Kebetulan pagi ini Arni ada pertemuan rutin Bhayangkari. Setelah menyiapkan keperluan sang suami, ia segera mengganti bajunya dengan seragam bhayangkari kebanggaan seorang istri polisi. Karena usia kandungannya sudah semakin membesar alhasil seragam itu tak muat lagi di tubuhnya.Arni pun sedih karena sudah satu bulan ini dirinya tidak bisa ikut pertemuan rutin. Dirinya juga gak enak hati kalau selalu izin pada istri komandannya Azzam."Sayang, kamu kenapa kok mukanya ditekuk gitu?" tanya Azzam yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya."Seragam aku udah gak muat, Mas," ucapnya sambil terisak.Azzam mendekat mencium kening Arni."Coba kamu pakai, Aku mau lihat!""Satu bulan izin gak ikut pertemuan, tau-tau seragamku gak muat, perut aku udah membesar terus aku juga gemukan, pasti Mas malu," ucapnya masih terisak. Sejak usia kehamilannya menginjak bulan kelima dulu, Arni menjadi manja dan cengeng. Beruntung Azzam sabar dan telaten. Ia selalu memberinya per
Musuh terbesar manusia adalah kebenaran yang disembunyikan. Hal itu pasti sangat menyakitkan bila terungkap.***Tiga hari lagi Azzam akan berangkat bertugas ke Papua. Belum pasti pulangnya kapan? Namun ia berjanji pada Arni untik pulang sebelum Arni melahirkan.Hari ini Arni ingin mengunjungi orang tuanya, dan berniat tinggal di sana untuk beberapa hari bersama Azzam sebelum Azzam berangkat bertugas."Ini kamu berikan ke ibu kamu ya, Nak," ucap Yulia sambil menyerahkan kantong kresek berisi brownis dan bandeng presto."Iya, Bu. Terima kasih.""Rencananya kalian menginap ke sana berapa hari?""Insya Allah dua hari, Bu. Malam sebelum keberangkatan Mas Azzam kami akan pulang ke sini," jawabnya."Ya sudah, salam ke orang tua kamu ya, Nak!""Iya, Bu. Insya Allah saya sampaikan.""Sayang, sudah siap belum?" tanya Azzam membawa tas besar berisi pakaiannya dan Arni. Disana hanya dua baju Azzam karena memang Azzam belum pernah menginap lama, paling lama hanya satu hari dan sekarang mereka a
Kepercayaan itu layaknya berlian yang tidak boleh tergores apalagi terjatuh karena kepercayaan itu mahal harganya jangan pernah sekali-kali berniat untuk mengkhianati. Ketika kamu membuat komitmen di saat itu pula kamu telah membangun harapan dan di saat kamu membuat janji itu artinya kamu telah membangun kepercayaan. Jangan sampai kepercayaan itu hilang hanya karena sebuah kesalahan apalagi kesalah pahaman.***Deg ....Dengan tangan bergetar Arni menerima surat itu."A-aku bisa menjelaskannya, Mas. A-aku gak mau Mas salah paham," ucapnya dengan tubuh yang masih bergetar."Gak usah dijelaskan, Dek," ucap Azzam sambil beranjak dari tempat itu dan masuk ke dalam rumah.Arni meneteskan air matanya. Azzam memanggilnya dengan panggilan Dek, tidak ada panggilan sayang seperti biasanya. Itu berarti Azzam sedang marah padanya. Arni tidak mau hal ini membuat hubungannya dengan Azzam renggang. Arni masih duduk di samping rumahnya."Nak, ayo kita sarapan dulu!" ajak Syafaah yang berada di meja
Selepas sholat subuh, Azzam sudah bersiap untuk berangkat. Arni menyiapkan sarapan di dapur bersama bik Nunuk lebih pagi."Bu, aku minta tolong untuk selalu menjaga Arni dan tenangin dia ya, Aku gak mau dia sedih saat tau aku gak bisa menemaninya lahiran, tugas kali ini berat, Bu. Jujur hatiku juga berat meninggalkan Arni dalam kondisi hamil tua, tapi bagaimana lagi ini sudah menjadi tugasku, aku gak mengatakan jujur pada Arni karena takut dia khawatir dan sedih, Bu," ucapnya sedih. "Tanpa kamu minta pun ibu akan selalu menjaga Arni, ibu sudah menganggapnya anak kandung bukan menantu, kamu tenang saja dalam bertugas. Ibu hanya ingin kamu selalu menghubungi kami setiap hari dalam jangka 6 bulan pasti sangat berat untuk Arni tapi ibu dan ibu mertua kamu sepakat akan selalu ada untuk Arni. Dan akan bergantian menjaganya," ucap Yulia tulus. Ia tahu sang putra saat ini mengalami dilema. Ia tahu tugas sang putra dan saat seperti ini lah dirinya merasa cemas apalagi Yulia tahu bagaimana ko
Cemburu tandanya sayang. Tapi jangan cemburu yang berlebihan sebab hanya akan menghancurkan sebuah hubungan.***Afnan mengadzani bayi mungil itu, suaranya bergetar dan saat mengiqomahinya air mata Afnan tak bisa ia tahan lagi. Arni melihat hal itu, dirinya langsung menundukkan wajahnya. Ia harus menjaga hati dan perasaan Azzam yang saat ini ada di tempat lain. Dirinya juga harus menjaga kehormatan dirinya dan sang suami. Tugasnya sebagai seorang istri mungkin hari ini akan diuji. Namun ia yakin dirinya bisa mengenyahkan perasaannya pada Afnan. Karena dirinya sudah berkomitmen dan sebagai istri yang sholihah sudah tugasnya menjaga hati dan marwahnya ketika sang suami tidak bersamanya.Yulia mengabadikan moment ketika Afnan mengadzani dan mengiqomahi cucunya. Ia berniat akan mengirim video itu. Ia tidak tahu video itu akan menjadi bumerang dalam hubungan sang putra dan sang menantu. Membuat Azzam cemburu.Setelah selesai mengadzani bayi tampan itu. Afnan menyerahkan bayi itu pada Yulia
Karena menguatkan diri lebih baik dari pada bersedih. Karena membuatnya bisa tersenyum bahagia salah satu tujuan kita. Cinta tak harus memiliki biarkan cinta ini terbungkus rapi di hati ini dengan membalutnya dengan doa terbaik untuk orang yang kita cintai dalam diam, tanpa harus memiliki. (Afnan~Cinta dalam balutan Doa)***Berbagai cara dilakukan kiyai Laqief dan Ummi Syarifah untuk Afnan supaya bisa melupakan Arni. Sudah satu tahun sang putra menjadi pendiam dan sering mengurung diri di kamar. Afnan akan keluar makan, sholat berjamaah, mengajar dan mengunjungi usahanya. Selain itu dirinya lebih sering menghabiskan waktunya di kamar.Kiyai Laqief dan Ummi Syarifah tak henti-hentinya menyuruh sang putra untuk menghilangkan perasaannya pada Arni dan mau membuka diri pada wanita lain. Namun Afnan hanya diam tak bereaksi.Malam ini setelah makan makan Afnan meminta izin pada kedua orang tuanya untuk menyampaikan sesuatu. Saat ini mereka sudah berada di perpustakaan keluarga yang juga m
Satu bulan sudah Afnan kembali beraktivitas menjadi dosen di kampus. Proses taarufnya dengan Shofiyah juga masih berjalan lancar. Namun tetap saja masih ada yang mengganjal di hatinya, cintanya pada Arni masih ada. Ia sudah tidak menghiraukan hatinya lagi. Biarkan perasaan itu masih ada toh dirinya tidak akan terusik maupun mengusik karena dirinya memantapkan hatinya untuk menyimpannya rapat tidak harus mengumbarnya. Afnan hanya ingin melihat Arni bahagia bersama Azzam. Hatinya sudah berada di titik merelakan dengan sepenuh hati.Untuk Shofiyah bukankah cinta itu akan hadir karena terbiasa, terlepas semua itu ia menyerahkan semua itu pada Allah. Kalau dirinya bisa seperti Arni yang bisa membuka hatinya untuk Azzam, mungkin Allah pun sma akan membuka hati Afnan untuk Shofiyah. Namun untuk saat ini dirinya masih belum bisa. Entah ia tak tahu untuk ke depannya lagi.Hujan turun dengan derasnya siang ini, Afnan memutuskan untuk segera pulang. Ia tidak suka bila harus terjebak banjir.Afna
Setelah mendapatkan izin dari sang suami. Arni berjalan menuju Yulia meminta izin juga pada sang mertua. Memegang erat tangan sang mertua berharap meminta dukungan pada mereka. Jujur, Arni takut dan ragu. Mertua mana yang membiarkan sang menantu menemani laki-laki yang pernah ada di hati sang menantu. Tanpa ia duga. Yulia menggandeng tangannya dan membawanya mendekat ke brangkar Afnan. Arni yang sedari tadi menunduk sedikit menengadah melihat wajah tulus Yulia yang tersenyum mengangguk padanya. Arni langsung memeluknya. Yulia memang sangat menyayangi Arni seperti anaknya sendiri. Namun, ia tadi sempat kecewa mendengar Afnan meracaukan nama sang menantu dalam ketidaksadarannya. Ia baru bisa mengerti setelah Azzam menelpon Arni tadi."Dok, ini Arni. Apa yang harus dia lakukan untuk membantu gus Afnan supaya segera sadar?" tanya Yulia. "Kok sejak tadi enggak bilang kalau ada Mbak Arni di ruangan ini," ucap sang dokter. Yulia tersenyum tidak menjawab."Baiklah Mbak Arni tolong ajak pasie