Share

Bab 3

Author: Julliana Miyuki
Aku menceritakan semua yang kejadian yang menimpaku pada pengacara. Usai mendengarkan, dia mendengkus tak berdaya.

"Nota kesepakatan damai yang dikeluarkan oleh pihak anggota keluarga memang memiliki kekuatan hukum yang sama. Apalagi kasus ini sudah berlalu lima tahun, kalau ingin meminta pertanggungjawaban Clarisse, kurasa ini mustahil," jelas pengacaraku.

Dia bertanya lagi, "Tentang perceraian ini, apakah kamu sudah memikirkannya baik-baik?"

"Aku sudah memikirkannya. Karena dia begitu mencintai Clarisse, aku akan merestui mereka."

Aku menjawabnya tanpa keraguan.

"Bagaimana dengan Stanley?"

Begitu membahas soal anak, aku terdiam sejenak. Stanley adalah anak yang aku lahirkan dengan mempertaruhkan nyawaku, bisa dibilang dia adalah satu-satunya keluargaku.

Awalnya aku ingin bilang kalau aku juga tidak menginginkan anak seperti itu, tetapi aku tidak tega mengatakannya.

Aku pikir, Stanley masih kecil. Asal aku bisa menjelaskannya, semuanya akan baik-baik saja.

Saat aku hendak mengatakan lagi, sepasang ayah dan anak itu mendorong pintu dan masuk, dengan senyuman yang merekah di wajah mereka.

Saat melihat aku sedang menelepon, Stanley pun menghampiriku dengan rasa ingin tahu.

"Bu, lagi menelepon siapa sih?"

Tatapan Simon juga menunjukkan rasa penasarannya.

"Bukan siapa-siapa, hanya teman lama saja. Kami hanya saling mengobrol."

Aku menutup telepon, lalu mengambil kue lapis di atas meja yang baru dibeli Simon secara khusus untukku dan memasukkannya ke dalam mulutku.

Kue-kue yang dulunya terasa cocok dengan seleraku, sekarang malahan terasa sangat manis sampai membuatku merasa jijik.

Sama seperti pernikahanku yang busuk ini.

Melihatku memakannya, Simon menatapku penuh harapan. "Enak, nggak? Kalau enak, lain kali aku akan membawakannya lagi untukmu."

Putraku juga ikut menatap ke arahku. Aku mengerucutkan bibir dan tersenyum.

"Enak sih, tapi nggak usah deh."

Mendengar ini, Simon seperti sedang menghadapi musuh besar dan segera bertanya, "kenapa?"

Aku menggelengkan kepala. "Dokter memintaku untuk mengurangi makanan manis."

Simon merasa lega. "Kalau begitu nanti setelah kamu sembuh, aku akan beli buatmu lagi."

Aku menundukkan kepalaku dan menatap draf surat perceraian yang telah disusun sementara di ponselku.

Tidak ada kesempatan lain lagi, Simon.

Keesokan paginya, aku menerima telepon dari guru sekolah putraku. Dia mengundangku untuk menghadiri pekan olahraga yang diselenggarakan di sekolah.

Karena kondisi kakiku, biasanya acara sekolahan seperti ini Simon yang menghadirinya.

Aku pikir mungkin Simon lupa, juga takut putraku akan kesepian sendirian, jadi aku pun bergegas pergi ke sekolah.

Sesampai di gerbang sekolah, sebelum aku sempat mengatakan sesuatu, seorang guru datang menghampiriku dan bertanya dengan sopan.

"Maaf permisi, siapa Anda?"

"Tadi pagi, Anda meneleponku dan mengundangku untuk menghadiri pekan olahraga sekolah. Stanley itu …."

Sebelum aku selesai berbicara, sang guru itu sudah menunjukkan ekspresi kalau dia sudah mengerti.

"Anda asisten rumahnya, 'kan? Stanley pernah bilang kalau orang tuanya mempekerjakan orang cacat untuk mengasuhnya."

Senyum di wajahku langsung membeku. Ternyata bagi Stanley, aku ini hanyalah seorang pengasuh.

Pada saat ini, Clarisse datang dan melambaikan tangannya dan membiarkan guru itu pergi meninggalkan kami. Kemudian, dia menatapku dengan ekspresi jijik.

"Lihatlah betapa menyedihkannya dirimu. Kamu sungguh menyedihkan."

Clarisse menyilangkan lengannya di depan dada dan tatapan matanya penuh dengan provokasi.

"Lalu, kenapa?"

"Kenapa kamu masih begitu sok sih, dasar sampah. Asal kamu tahu deh, sebenarnya saat awalnya kamu bisa saja disembuhkan. Hanya saja, aku bilang kalau aku ingin menjadi penari utama. Dia pun memenuhi keinginanku, lalu menyuap dokter untuk memberikan obat palsu padamu, membuat saraf kakimu jadi lumpuh total dan nggak bisa berdiri lagi. Aduh, dia begitu mencintaiku sampai membuatku kewalahan."

Tubuhku gemetaran tak terkendali, api kemarahan berkobar dan menjalar di hatiku. Aku berharap bisa bergerak maju dan mencabik-cabik Clarisse menjadi berkeping-keping.

Melihat gerakanku, Clarisse tiba-tiba melangkah ke samping dan langsung terjatuh dari tangga.

Detik berikutnya, aku pun didorong ke lantai. Suara mengamuk pria itu terdengar dari atasku.

"Apa kau gila? Kalau terjadi sesuatu padanya, kau akan menerima ganjaran yang setimpal!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 9

    Bibir Simon bergetar, dia tergagap lama sekali tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Stanley melangkah ke arahku, selangkah demi selangkah, sambil mengatupkan tangan dengan gugup."Bu, maafkan aku."Begitu Stanley membuka mulutnya, air matanya mulai jatuh."Aku seharusnya tidak melakukan begitu banyak hal yang menyakitimu, aku …."Aku menghela napas dengan pelan, lalu menghentikan Stanley untuk tidak mengatakan apa pun lagi."Stanley, aku tahu kamu selalu merasa terbebani karena memiliki seorang ibu yang cacat. Kamu tidak suka karena aku akan membuatmu malu di depan teman-teman sekelasmu.""Jadi, aku akan memenuhi keinginanmu. Sejak aku meninggalkan rumah, kita sudah tidak punya hubungan apa-apa," jelasku.Stanley menangis begitu keras sampai hampir pingsan, tetapi aku hanya memandangnya dengan raut wajah tenang."Aku mohon, kalian berdua jangan muncul di hadapanku lagi. Aku tidak ingin melihat kalian lagi. Keberadaan kalian hanya membuatku merasa konyol dengan kebodohan diriku sendiri."

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 8

    Setelah meninggalkan Simon, aku membeli selembar tiket pesawat dan terbang ke luar negeri.Aku menyewa sebuah rumah dan berencana untuk memulai kehidupan baru.Namun tidak disangka, beberapa jam kemudian, ada orang yang mengetuk pintu rumahku.Begitu aku membuka pintu, aku melihat kedua orang tuaku. Aku memang sudah lama tidak menghubungi mereka. Mereka berdiri di hadapanku dengan raut wajah kelelahan."Kenapa kalian datang ke sini?"Aku mencoba menutup pintu dengan acuh tak acuh, tetapi ibuku menghalang pintu dengan tubuhnya."Molly, ayahmu dan aku sudah melihat berita, kami langsung datang mencarimu.""Sejak kamu meninggalkan rumah, kami telah mengintropeksi diri. Dulu, kami terlalu ketat padamu. Kami selalu berpikir mengatur segalanya untukmu adalah bentuk cinta kami. Tapi, kami nggak pernah mempertimbangkan keinginanmu. Kami benar-benar minta maaf."Aku memandang mereka dengan perasaan campur aduk.Saat aku tumbuh dewasa, mereka memaksaku melakukan hal-hal yang tidak aku sukai. Per

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 7

    Sepuluh menit yang lalu, sekretaris Simon baru mengirim sepenggal rekaman percakapan antara Clarisse dengan salah seorang temannya."Lihatlah, aku berhasil membuat kedua pria ini tergila-gila padaku."Tawa kemenangan Clarisse terdengar dari ponsel Simon."Bukankah Molly Spencer itu sok sekali? Katanya penari berbakat? Pada akhirnya, aku berhasil membuat kedua kakinya jadi lumpuh. Sebenarnya, waktu itu aku ingin menabraknya sampai mati. Dengan begitu, seluruh kekayaan Keluarga Smith akan menjadi milikku seorang. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, membuat dia tak berdaya melihatku merampas semua yang menjadi miliknya menjadi milikku. Bahkan suami dan putranya yang bodoh bisa ditipu olehku, sampai mereka berdua berusaha sekuat tenaga untuk melindungiku …. Itu membuatku merasa jauh lebih menyenangkan daripada membunuhnya langsung!"Mendengar sampai sini, Simon tidak dapat menahan amarahnya dan menampar Clarisse dengan keras."Kamu wanita jahat yang kejam! Aku benar-benar buta, hingga tertipu

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 6

    Simon merasa dirinya seperti sedang berhalusinasi. Dia dapat mendengar setiap kata yang diucapkan sekretarisnya dengan jelas, tetapi otaknya seperti tidak mencerna, dia tidak dapat memahami maksud ucapan itu."Bukankah Keluarga Smith hanya punya satu putri tunggal? Bukankah Clarisse Smith, putri tunggal keluarga Smith? Bagaimana mungkin Molly Spencer itu nona besar Keluarga Smith?""Lagipula, bukankah kecelakaan mobil waktu itu murni hanyalah kecelakaan biasa? Bagaimana mungkin …" ucap Simon dengan bingung.Suara Simon menjadi makin pelan sampai tidak terdengar jelas lagi."Pak Simon, setelah aku melacak dan mencari tahu ke berbagai pihk, saya bisa memastikan kalau Nyonya memang putri tunggal Keluarga Smith. Nyonya menggunakan nama keluarga Spencer karena mengikuti nama keluarga ibunya …."Sekretaris itu ragu-ragu sejenak, lalu akhirnya berbicara lagi."Ada beberapa hal yang tidak sepantasnya saya katakan, tapi Pak Simon, terkadang saya juga merasa iba terhadap istri Anda.""Coba pikir

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 5

    Simon mengambil kedua dokumen itu dengan tangan gemetar, wajahnya pucat.Selembar kertas terjatuh dari tengah dokumen, Simon pun buru-buru mengambilnya. Ada tulisan tanganku di atas kertas tersebut.[Selamat tinggal, Simon.]Kalimat pendek yang sederhana ini, bagaikan palu besar yang menghantam hati Simon dengan keras.Tubuh Simon terhuyung, dia hampir kehilangan keseimbangan. Dokumen di tangannya hampir jatuh, tetapi segera ditangkap seseorang.Stanley melihat kata-kata yang tertulis jelas di sana. [Aku dengan sukarela memutuskan hubungan antara aku dengan Stanley.] Mata Stanley pun langsung memerah."Ayah, apakah Ibu tidak menginginkan kita lagi?"Putra kami menatap Simon dengan penuh harap, dia berharap mendapat jawaban sebaliknya dari sang ayah.Namun, suara sang ayah tertahan di tenggorokan, tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya untuk waktu yang lama.Simon berusaha menelepon ponselku, tetapi ponselku sudah aku nonaktifkan, dia tidak mungkin bisa menghubungiku.Simon me

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 4

    Saat aku berusaha bangkit dari lantai, aku melihat Simon berlari ke arah Clarisse dan menariknya ke dalam pelukan."Benarkah?"Mendengar ancaman Simon, aku malah tertawa sekaligus merasa sedih.Ketika Simon menyadari kalau orang yang ada di depannya adalah aku, ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi panik."Molly, kenapa kamu berada di sini?"Sebelum aku sempat menjawab, Clarisse sudah menangis."Kak Simon, aku tahu kakak masih menyalahkanu, tapi aku nggak sengaja. Aku hanya ingin meminta maaf saja …."Simon menatapku dengan cemberut, dia tampak tidak senang."Molly, semua yang terjadi waktu itu sudah berlalu, Clarisse pun sudah masuk penjara dan menebus dosanya. Kamu nggak seharusnya bersikap begitu."Aku tidak mengatakan apa pun, hanya menatap langsung ke matanya.Aku bertanya, "Simon, apakah dia benar-benar mendekam di penjara? Apakah menurutmu sangat menyenangkan berbohong padaku?"Simon tertegun sejenak, dia terlihat panik ingin menjelaskan sesuatu padaku."Molly …."Namun, Claris

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status