Share

Bab 4

Author: Julliana Miyuki
Saat aku berusaha bangkit dari lantai, aku melihat Simon berlari ke arah Clarisse dan menariknya ke dalam pelukan.

"Benarkah?"

Mendengar ancaman Simon, aku malah tertawa sekaligus merasa sedih.

Ketika Simon menyadari kalau orang yang ada di depannya adalah aku, ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi panik.

"Molly, kenapa kamu berada di sini?"

Sebelum aku sempat menjawab, Clarisse sudah menangis.

"Kak Simon, aku tahu kakak masih menyalahkanu, tapi aku nggak sengaja. Aku hanya ingin meminta maaf saja …."

Simon menatapku dengan cemberut, dia tampak tidak senang.

"Molly, semua yang terjadi waktu itu sudah berlalu, Clarisse pun sudah masuk penjara dan menebus dosanya. Kamu nggak seharusnya bersikap begitu."

Aku tidak mengatakan apa pun, hanya menatap langsung ke matanya.

Aku bertanya, "Simon, apakah dia benar-benar mendekam di penjara? Apakah menurutmu sangat menyenangkan berbohong padaku?"

Simon tertegun sejenak, dia terlihat panik ingin menjelaskan sesuatu padaku.

"Molly …."

Namun, Clarisse memegangi pergelangan kakinya dengan ekspresi kesakitan.

"Kak Simon, kakiku sakit sekali, jangan-jangan kakiku patah tulang?"

Simon menatapku, lalu menatap Clarisse. Dia terlihat agak linglung, tetapi pada akhirnya dia menggendong Clarisse.

"Molly, tunggu aku kembali, aku akan memberimu penjelasan."

Simon meminta putra kami untuk menemaniku pulang, kemudian dia bergegas pergi sambil menggendong Clarisse.

Sambil mendorong kursi rodaku, Putraku berbicara dengan hati-hati.

"Ibu."

Melihat aku tidak berkata sepatah kata pun, Stanley makin panik dan memohon padaku sambil terisak-isak.

"Bu, jangan mengabaikan aku, ya? Aku sudah tahu salah, jangan marah padaku, ya?"

Setelah ragu sejenak, aku memutuskan untuk memberikan Stanley kesempatan terakhir.

"Stanley, kalau Ayah dan Ibu bercerai, kamu mau ikut siapa?"

Putraku menatapku dengan tak berdaya, dia menggigit bibirnya dan terdiam lama sampai akhirnya dia mengangkat kepalanya.

"Bu, apakah Ayah sudah berbuat salah? Apakah dia sama sepertiku, suka pilih-pilih makanan …. Bisakah Ibu memaafkannya? Dia akan sangat sedih kalau aku pergi bersama Ibu."

"Ayah bilang dia sangat mencintaimu, aku mohon kalian jangan bercerai, oke?" lanjut Stanley.

Aku menatap Stanley dengan rasa sakit di dalam hatiku. Tadi saat dia merasa ragu, aku sudah tahu jawabannya.

Kalau begitu, aku tidak menginginkan siapa pun lagi.

Aku mengangkat tanganku dan membelai kepala putraku.

"Ada sesuatu yang harus ibu sampaikan pada gurumu, kamu pulanglah dulu."

"Ada sebuah kotak kayu di meja samping tempat tidur di kamar tidur. Kalau kamu membantuku memberikannya pada ayahmu, aku akan memaafkanmu," tambahku.

Mendengar itu, wajah Stanley pun tampak gembira dan dia berlari pulang dengan senang hati.

Melihat sosok putraku yang perlahan menjauh, aku diam-diam mengucapkan selamat tinggal, lalu berbalik ke arah yang berlawanan.

Di ruang pasien rumah sakit tempat Clarisse dirawat, Simon meneleponku setelah selesai mengurus Clarisse.

Dia mengira aku begitu mencintainya. Asalkan dia meminta maaf padaku dengan tulus, aku pasti tidak akan meninggalkan dia dan anak kami.

Namun setelah berkali-kali dia mencoba meneleponku, tetap tidak ada yang menjawab panggilan.

Lima tahun kami menikah, hal seperti ini belum pernah terjadi. Simon mengira aku tidak menjawab panggilannya karena aku sudah tertidur.

Sampai akhirnya terdengar, "Telepon yang Anda tuju sedang tidak aktif …." Simon baru merasa harapannya sirna.

Bagaikan cacing kepanasan, dia tampak gelisah dan tidak bisa duduk diam. Dengan panik, dia berbalik dan berlari keluar rumah sakit. Dia bahkan tidak mendengar Clarisse memanggilnya.

Ketika melewati sebuah pusat perbelanjaan, Simon menghentikan mobil dan membeli seuntai kalung mahal.

Kemudian Simon juga memesan 9.999 kuntum bunga segar. Seolah semua itu belum cukup, dia bahkan membeli semua barang yang menurut dia, aku akan suka.

Simon melajukan mobilnya untuk pulang dengan kecepatan penuh, tetapi dia justru tidak menemukan diriku.

Simon memanggil namaku dengan panik, tetapi tak seorang pun yang menjawab.

Pada saat ini, putra kami melihat Simon. Dia berlari ke bawah dengan gembira, kemudian menyerahkan sebuah kotak kayu pada Simon.

"Ayah, Ibu memintaku untuk memberikan ini padamu."

Melihat putranya, kecemasan Simon mulai mereda.

'Selama putra kami masih di sini, Molly pasti tidak akan pergi.'

'Bagaimana mungkin Molly meninggalkan keluarga ini?'

Simon menerima kotak kayu itu sambil tersenyum. Akan tetapi saat kotak itu dibuka, senyum di wajahnya pun membeku.

Simon hanya melihat selembar kertas putih dengan tulisan berwarna hitam yang menyebutkan pemutusan hubungan orang tua dan anak.

Tubuh Simon gemetar tak terkendali. Kotak kayu itu bagaikan bara panas, sampai dia kehilangan genggaman dan menjatuhkan kotak itu ke lantai.

Tiba-tiba, kotak kayu itu pun pecah ….

Di bawah surat pemutusan hubungan orang tua dan anak, juga ada surat perceraian ….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 9

    Bibir Simon bergetar, dia tergagap lama sekali tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Stanley melangkah ke arahku, selangkah demi selangkah, sambil mengatupkan tangan dengan gugup."Bu, maafkan aku."Begitu Stanley membuka mulutnya, air matanya mulai jatuh."Aku seharusnya tidak melakukan begitu banyak hal yang menyakitimu, aku …."Aku menghela napas dengan pelan, lalu menghentikan Stanley untuk tidak mengatakan apa pun lagi."Stanley, aku tahu kamu selalu merasa terbebani karena memiliki seorang ibu yang cacat. Kamu tidak suka karena aku akan membuatmu malu di depan teman-teman sekelasmu.""Jadi, aku akan memenuhi keinginanmu. Sejak aku meninggalkan rumah, kita sudah tidak punya hubungan apa-apa," jelasku.Stanley menangis begitu keras sampai hampir pingsan, tetapi aku hanya memandangnya dengan raut wajah tenang."Aku mohon, kalian berdua jangan muncul di hadapanku lagi. Aku tidak ingin melihat kalian lagi. Keberadaan kalian hanya membuatku merasa konyol dengan kebodohan diriku sendiri."

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 8

    Setelah meninggalkan Simon, aku membeli selembar tiket pesawat dan terbang ke luar negeri.Aku menyewa sebuah rumah dan berencana untuk memulai kehidupan baru.Namun tidak disangka, beberapa jam kemudian, ada orang yang mengetuk pintu rumahku.Begitu aku membuka pintu, aku melihat kedua orang tuaku. Aku memang sudah lama tidak menghubungi mereka. Mereka berdiri di hadapanku dengan raut wajah kelelahan."Kenapa kalian datang ke sini?"Aku mencoba menutup pintu dengan acuh tak acuh, tetapi ibuku menghalang pintu dengan tubuhnya."Molly, ayahmu dan aku sudah melihat berita, kami langsung datang mencarimu.""Sejak kamu meninggalkan rumah, kami telah mengintropeksi diri. Dulu, kami terlalu ketat padamu. Kami selalu berpikir mengatur segalanya untukmu adalah bentuk cinta kami. Tapi, kami nggak pernah mempertimbangkan keinginanmu. Kami benar-benar minta maaf."Aku memandang mereka dengan perasaan campur aduk.Saat aku tumbuh dewasa, mereka memaksaku melakukan hal-hal yang tidak aku sukai. Per

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 7

    Sepuluh menit yang lalu, sekretaris Simon baru mengirim sepenggal rekaman percakapan antara Clarisse dengan salah seorang temannya."Lihatlah, aku berhasil membuat kedua pria ini tergila-gila padaku."Tawa kemenangan Clarisse terdengar dari ponsel Simon."Bukankah Molly Spencer itu sok sekali? Katanya penari berbakat? Pada akhirnya, aku berhasil membuat kedua kakinya jadi lumpuh. Sebenarnya, waktu itu aku ingin menabraknya sampai mati. Dengan begitu, seluruh kekayaan Keluarga Smith akan menjadi milikku seorang. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, membuat dia tak berdaya melihatku merampas semua yang menjadi miliknya menjadi milikku. Bahkan suami dan putranya yang bodoh bisa ditipu olehku, sampai mereka berdua berusaha sekuat tenaga untuk melindungiku …. Itu membuatku merasa jauh lebih menyenangkan daripada membunuhnya langsung!"Mendengar sampai sini, Simon tidak dapat menahan amarahnya dan menampar Clarisse dengan keras."Kamu wanita jahat yang kejam! Aku benar-benar buta, hingga tertipu

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 6

    Simon merasa dirinya seperti sedang berhalusinasi. Dia dapat mendengar setiap kata yang diucapkan sekretarisnya dengan jelas, tetapi otaknya seperti tidak mencerna, dia tidak dapat memahami maksud ucapan itu."Bukankah Keluarga Smith hanya punya satu putri tunggal? Bukankah Clarisse Smith, putri tunggal keluarga Smith? Bagaimana mungkin Molly Spencer itu nona besar Keluarga Smith?""Lagipula, bukankah kecelakaan mobil waktu itu murni hanyalah kecelakaan biasa? Bagaimana mungkin …" ucap Simon dengan bingung.Suara Simon menjadi makin pelan sampai tidak terdengar jelas lagi."Pak Simon, setelah aku melacak dan mencari tahu ke berbagai pihk, saya bisa memastikan kalau Nyonya memang putri tunggal Keluarga Smith. Nyonya menggunakan nama keluarga Spencer karena mengikuti nama keluarga ibunya …."Sekretaris itu ragu-ragu sejenak, lalu akhirnya berbicara lagi."Ada beberapa hal yang tidak sepantasnya saya katakan, tapi Pak Simon, terkadang saya juga merasa iba terhadap istri Anda.""Coba pikir

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 5

    Simon mengambil kedua dokumen itu dengan tangan gemetar, wajahnya pucat.Selembar kertas terjatuh dari tengah dokumen, Simon pun buru-buru mengambilnya. Ada tulisan tanganku di atas kertas tersebut.[Selamat tinggal, Simon.]Kalimat pendek yang sederhana ini, bagaikan palu besar yang menghantam hati Simon dengan keras.Tubuh Simon terhuyung, dia hampir kehilangan keseimbangan. Dokumen di tangannya hampir jatuh, tetapi segera ditangkap seseorang.Stanley melihat kata-kata yang tertulis jelas di sana. [Aku dengan sukarela memutuskan hubungan antara aku dengan Stanley.] Mata Stanley pun langsung memerah."Ayah, apakah Ibu tidak menginginkan kita lagi?"Putra kami menatap Simon dengan penuh harap, dia berharap mendapat jawaban sebaliknya dari sang ayah.Namun, suara sang ayah tertahan di tenggorokan, tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya untuk waktu yang lama.Simon berusaha menelepon ponselku, tetapi ponselku sudah aku nonaktifkan, dia tidak mungkin bisa menghubungiku.Simon me

  • Cinta berlapis Dusta   Bab 4

    Saat aku berusaha bangkit dari lantai, aku melihat Simon berlari ke arah Clarisse dan menariknya ke dalam pelukan."Benarkah?"Mendengar ancaman Simon, aku malah tertawa sekaligus merasa sedih.Ketika Simon menyadari kalau orang yang ada di depannya adalah aku, ekspresinya tiba-tiba berubah menjadi panik."Molly, kenapa kamu berada di sini?"Sebelum aku sempat menjawab, Clarisse sudah menangis."Kak Simon, aku tahu kakak masih menyalahkanu, tapi aku nggak sengaja. Aku hanya ingin meminta maaf saja …."Simon menatapku dengan cemberut, dia tampak tidak senang."Molly, semua yang terjadi waktu itu sudah berlalu, Clarisse pun sudah masuk penjara dan menebus dosanya. Kamu nggak seharusnya bersikap begitu."Aku tidak mengatakan apa pun, hanya menatap langsung ke matanya.Aku bertanya, "Simon, apakah dia benar-benar mendekam di penjara? Apakah menurutmu sangat menyenangkan berbohong padaku?"Simon tertegun sejenak, dia terlihat panik ingin menjelaskan sesuatu padaku."Molly …."Namun, Claris

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status