POV AzzamNamaku Khoirul Azzam Aflah. Bungsu dari enam bersaudara, dengan empat kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. Mereka semua menyayangiku. Begitu juga kedua orangtuaku. Dibesarkan di keluarga yang kaya dan dimanja kedua orang tuaku tak membuatku besar kepala. Aku tumbuh mandiri. Semua saudaraku sudah menikah. Mereka semua mengenyam pendidikan di pondok pesantren ternama, dengan latar pendidikan pondok pesantren, mereka mengamalkan ilmu mereka, dua dari kakakku adalah menantu kiyai ternama dan sekarang juga memangku pondok cabang dengan santri yang cukup banyak, dua lagi menjadi dai sekaligus pengusaha. Satu kakak perempuanku juga menjadi pengajar di markas tanfidz. Hanya diriku yang pendidikannya tidak berlatar belakang pesantren, meskipun setiap Romadhon ayahku memasukkanku ke pondok pesantren. Ya, hanya bulan romadhon saja.Sejak kecil aku berkeinginan menjadi seorang polisi. Awalnya keinginanku ditentang ibu. Namun ayahku selalu membujuknya supaya mengizinkanku. Alasan
Ku titipkan cinta ini hanya pada-Mu, jagalah hatiku dan hatinya dari rasa kecewa, hingga waktu itu tiba. Persatukanlah kami dalam restu dan Ridho-Mu.***Afnan hanya bisa mengagumi dalam diam sosok gadis yang sedang berdiri membaca kitab gundul dengan lancar, ya saat ini Arni sedang membaca kitab jurumiyah tanpa makna yang ditugaskan oleh Afnan dan harus dibaca di depan teman-temannya. Di usianya yang masih 17 tahun Arni juga sudah hatam nadzom imriti. Padahal ia tergolong santri baru. Pelajaran diniyah hari ini telah usai. Semua santri putri berhamburan meninggalkan gedung Diniyah dan segera mengambil wudhu untuk sholat isya' berjamaah. Satu bulan lagi memasuki bulan romadhon setelah sholat isya' Afnan mengumpulkan pengurus, baik pengurus putri maupun putra. Tujuannya untuk membahas program yang akan diadakan di bulan romadhon. Mereka semua sudah berkumpul di masjid utama. Afnan memimpin jalannya rapat meskipun ada pembatas antar putra dan putri suara Afnan masih bisa di dengar
Ku titipkan cinta ini hanya pada-Mu, jagalah hatiku dan hatinya dari rasa kecewa, hingga waktu itu tiba. Persatukanlah kami dalam restu dan Ridho-Mu.***"Ada siapa, Mbak? Kenapa Mbak Ratna seperti habis melihat hantu, kenapa Mbak Ratna panik?" Arni bingung juga heran."Mbak, kenapa Mbak jadi begini, Arni jadi takut?" ulangnya. "Di depan, maksudku di aula putri a-ada Azzam," bisiknya.Arni terkejut meskipun Ratna mengatakannya tidak keras, namun telinga Arni masih bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Ratna."Maksud, Mbak. Aku dijemput Mas Azzam?" Ratna mengangguk. "Iya, Dek."Arni terdiam."Ternyata Azzam ganteng banget gak kalah sama Gus Afnan apalagi kang Dedik," lirihnya.Arni hanya bisa menelan salivanya mencoba menenangkan hatinya."Bagaimana bisa keluargaku menyuruh Mas Azzam untuk menjemputku, kalau kak Airin tidak bisa jemput seharusnya ibu menyuruh pak Sholihin," barin Arni."Dek, temui Azzam. Kasihan kalau nunggu lama," ujar Mbak Ratna.Arni masih sibuk dengan pikiranny
Kau hanya perlu menggunakan waktu menunggunya dengan hal baik karena Tuhan itu tahu kapan waktu yang tepat untuk kamu menyentuh hatinya.-Azzam Aflah- cinta dalam balutan doa ***"Silakan duduk, Nak Azzam. Biar ibu buatkan minum dulu!" ucap Syafaah."Tidak usah, Bu. Saya pamit langsung pulang saja," tolak Azzam dengan sopan."Ya Allah ... Nak Azzam pasti capek, maaf ya, Nak! Ibu sudah merepotkan Nak Azzam dengan menyuruh menjemput Arni.""Tidak apa kok, Bu. Kebetulan saya sedang libur, jadi saya tidak merasa direpotkan," ucap Azzam tulus sambil melirik Arni yang masih menunduk."Andaikan kamu tau, Ni. Aku sangat ingin melihat senyum di wajah ayumu, kenapa saat bersamaku kamu selalu menundukkan kepalamu, bahkan kamu selalu menghindar bila aku ajak bicara, seburuk itukah diriku, sehingga tak pantas untuk kamu ajak bicara," batin Azzam."Saya permisi dulu, Bu. Assalamualaikum," pamit Azzam."Wa'alaikumussalam, sekali lagi terima kasih, Nak Azzam," balas Syafaah.Syafaah mengantarkan Az
***Bisa melihatnya saja sudah suka, apalagi kalau mampu bersama dengannya dalam suka dan duka.(Azzam- cinta dalam balutan doa)***Setelah pulang dari apel pagi. Azzam langsung pulang ke rumah, biasanya ia akan menghabiskan waktunya untuk mengobrol bersama rekan-rekannya yang sama bertugas sore nanti dengannya di kafe depan kantor polisi tempatnya bekerja. Namun karena ia ingin mengajak Arni jalan-jalan ia putuskan untuk pulang ke rumah dan berganti pakaian santai setelah itu ia akan menjemput Arni.Azzam sudah berganti pakaian melepas seragam kebanggaannya. Sweater putih dan celana kream menjadi pilihannya, menjadikannya semakin tampan mempesona."Lho putra tampan ibu mau kemana nih?" tanya Yulia. "Azzam mau keluar, Bu. Sama Arni, aku mau ajak dia jalan-jalan supaya kami lebih kenal," ujarnya."Emang Arni libur berapa hari, Nak?" tanyanya."Lima hari, dan beruntung Azzam minggu ini tugas sore jadi bisa ngajak Arni keluar," jawabnya."Nanti sebelum kamu antar pulang ke rumahnya
***Cintailah dia dari kejauhan agar terjaga kehormatan. Cintailah dia dalam kesederhanaan dan keikhlasan. Namun, jika belum mampu, maka cintailah dia dalam diam, cukup Allah saja yang tahu.Karena mendoakan adalah cara mencintai paling rahasia.(Cinta dalam Balutan Doa)***Setelah pertemuannya tiga hari yang lalu bersama Azzam. Arni sedikit lega dengan ucapan pria itu. Arni akan menjalani takdirnya sesuai skenario yang telah dirancang oleh Allah untuknya, untuk saat ini dirinya hanya ingin fokus mengejar impiannya, meskipun ia tau sebagian impiannya tidak akan terwujud. Ia hanya ingin berdamai dengan hatinya. Untuk cinta, Arni belum bisa sedikit pun memberi cintanya untuk Azzam. Dan Azzam menghargai itu. Azam hanya berharap ketulusannya akan membuat Arni mencintainya. Meskipun hanya sekeping.Yulia, ibu Azzam juga baik padanya, ya setelah dari mall, Azzam mengajak Arni ke rumahnya. Awalnya Arni ragu dan canggung, namun Azzam mencoba menenangkan gadis itu dengan bilang ibunya sanga
Dicintai dan mencintai adalah dua hal yang selalu diinginkan banyak orang, akan tetapi selalu tanggapilah dengan bijak agar tidak kelewat batasKarena, dengan menyikapi perasaan cinta secara bijak akan membuatmu tidak terlalu sakit hati apabila suatu hari cinta bertepuk sebelah tangan atau harus kandas di tengah jalan. Namun mampukah Arni, Afnan dan Azzam melewati semua itu Tanpa harus mengorbankan perasaan mereka??? (Tiga A ~ Cinta dalam Balutan doa ~)***Setelah Kang Dedik berangkat untuk memanggil tukang pijit. Gus Afnan memanggil pengurus putri untuk meminta tolong memapah Arni dan membawa gadis itu masuk.Mbak Ratna dan Mbak Rista terkejut dengan apa yang dialami Arni. Baju gadis itu kotor, dengan debu menempel di bajunya."Kamu kenapa, Ni?" tanya Mbak Rista."Apa yang terjadi, Dek? tanya Mbak Ratna.Arni melirik sekilas Gus Afnan yang sejak tadi berdiri tidak jauh darinya. Arni hanya ingin tau apa yang dikatakan pria itu, apa ia akan jujur dengan kekacauan yang dirinya perbu
Kesabaran itu tanpa batas. Namun, kebaikan di balik kesabaran itu tiada batas.Mendoakanmu dalam diam telah melatihku untuk mencintaimu dengan tulus, ikhlas tanpa tapi. Kurela bila kamu bahagia bersama yang lain. (Afnan~ cinta dalam balutan doa)Tinggal 6 bulan lagi Arni akan lulus. Suka duka dirinya rasakan di pondok ini.Arni mendapatkan beasiswa dari perguruan negeri ternama yang selama ini ia impikan melalui jalur prestasi. Bahagia itu pasti, namun Arni segera memupusnya. Dengan berat hati Arni menolak beasiswa itu membuat semua pendidik juga pengurus yayasan kecewa padanya. Arni hanya beralasan kalau orang tuanya tidak mau Arni kuliah di tempat yang jauh, juga terkendala biaya untuk kehidupan sehari-hari Arni di sana. Para guru dan pengurus mengerti dan menghargai keputusan Arni meskipun dengan berat hati. Berita penolakan beasiswa yang Arni lakukan sampai ke telinga Afnan. Pria itu penasaran dengan alasan yang dikemukakan Arni. Namun Afnan juga tidak bisa berbuat apa-apa.**