayla di dalam lift.

"Tapi apa.?" tanya Nayla.

"Tidak !” sahut indra sambil menggelengkan kepalanya. Terlintas di pikiran nya ingin mengerjai Nayla, namun urungkan. Dia mengetahui alasan Nayla menghilang setelah setahun kepergiannya.

Tinggg, suara lift terbuka.

"Ini apartemen siapa ? kenapa kamu membawa ku kesini ?" Tanya Nayla bingung.

 "Aku ingin pulang saja ! pasti Mita mencari ku.” ketika hendak berpaling tangan nya ditahan oleh Indra. 

"Ayo masuk dulu ! nanti aku jelas in di dalam. Aku pasti akan mengantarmu pulang. kita masuk dulu sebentar." Ujar Indra.

Nayla mengangguk, ia mengikuti Indra di belakang.

Indra membuka kan pintu rumah, di dalam rumah terlihat megah. Ditambah warna cat rumah putih dan biru. 

Indra langsung duduk di sofa, tapi tidak dengan Nayla. Ia masih betah berdiri di samping sofa.

" bibi, tolong buatkan es jeruk dua ya Bi, diluar sangat panas ditambah hati juga panas Bi” Ujar Indra melirik Nayla.

"Iya den ! bisa aja bercanda nya, memang hatinya dijemur den ?" tanya bibi bingung.

"tunggu sebentar ya bibi buat in dulu." Ucap bibi, ia tidak mau bercanda nya ketika melihat wajah tuannya serius.

"Sini Nay, duduk disini ! mau sampai kapan kamu berdiri disitu ?" Ujar Indra sambil menepuk sofa disamping-Nya.

Nayla berjalan menuju sofa yang berhadapan dengan Indra. Ia bukannya tidak mau duduk di sebelah Indra, hanya saja dia berjaga jaga.

"Sudah berapa lama kamu tunangan bersama dia ? bahkan aku malas menyebut namanya.." Ujar Indra 

"Apa maksudmu ? aku tidak mengerti ! memangnya aku bertunangan dengan siapa ?" tanya Nayla balik.

"Wah, setelah aku kembali, sekarang kamu juga lupa sedang bertunangan dengan siapa. Sandiwara mu tidak berlaku disini." lontar Indra 

"Jaga bicara mu. sudah aku katakan, aku tidak pernah bertunangan. Terserah kamu mau percaya atau tidak." pekik Nayla

"Aku mau pulang, percuma bicara denganmu." Ucap Nayla hendak berdiri

"Eeiitss ...satu langkah maju dari tempat duduk mu habis lah kau." ancam Indra. Ia tersenyum melihat Nayla patuh dan duduk kembali.

"Aku bahkan tidak mengenalmu lagi, kamu jauh berbeda dari yang dulu kukenal." Ujar Nayla ia menahan air mata nya untuk tidak keluar, ia tidak mau terlihat lemah.

"Aku tidak pernah berubah, aku seperti ini karena dirimu.

Katakan.. apa kamu juga tidak mengenal Doni tunangan mu ?" Ucap Indra dia malas menyebut namanya.

"Doni siapa ? kak Doni maksud mu ! kak Doni atasan aku di tempat kerja ?" Tanya Nayla menatap Indra.